Selasa, 13 Mei 2014

Madrasah Shalat adalah “Kapsul Obat”, Nikmatilah dan Obati Diri Anda



Ikhwan sekalian, saya menyebut shalat dalam Islam itu sebagai manhaj yang lengkap untuk mentarbiyah umat Islam.  Shalat adalah jati diri yang melekat di tubuh umat Islam dan ibadah yang mendidik setiap muslim dengan pendidikan yang menakjubkan, sehingga memformatnya menjadi seorang manusia sempurna. Apabila setiap orang terbentuk darinya sebagai seorang manusia sempurna, maka dari mereka itu akan terbentuk sebuah umat yang sempurna pula. Demikianlah, misi shalat adalah membentuk sebuah umat yang sempurna.

Para pendidik di zaman modern ini membuat kaidah-kaidah untuk mendidik jasmani yaitu pemeliharaan kesehatan; mereka juga membuat kaidah-kaidah untuk mendidik akal yaitu pengajaran serta kaidah-kaidah untuk mendidik jiwa yaitu ilmu jiwa dan falsafah moral. Mereka menyusun buku-buku besar dan berjilid-jilid dalam setiap bidang ilmu. Ikhwan yang mulia, (padahal) Islam adalah agama yang sangat praktis, yang telah meletakkan ilmu-ilmu tersebut secara praktis pula dalam satu “kapsul”,  dan Islam memerintahkan Anda untuk meminumnya lima kali dalam sehari.
“Kapsul” ini adalah shalat. Anda meminumnya tanpa perlu mengerti komposisinya, tetapi hasilnya, akal, ruh, dan jasmani Anda menjadi sehat secara keseluruhan. Untuk melaksanakan shalat, wahai Akhi, Anda harus selalu dalam keadaan bersih: bersih pakaian, tempat shalat, dan badan. Ini merupakan intisari dari pemeliharaan kesehatan. Agar bisa melaksanakan shalat, Anda harus tidur di awal malam agar bisa bangun pagi-pagi sekali untuk melaksanakan shalat fajar. Inilah petunjuk kesehatan yang pertama kali diberikan kepada murid di sekolah. Anda  akan menjadi cekatan, karena Anda berdiri menuju pekerjaan ini di siang hari tiga kali: untuk melaksanakan shalat zhuhur, ashar, dan maghrib. Dengan demikian, peredaran darah bisa berjalan secara baik.
Shalat juga merupakan kesempatan bagi seluruh anggota badan untuk beristirahat, jadi, shalat menjadikan Anda cekatan, bersih, tidur di awal malam, dan bangun pagi. Karena itu, kakek-kakek kita yang melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, usia mereka bisa mencapai lebih dari seratus tahun sedangkan kesehatan, kekuatan, dan ketangkasan jasmani mereka masih prima.
Setelah itu, wahai Akhi, Anda mendatangi tempat shalat, menghadap kiblat, mengkonsentrasikan pikiran untuk menghayati makna, dan menghilangkan pikiran tentang dunia. Ini mempunyai pengaruh dalam menguatkan kemauan dan menghimpun cahaya jiwa. Shalat adalah latihan paling efektif untuk memperkuat kemauan. Kemudian Anda mengucapkan, “Allahu Akbar (Allah Mahabesar)”, maka Anda membebaskan diri dari segala yang ada di sekitar Anda dan menghadap kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Anda melakukan rukuk untuk mengagungkan “Majikan” Anda. Anda mengucapkan “Subhana rabbiyal ‘adzi(Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung)”.
Kemudian Anda bersujud. Di sana nurani Anda bangkit, nurani manusia bangkit. Ketika nurani manusia bangkit, maka saat itulah ia mengerti barometer yang membedakan antara kebaikan dan keburukan. Kebangunan nurani ini tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan mempelajari pendidikan moral atau membaca buku. Betapa banyak ulama yang keilmuan mereka telah mencapai tingkatan yang tinggi, tetapi nurani mereka rusak. Adapun nurani yang sehat, ia merupakan cahaya di dalam hati manusia yang dimasukkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ke dalam dada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, sehingga hamba tersebut bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan. Proses pembangkitan nurani ini terus berulang lima kali dalam sehari semalam.
“Sesungguhnya shalatitu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannyadaripada ibadah-ibadah lain).” (QS. Al-Ankabut: 45)
Ikhwan sekalian, suatu ketika saya melaksanakan shalat tarawih dan membaca seperempat juz mulai: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi” (QS. Al-Baqarah: 219)Seusai shalat, salah seorang Ikhwan berkata, “Untuk menjelaskan seperempat juz ini diperlukan waktu beberapa malam, karena ia mengandung banyak hukum. Ia merupakan kurikulum panjang yang bisa dibaca seseorang dalam satu rakaat shalat saja.”
Andaikata kaum muslimin mengetahui tujuan-tujuan tinggi dari shalat ini, andaikata para imam mau memilihkan ayat-ayat yang akan mereka bacakan kepada para makmum di mihrab, ketika mereka bersama-sama berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, jika mereka mampu menyinarkan cahaya Al-Qur’anul Karim kepada orang-orang yang shalat, maka ketika itu kita melihat bahwa shalat bisa menjadi ibarat “kapsul” yang bermanfaat serta bisa mendidik dan membentuk umat Islam. Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam telah berhasil meluluskan orang-orang yang menjadi pemimpin-pemimpin dunia melalui madrasah ini, madrasah shalat, dengan metode ini. Tokoh-tokoh itu, wahai Akhi, tidak lulus dari sekolah mana pun selain dari masjid yang berlantaikan kerikil dan beratapkan pelepah kurma…

Serahkan Kepada Orang Shaleh

Debu-debu bertebangan. Mengepul diudara. Derap ribuan kuda dan balatentara yang terus berlari menuju arah musuh. Dengan suatu tekad kemenangan. Tak peduli. Terik matahari yang membakar. Mereka terus menuju medan perang. Menghadapi pasukan Konstatinopel. Diujung pandang mata mereka melihat kekuatan musuh.
Dan, pasukan Islam dipimpin Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Di tengah-tengah pasukan Islam itu, ada seorang terkenal pemberani, yang bernama Abu al-Miqdam Raja’ bin Haywah rahimahullah. Mereka ingin menebus kekalahan yang mereka derita.
Ketika menjelang petang pasukan Islam membuat kemah di tanah datar yang penuh dengan rerumputan di bumi Qinsirin (Syria). Hari Jum’at Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, yang mengenakan pakaian sutera hijau, dan bercermin di depan kaca, dan bergumam : “Wallahi. Aku seorang raja yang masih muda”. Lalu, Sulaiman pergi shalat. Orang-orang pun melakukan shalat Jum’at. Usai shalat, Sulaiman tak segera pulang, karena sakit. Ketika sakitnya kian berat, ia menulis surat kepada anaknya, yang belum dewasa.
Ketika Sulaiman sedang menulis surat, masuklah Raja’ bin Haywah rahimahullah menemuinya. “Apa yang engkau lakukan, wahai Amirul Mukminin?”, tanya Raja’. Sulaiman yang dalam kondisi sakit itu, menjelaskan kepadanya. Dan, Raja berkata : “Diantara hal yang dapat melindungi khalifah di dalam kuburnya adalah menyerahkan jabatan khalifah kepada seorang pria shaleh untuk memimpin kaum muslimin”, ungkap Raja’. Selanjutnya, Khalifah Sulaiman berkata : “Kalau begitu akau akan beristhikarah terlebih dahulu kepada Allah dan memikirkannya”.
Setelah beberapa hari Khalifah membakar surat yang telah ditulisnya, yang pernah akan diberikan kepada anak yang belum baligh. Dan, Khalifah Sulaiman memanggil Raja’ bin Haywah, yang sedang berada di kemah. “Bagaimana menurutmu tentang Dawud bin Sulaiman?”, tanya Khalifah Sulaiman. “Dia tidak ikut bersamamu ke Konstantinopel, dan engkau tidak tahu apakah dia hidup atau mati?”, jawab Raja’ bin Haywah. “Kalau begitu, siapa menurutmu?”, tanya Sulaiman. “Terserah kepadamu, wahai Amirul Mukminin”, jawab Raja’. Raja’ tida mau menjawab dengan tegas, karena ingin mengetahui siapa yang akan disebut oleh Khalifah Sulaiman. “Bagaimana kalau Umar bin Abdul Aziz?”, tanya Sulaiman.”Yang aku ketahui, demi Allah, dia orang yang sangat baik, memiliki keutamaan dan muslim”, ujar Raja’ bin Haywah. Lalu, Khalifah Sulaiman berkata :”Wallahi. Ia memang seperti itu”.
Namun, Sulaiman tak ingin Umar bin Abdul Aziz sebagai pemimpin, sementara Sulaiman tidak mengangkat penggantinya. Ia takut akan adanya fitnah dan bencana. Mereka tak ingin Umar bin Abdul Aziz berkuasa selamanya. Maka, Sulaiman mengangkat Yazid bin Abdul Malik,sebagai pengganti Umar bin Abdul Aziz. Saat itu, lalu Sulaiman menulis surat : “Bismillahirrahmanirrahim. Dari Abdullah Sulaiman bin Abdul Malik Amirul Mukminin untuk Umar bin Abdul Aziz. Sesungguhnya, aku telah mengangkatmu sebagai khalifah penggantiku. Setelah itu, Yazid bin Abdul Malik. Dengarkanlah dan patuhilah serta bertaqwalah kepada Allah. Janganlah kalian berselisih, karena kalian akan menjadi mangsa”. Usai menulis surat itu, ia menyuruh Ka’ab bin Hamid al Abasi, Kepala Kepolisian untuk mengumpulkan seluruh keluarganya.
Berkumpulah seluruh keluarganya. “Kami akan segera datang dan mengucapkan salam kepada Amirul Mukminin”, ujar Raja’ bin Haywah. Keluarga Sulaiman itu satu demi mereka berbaiat. “Hendaklah kalian memba’iat orang yang aku sebutkan di dalamnya”, ujar Sulaiman.Sulaiman berkata sambil menoleh kepada Raja’ yang memegang surat wasiat itu. Setelah keluarga dan orang-orang bubar, datanglah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, dan kepada Raja’ bin Haywah, ia berkata : “Aku takut bahwasanya aku akan dibebani tugas itu.
Karena itu, aku meminta kepadamu karena Allah, demi cinta dan kehormatanku, beritahukanlah tentang urusan itu kepadaku supaya sekarang juga aku mengundurkan diri, sebelum datang satu akibat buruk yang tidak sanggup aku rasakan, karena ketidak mampuanku menanggung tugas itu”, ungkap Umar. Kemudian Raja’ bin Haywah menjawabnya : “Wallahi. Aku tidak akan memberitahukan isi surat itu kepadamu sekalipun satu hurup”. Sampai akhirnya Umar bin Abdul Aziz pulang dengan rasa jengkel.
Tak lama Khalifah Sulaiman mangkat. Berkumpullah kaum muslimin di masjid Dabiq untuk mendengarkan isi surat yang ditulis Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, berkenaan dengan khalifah penggantinya, yang belum diketahui namanya, selain Raja’ bin Haywah rahimahullah. Kemudian, surat itu dibacakan, dan orang-orang mengetahui pengganti Khalifah Sulaiman adalah Umar bin Abdul Aziz, kedua kelompok mereka merasa terpukul oleh isi surat itu. Kelompok pertamaadalah kelompok bani Marwan yang jabatan kekhalifahan lepas dari tangannya. Kelomok kedua, ialah Umar bin Abdul Aziz yang tidak menginginkan jabatan itu.
egitulah sikap pemilik keshalehan.Mereka tidak menyukai jabatan karena tanggung jawab yang dipikulnya sangat berat.
Keputusan itu sungguh sangat memberatkan Umar bin Abdul Aziz. Sampai-sampai ia tidak mampu bangun dari tempat duduknya, sehingga ia harus dipapah oleh Raja’ bin Haywah untuk naik mimbar, ini sebagai awal babak baru sejarah perjalanan kaum muslimin. Umar bin Abdul Aziz adalah ahli ibadah, zuhud, dan wara’. Sungguh babak yang paling mengesankan dalam sejarah kaum muslimin. Alangkah indahnya akhir perjalanan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Itu adalah kebaikan yang paling agung. Karena ia dapat menyerahkan kekuasaannya kepada orang yang shaleh, yang memiliki sifat-sifat seperti ahli ibadah, zuhud, dan wara’. Semuanya itu, tak lepas dari jasa-jasa dari Abu Miqdam Raja’ bin Haywah al Kindi al Azdi.
Tentu, yang tak kalah pentingnya, pribadi dari Raja’ bin Haywah, yang sangat shaleh. Bersyukur Khalifah Sulaiman mempunyai seorang pejabat (wazir), yang amat thaat kepada Allah Azza Wa Jalla. Raja’ bin Haywah merupakan pemimin penduduk Syam. Ibnu Aun mengatakan : “Tiga orang yang tidak akau jumpai seperti mereka,bertemu lalu saling memberi wasiat, ‘Ibnu Sirin di Iraq, Al-Qasim bin Muhammad di Hijaz, dan Raja’bin Haywah di Syam”. Nuaim bin Sallamah menempatkan Raja’ bin Haywah dalam barisan para imam, panutan dan pemilik aneka keistemewaan serta sifat-sifat terpujji. Nuaim berkata : “Tak ada seoranngpun dari penduduk negeri Syam yanglebih aku sukai untuk aku teladani selain Raja’ bin Haywah.
Suatu pagi Raja’ bin Haywah berada di Istana Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Ketika Alla’ bin Ru’yah menghadapnya, Raja’ bin Haywah bergegas menyambutnya, lalu berkata : “Amirul Mukminin hari ini telah mengangkat Ibnu Muahib sebagai hakim. Sekiranya aku disuruh memilih antara menjabat jabatan itu dengan digotong ke kuburan (mati), aku lebih memilih digotong ke kuburan”, ujar Raja’ bin Haywah. Pernyataan Haywah ini membuat Khalifah Sulaiman menjadi tercenung, ketika mengangkat Muahib.
“Adakah pilihanku ini benar-benar orang yang amanah?”, kata Sulaiman.
Bandingkan dengan kehidupan orang-orang sekarang yang berlomba mengejar kekuasaan, yang dengan segala cara, tanpa mempedulikan akhlak Islami. Padahal, kekuasan yang dikejar itu, tak ada artinya apa-apa dibandingkan dengan kehidupan yang telah dijanjikan oleh Allah Rabbul Alamin. Tapi, manusia masih terus berkerumun di sekitar kekuasaan, tanpa dapat berbuat apa-apa dengan kekuasaan yang sudah dimilikinya. Wallahu ‘alam.

Perubahan Diri, Ketika Memegang Amanah


Mungkin ini episode kehidupan seseorang, yang sangat jarang ditemui, ketika kehidupan sudah banyak berubah. Berubah dikarenakan sifat-sifat manusia sendiri. Mereka tidak dapat menemukan kehidupan yang sebenarnya.

Manusia menjadi hamba atas dirinya, dan nafsu tidak dapat memuliakan manusia. Mengapa banyak diantara manusia memilih nafsu, yang melandasi kehidupannya? Tapi, di tengah-tengah kepekatan kehidupan dunia, masih ada orang-orang yang menjadi teladan dalam kehidupan ini. Kisah ini akan dapat memberikan percikan air, bagi yang dahaga akan kemuliaan.
Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi, mengisahkan kehidupan Amirul Mu’minin, Umar bin Abdul Aziz, yang sesudah menjadi Khalifah menjadi asing dan aneh. Sebuah penuturan yang sangat menyentuh hati, bagi yang masih mempunyai rasa, dan Ka’ab mengisahkannya.
“ Sekali waktu saya menemui Umar bin Abdul Aziz setelah diangkat menjadi Khalifah. Sungguh. Kiranya tubuhnya sudah sangat menjadi kurus. Rambutnya telah memutih. Raut mukanya sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Padahal, dahulu sewaktu Umar menjadi Gubernur di Madinah, Umar adalah seorang yang sangat tampan dan badannya berisi …”
Kemudian, ketatap wajahnya lama sekali, sehingga ia bertanya kepadaku :
“Wahai Ibnu Ka’ab, apa yang menyebabkan anda menatapku seperti itu, padahal dulu anda tidak pernah berbuat demikian?”, tanya Umar. “Saya sangat heran, wahai Amirul Mu’minin!”, jawab Ka’ab. “Apa yang mengherankanmu?”, tanya Umar lagi. “Perubahan diri Amirul Mu’minin. Badan Amirul Mu’minin menjadi kurus, rambut memutih, raut wajah yang memucat. Kemana keindahan diri Amirul Mu’minin yang sangat mempesona dulu? Rambut hitam lebat, tubuh nampak gagah, dan subur”, tambah Ka’ab. Tapi, segala sirna keindahan yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz, ketika menjadi Khalifah.
Lalu, Umar menjawab semua pertanyaan Ka’ab itu dengan mengatakan : “Engkau akan lebih heran lagi, bila melihat diriku nanti s etelah terkubur dalam tanah. Mataku akan copot dari tempatnya, dan ulat-ulat akan berkeliaran di mulut dan tenggorokanku”, ujar Umar.
Ya. Wajah yang tampan dan tubuh yang gagah perkasa itu telah berubah, karena deraan tanggung jawabnya yang besar. Suatu hari, di awal masa jabatannya sebagai Khalifah, dipangilnya istrinya, Fatimah, wanita mulia putri seorang Khalifah, yang sangat jelita itu, lalu dihadapkan pada kenyataan yang harus mereka hadapi. Dengan lemah lembut, disampaikan oleh Umar kepada Fatimah, bahwa seorang suami, Umar sudah tidak ada harganya lagi. Beban yang harus dipikulnya sangat berat, sehingga tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk keperluan-keperluan lainnya.
Dan, Umar menyerahkan kepada Fatimah sepenuhnya hak untuk memilih jalan hidup dan menentukan dirinya..
Tapi, Fatimah, namanya yang terukir dengan gemerlapan sepanjang sejarah, memilih tetap menemani Umar, sampai ajal menjemputnya. Fatimah selalu mendampingi Umar, meskipun sangat terasa berat dalam memasuki kehidupan ini. Fatimah sama sekali tak pernah mengeluh, tatkala perutnya kelaparan, meskpun Fatimah, istri seorang Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Dan, Fatimah hanya mengatakan : “Alangkah bedanya kehidupan kami sebelum dan sesuah menjadi Khalifah, bagaikan timur dengan barat”, ujarnya. “Demi Allah, kami belum pernah menikmati kegembiraan setelah kami menduduki jabatan ini ..”, tambahnya. Kini, lenyaplah sudah segalanya dari sisi permaisuri ini.
Padahal, sebelumya ia adalah seorang puteri Khalifah dan merupakan saudara Khalifah, yang segala kenikmatan hidup tersedia baginya. Sutera yang sangat halus dan indah, intan permata, emas dan perak, serta harta kekayaan lainnya. Kini, yang dimiliki Fatimah, tinggal dua lembar baju kasar. Karena, Umar bin Abdul Aziz telah menyuruh semua kekayaannya dijual, termasuk kekayaan isterinya, kekayaan anak-anaknya. Semua uang hasil penjualan kekayaannya itu diserahkan kepada Baitul Mal milik kaum muslimin.
Kini, Fatimah dan Umar, berdua, hanya makan roti kering yang hanya diolesi minyak atau dicampur dengan sedikit bumbu. Hingga, Fatimah yang mulanya sangat cantik itu, berubah menjadi wanita yang pucat dan lunglai ..!
Sekali waktu, Amirul Mu’minin masuk ke dalam kamarnya. Di dapatinya Fatimah sedang menambal pakaiannya, yang usang sambil duduk bersimpuh diatas tikar. Dipegangnya pundak istrinya Fatimah, seraya Umar berguarau : “Fatimah. Alangkah nikmatnya malam-malam yang kita lalui di Dabiq (Istana) dulu, jauh lebih menyenangkan dari malam-malam seperti sekarang ini”, ucap Umar. Maksudnya, kehidupan mereka berdua sebelum menjadi Khalifah.
Lalu, Fatimah menjawab : “Demi Allah, padahal waktu itu, kanda (Khalifah Umar) tidak lebih mampu dari waktu sekarang ini”, ucap Fatimah. Mendengar ucapan istrinya, Fatimah, kemudian wajah Umar pun menjadi muram, airmatanya pun mengalir deras. Umar sadar bahwa senda guraunya telah melewati batas. Kemudian, Umar : “Wahai Fatimah. Aku takut terhadap siksa Rabbku, jika mendurhakia-Nya,yakni di suatu hari yang amat dahsyat siksanya”, ungkap Umar kepada istrinya Fatimah.
Dan, tak lama, Fatimah telah terbiasa dan menyenangi kehidupan yang dipilih oleh suaminya Umar untuk dirinya dan seluruh keluarganya. Dan, Fatimah menghayatinya dengan setia dan penuh cinta. Sampai keduanya dipisahkan oleh kematiannya. Wallahu ‘alam.

Kwik Sebut Pendapat Boediono Seperti Profesor Kodok yang tidak Tahu Lapangan

Jakarta (el-jazeera.com) - Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Keuangan, dan Industri Kwik Kian Gie menyebut pendapat Boediono selaku Gubernur Bank Indonesia terkait faktor psikologis pasar yang dijadikan alasan penyelamatan Bank Century layaknya pendapat seorang "profesor kodok".

Hal itu disampaikan Kwik ketika menjadi saksi ahli dalam sidang terdakwa mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (12/5/2014).

Mulanya, pengacara Budi Mulya, Luhut Pangaribuan, menanyakan mengenai faktor psikologis pasar itu. Menurut Luhut, saat itu keputusan harus dibuat secara cepat agar masyarakat tidak panik. Sementara itu Kwik menilai, untuk menambahkan faktor psikologis, BI harus meminta pendapat ahli psikologi terlebih dahulu.

"Kan, keputusan harus dibuat cepat saat itu juga. Kalau mencari psikolog nanti keburu bubar ini semua" kata Luhut.

Namun, menurut Kwik, perekonomian negara saat itu tidak dalam keadaan genting dan tergolong stabil. "Memang itu dikatakan Pak Boediono yang saya ikuti dari televisi. Dalam suasana krisis, perubahan bisa mendadak. Tapi, menurut pendapat saya itu adalah berlebihan. Dan kalau saya boleh agak kasar, menurut saya itu adalah pendapat seorang 'profesor kodok' yang tidak mengetahui lapangan," paparnya.

Kwik juga tak sependapat dengan Boediono karena mengubah peraturan terlebih dahulu, baru kemudian membuat kebijakan. Salah satu contohnya ialah dalam mengubah peraturan BI (PBI) agar berdasarkan rasio kecukupan modal, Bank Century memenuhi syarat mendapat fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP). "Boediono tuh pinter. Ubah dulu aturannya, baru buat kebijakan," kata Kwik.

Dalam persidangan sebelumnya, Boediono mengatakan, faktor psikologis pasar menjadi alasan penyelamatan Bank Century karena pihak BI telah belajar dari pengalaman krisis di Indonesia tahun 1998. Menurut Boediono, tidak perlu menggunakan ahli psikologi sebab telah banyak pejabat BI yang juga dianggap ahli karena pernah merasakan kondisi krisis 1998.

red: Ahmad Bahrawi
sumber: tribunnews.com

Susah Sekolah, Susah Bangun, Mudah Tersinggung

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bu anak lsaya sekolahnya senin-kamis, 2 hari sekolah terus gak masuk, terkadang rajin, namun tiba-tiba tanpa sebab tidak mau berangkat sekolah. Saya lihat ini berlangsung sejak dia TK, sekarang malah sudah kelas 4 SD. Dia tidak bodoh, bahkan untuk matematika sering mendapat nilai 100 tapi dia malas membaca & menulis. Sebentar aja menulis katanya sudah capek. Kalau mendapat PR, saya yang setengah mati mendorong dia agar mau menyelesaikan. Setiap pagi saya kesulitan membangunkan dia, kadang saya sampai kesal dan menangis karena saya tidak dapat membuat dia sadar ke sekolah tanpa disuruh. Padahal usianya sudah hampir 10 thn. Saya sudah ke psikolog, tapi anak saya masih tetap sama, seperti tidak tertarik ke sekolah, tidak punya rasa bahwa “oh ya ini waktu sekolah, aku harus bangun..”
Bu tolong bantu kami. Terimakasih.
Wassalam
Bunda Yuliati Ningsih Tlambah Karang Penang Sampang
Jawab :
Walaykum salam warahmatullahi wabaraktuh, Bunda Yuliati Ningsih yang diridhoi Allah.
Mengenai anak ibu yang belum ada kesadaran bersekolah, kita harapkan dia mulai memiliki kesadaran ketika sudah SMP, baiknya ibu jalin kerjasama dengan gurunya, bila ada anak yang telambat maka ada hukuman, sehingga dia merasa malu bila dihukum terus.
Ibu peringatkan dan ajak bicara anak ibu dengan keras, suara tegas dan wajah agak kaku, katakan, “kamu sudah besar, ibu mulai besok tidak bisa membangunkan kamu, maka ini, ibu belikan alarm, kamu bangun subuh lalu siapkan barang dan bukumu, lalu pergi sekolah.
Bila ada satu dua hari, bahkan sampai seminggu dia terlambat biarkan saja bu, mudah mudahan dengan bantuan gurunya dia akan sadar untuk tidak terlambat.
Begitupula kalau anak suka tidak masuk, sebaiknya dari pihak sekolah menegur, dan ditanya kenapa dan kenapa, sebaiknya bahkan guru datang kerumah untuk melihat keadaan anaknya.
Saya berharap bila ibu tidak memanjakan dia, atau berpikir, “wah gimana nih, kalau tidak ada saya tidak akan berangkat sekolah,” sebaiknya pikiran seperti itu dihilangkan dan biarkan saja dia untuk mengambil alih tanggung jawab.
Sebaiknya memang anak diberi juga tanggung jawab dan diberi sedikit peraturan dan ancaman. Makan siang, piring cuci sendiri, ini piringmu dengan namanya, lalu kalau kamu tidak cuci maka kamu terpaksa makan pakai mangkuk, atau pakai tangan tidak ada wadah, bila kamu tidak cuci piringmu sendiri.
Anak ibu menjadi cuek dan masa bodoh karena yakin, semua ada ibunya, ada ibu yang mengerjakan dan buat dia ibu akan melaksanakan semua, sehingga dia sangat tergantung pada ibu dan masa bodoh, pikirnya “akh , biarin saja ada ibu ini…”
Mudah-mudahan segera ada solusi ya bu, dan anak ibu dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap keperluannya sendiri. Lalu menanjak  pada keperluan orang lain.
Wassalam.

Menjadi Guru (bukan) Boneka


Sejenak mari kita tinggalkan hiruk pikuk dunia politik, usai sudah pemilihan legislatif (pileg) yang dihelat 4 hari yang lalu. Mari turunkan tensi otak kita hingga 50% dari bisingnya analisis hasil sementara quick count (perhitungan cepat) perolehan suara partai dan calon legislatif (caleg). Kesampingkan dulu hingar bingar ramalan-ramalan ke depan koalisi antar partai yang akan mengusung calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Pesta super mahal ini memang belum berakhir, uang rakyat sebesar Rp. 7,3 trilliun masih menunggu hasil akhir. Setali tiga uang, para caleg yang mempertaruhkan harta benda pribadi senilai jutaan rupiah (bahkan miliaran) tak ubahnya cuaca di daerah kita, panas dingin. Awas dan waspadalah, bukan hanya harta benda yang akan melayang, harga diripun bisa hilang! Sebagaimana diberitakan koran Jawa Pos (JP) kemarin (11/4) bahwa gara-gara suara nihil, keluarga caleg di Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Cirebon mengalami depresi (stres). Bahkan di media televisi nasional, sudah menayangkan puluhan caleg depresi akibat pileg. Semoga saya dan Anda (yang caleg/bukan caleg) tidak seperti itu dalam menyikapi fenomena ini. Sudahlah, yang jelas pesta memang belum benar-benar berakhir, apapun yang terjadi semoga berakhir happy ending.

Di tengah serunya perbincangan politik, sejenak penulis mengajak untuk menengok dunia pendidikan kita. Besok (14/4), negeri juga akan menyelenggarakan hajatan besar buat peserta didik jenjang SMA/SMK/MA atau yang sederajat. Sebanyak 22 ribu sekolah akan menjalani ujian nasional secara serentak dengan jumlah pesertanya mencapai 7.157.218 siswa siswa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menganggarkan Rp. 545 miliar untuk dana ujian nasional tahun ini. Tajuk berita koran JP 2 hari yang lalu (11/4) berjudul “Rahasiakan Daerah Hitam Unas” sungguh menyentak hati dan pikiran. Ternyata, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), M. Nuh, telah mengantongi nama-nama provinsi yang masuk kategori hitam dalam pelaksanaan ujian nasional (unas). Disebut hitam karena di daerah-daerah tersebut dinyatakan pernah terjadi kecurangan unas yang tinggi. Salah satu provinsi yang pernah dicap hitam adalah Provinsi Bali. Jadi meski nilai rata-rata siswa peserta unas di Bali tinggi, kualitasnya diragukan. Tahun ini, M. Nuh tetap menetapkan adanya daerah hitam, abu-abu, putih dan lainnya. Tentu, pihak Kemendikbud tidak serta merta melansir daerah-daerah tersebut ke khalayak umum. Karena bisa dipastikan ada tekanan-tekanan dari pemerintah daerah (pemda) yang dinyatakan sebagai daerah hitam atau abu-abu. Pemda mengancam akan berlepas tangan terhadap pelaksanaan unas jika hal itu diumumkan ke publik. Kemendikbud sendiri tak kalah cerdas, pihaknya tidak akan memberikan kegiatan yang bersifat peningkatan kompetensi untuk sekolah/madrasah. Kesimpulan dari adanya penetapan status daerah-daerah hitam, abu-abu dan putih adalah pembinaan. Demikianlah Mendiknas menutup diskusi tentang salah satu polemik unas.
Menjadi Guru (bukan) Boneka
Kemendikbud pernah mempublikasikan data sekolah hitam pada unas tahun 2011 yang lalu. Saat itu disebutkan sekitar 20 daerah di Indonesia masuk kategori hitam. Diantaranya tersebar di wilayah provinsi Jawa Barat, Bali, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Namun setelah itu, Kemendikbud benar-benar merahasiakan data daerah hitam dalam pelaksanaan unas. Mereka hanya menyampaikan itu ke jajaran petinggi pemda untuk perbaikan internal. Dari berbagai sumber, penulis baru mengetahui daerah yang berstempel putih salah satunya adalah Yogyakarta, Jakarta, Malang dan Surabaya. Entahlah, bagaimana cara mengetahui suatu daerah itu hitam, abu-abu atau putih. Yang pasti bila di suatu sekolah/madrasah melakukan kecurangan selama unas, maka stempel sekolah/madrasahnya adalah hitam. Bila jujur dan menjalankan POS (Prosedur Operasi Standar) unas dengan sebaik-baiknya, maka stempel putih berhak disandang dan dibanggakan. Lalu, apa warna stempel apa sekolah/madrasah kita?
Bila stempel sekolah/madrasah di daerah kita masih hitam/abu-abu, tidak berani berubah menjadi putih, berarti guru-gurunya adalah guru boneka. Guru boneka adalah guru yang menjadi kepanjangan tangan pimpinannya yang ingin hasil akhir baik (lulus 100%) meski dengan cara-cara yang curang. Guru yang tidak bisa berbuat jujur, karena tekanan yang kuat harus lulus 100% dari atasannya. Guru yang tidak bisa berkata tidak untuk me-mark up nilai sekolah peserta didik, karena kekhawatiran nilai unasnya jeblok. Guru tidak bisa lagi menjaga kompetensi kepribadian dan kompetensi profesionalisme, dikarenakan sistem yang menggerus idealismenya. Padahal jelas tidak mungkin seorang guru mengajarkan peserta didiknya untuk mencontek/curang/tidak jujur dalam unas.
Guru bukan boneka tentu sebaliknya. Guru yang memiliki integritas profesi yang tinggi dan menjunjung tinggi martabat seorang yang bisa digugu lan ditiru. Ingin selalu berbuat jujur dalam pelaksanaan unas, tidak serta merta menuruti perintah atasan yang melanggar aturan. Apapun hasil akhir unas, selama semua persiapan materi dan mental sudah maksimal dilakukan, tawakkal adalah jalan yang terbaik. Mempertaruhkan nama baik bila ada peserta didik yang tidak lulus, memang sesuatu yang berat. Akan tetapi mempertaruhkan kejujuran dihadapan peserta didik/wali murid/masyarakat luas, tentu lebih berat.
Menjadi guru bukan boneka adalah pilihan. Guru adalah profesi yang menuntut individu-individunya adalah orang-orang yang amanah. Dan guru sangat jelas sekali mendapatkan amanah atau titipan atau kepercayaan dari para orang tua (wali murid) untuk mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya. Orang tua tidak menitipkan barang atau benda mati untuk dijaga dan dididik, tetapi yang dititipkan adalah seorang makhluk hidup yang berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak dan berkualitas. Maka, profesi ini adalah profesi yang mulia, profesi yang menuntut tanggungjawab yang sangat besar. Rasulullah saw mengingatkan dalam sebuah haditsnya, “Jika amanah disia-siakan, tunggulah saat kehancuran”. Sahabat bertanya: “Bagaimana menyia-nyiakan amanah itu?” Rasul menjawab: “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya” (HR Bukhari). Dalil itu menggambarkan konsekuensi dari sifat dan sikap amanah ini. Bersikap amanah adalah tuntutan iman. Kebalikan dari amanah adalah khianat, dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran. Rasulullah saw menegaskan hal itu bahwa, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban). Semoga kita dan sekolah/madrasah kita berstempel putih di unas tahun ini. Amin.

Ribery , Muslim Ketiga yang Meraih Pesepakbola Eropa Terbaik


Pemain sepakbola Muslim di Bayern Munich ,  Bilal Franck Ribery dinobatkan sebagai pemain terbaik di Eropa pada musim 2012/13 , mengalahkan pesepakbola Barcelona Lionel Messi dan pemain Real Madrid Cristiano Ronaldo . Ia menjadi pemain sepakbola Muslim pertama yang meraih gelar tersebut.

” Ini adalah saat yang sangat istimewa untuk bisa berdiri di sini malam ini . Saya ingin berterima kasih kepada semua rekan-rekan dari FC Bayern München , keluarga saya dan anak-anak saya , ” kata Ribery setelah menerima penghargaan , Deutsch Welle melaporkan .
“Ini sangat bagus untuk memenangkan trofi ini,  momen spesial bagi saya untuk berada di sini , ” ia menambahkan setelah diberi trofi oleh rekan senegaranya Michel Platini .
Ribery yang ssat ini berusia 30 tahun meraih 36 suara dalam jajak pendapat para wartawan dari seluruh Eropa , dan menerima penghargaan dalam sebuah upacara di Monaco .
Messi meraih  23 suara, dan pemain terpilih lainnya , dari Real Madrid , Cristiano Ronaldo meraih tiga suara .
Memenangkan trofi internasional pertamanya , penghargaan dan pengakuan atas usahanya di musim ini sebagai bagian penting bagi  timnya Bayern Munich untuk musim lalu  meraih tiga piala bersejarah ,  Liga Champions , gelar Bundesliga dan Piala Jerman .
Frank Ribery , Gelandang Bayern Munich ini telah memeluk Islam pada tahun 2006 setelah menikahi seorang wanita Muslim asal Maroko . Ia menjadi Muslim ketiga yang meraih penghargaan ini setelah George Weah, dan Zinedine Zidane.
Ribery baru-baru ini mengatakan kepada majalah Le Paris  bahwa ia merasa “terselamatkan  ” dengan Islam

Demba Ba : Menjadi Muslim Lebih Penting daripada Menjadi Pesepakbola


Pemain Sepakbola asal  Senegal  dan juga merupakan striker Chelsea ,  Demba Ba , berinisiatif  mendanai pembangunan masjid di kampung halaman orangtuanya di Senegal .

” Menjadi diri sebagai  Muslim lebih penting daripada  menjadi pesepakbola , ” katanya seperti dikutip dalam sebuah wawancara dengan Independent oleh website sen24heures  pada hari Jumat, 9 Mei.
” Seorang Muslim yang baik otomatis akan menjadi  orang yang baik , jadi saya mencoba untuk menjadi orang yang baik , ” tambahnya .
Ia ingin buktikan akan menjadi seorang Muslim yang taat , bintang Chelsea ini bahkan biasanya merayakan golnya dengan rasa syukur dan melakukan sujud .
Masjid baru ini diharapkan akan diresmikan dalam beberapa pekan mendatang .
Demba Ba berasal dari  Senegal ,  sebuah negara di Afrika Barat di mana Islam adalah agama dominan di sana . Hampir 90 persen dari penduduk negara itu adalah Muslim