Sabtu, 28 November 2015

Kisahku : Andai Waktu Dapat Kembali



Aljazirah Rabbana Group (juara 2 se Kab. Sampang)
Dulu saat saya masih kelsa 1 SMP saya ikut sebuah grup rabbana yang beranggotakan 15 orang yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Dulu kami pergi keundangan di Palengaan di rumah kepala sekolah kita AL-JAZIRAH sebelum berangkat kami setiap hari latihan, pada saat harinya di tentukan malam harinya masing-masing orang membawa beras 2 gelas, telur 2 butir termasuk saya. Saat itu ibu kami tidak memperbolehkan untuk membawa beras 2 gelas tetapi kami harus harus bawa 1 kg beras ia sudah kami bawa saja 1 kg. Pada malam hari itu kami latihan dan makan saat kami makan, kami pasti kurang tapi eahhhhhhhh sudahlah bukan rumah sendiri.


Pada suatu pagi harinya kami makan, terus mandi, siap-siap dan berangkat setelah sampai disana kita ucap salam kemudian kami di persilahkan duduk dan makan jajan disana banyak sekali lalatnya sampai-sampai kami bisa menangkap lalat itu, kemudian kami tampil sesudah tampil kami buang air kecil lalu bapak kepala sekolah menyuruh kami pergi ke waduk yang sederhana, saat di jalan kami hampir tidak tahu arah jalannya.

Lalu kami tanya pada orang dan alhamdulillah kami sampai. Sesampai di waduk kami bertemu dengan orang yang sedang pacaran yang cowok 2 dan yang cewek 2 tapi cewek yang satunya hanya diam di pinggir waduk, kemudian kami datang menyamperi cewek itu dan kita tanya siapa namanya tujuannya kewaduk itu dari mana dan kami minta nomor Hp-nya dan kami tidak jadi buang air kecil karena di situ ada cowoknya tapi kami hanya bisa berfoto-foto dan bermain air lalu kami kembali ke rumah bapak kepala sekolah. Sesampai di sana ternyata kami sudah di tunggu untuk pulang tapi kami masih numpang kamar mandinya setelah itu kami pulang dan di perjalanan asyik-asyikan beli es cream dan pada saat itu turun hujan ohhhhhh asyiknya kita terus bersenang senang sampai di rumah kami terasa sakit semua dan sangat lelah, kemudian terlelap dalam dekapan mimpi.

itulah sekelumit kisah kami, terasa ingin sekali mengubah putaran waktu untuk kembali lagi pada masa lalu yang indah dan mengasyikkan, bukannya kami sekarang tidak bahagia tapi andai waktu bisa kembali lebih baik aku hidup pada masa-masa indah itu.



Cerpen : Cinta yang Pupus


Hasil gambar untuk gambar matahari redup
Cinta bagai bayang-bayang


Halaman sekolah itu tidak terlalu lebar, tumbuhan melati berjejer menghiasinya menjadi pemisah antara kelasku dan ruang kepala sekolah. Di sudut ruangan tampak seorang administrator lagi sibuk menangani kelulusan, sementara seluruh siswa kelas VI sedang gaduh untuk menanti datangnya sebuah kertas yang sangat tidak ternilai harganya.

Sebuah kertas yang lebih dikenal dengan sebutan ijazah. Lembaran yang ku nanti selama enam tahun di tempatku menamba ilmu. Tepat pada tahun 2004 aku keluar atau lulus dari sekolahku pada saat itu aku dinyatakan tamat dari sekolah dasar dengan nilai amat memuaskan.

Saat itu aku belum tahu apa-apa, aku tampak lugu dan untuk menambah pengetahuan dan mengerjakan kewajibanku sebagai manusia, aku meneruskan sekolahku ke jenjang yang lebih tinggi. Sebuah sekolah yang lokasinya cukup jauh dari kediamanku. Setiap hari aku dengan teman-teman berjalan kaki menahan panasnya terik matahari, menelusuri hutan dan persawahan sambil bersuka ria.

Namun itu semua, tidak mematahkan semangatku untuk menuntut ilmu. Enam bulan aku sudah menempa ilmu di sekolahku, aku selalu izin untuk bermain-main disekolahku yang lama karena sekolahku itu tidak terlalu jauh dari rumah yang aku tempati. Hampir setiap hari aku izin tanpa keterangan yang jelas.

Kenakalanku makin menjadi-jadi kala aku melihat sosok wanita yang cantik sedang berdiri di sebuah tempat yang kurang lebih 5 meter dari tempat aku berdiri sekarang. Aku lihat tampangnya wanita itu memiliki karakter yang bagus dan sholehah. Aku tetap memandanginya hingga jauh, sehingga bayangannya menari-nari sulit untuk hilang dari ingatanku, kala wanita itu telah lama lenyap dari hadapanku.

Detik berganti menit, jampun silih berganti, waktu itu tepat pukul 05.30 hingga pukul 06.00 sangat cepat berlalu. Hari itu aku harus berangkat pagi-pagi ke sekolah untuk membersihkan halaman dan ruang kelas karena waktu itu merupakan jadwal piketku. Ditengah-tengah kesibukan itu, aku teringat bayangan sesosok wanita kemaren yang telah merasuki jiwaku. Dia selalu hadir dalam segenap lamunan dan fikiranku akhir-akhir ini.

Maka dengan rasa penasaran yang mendalam aku memberanikan diri dalam rasa sungkan yang luar biasa untuk menanyakan kepada teman-teman. Siapakah wanita yang aku lihat kemaren itu??. Alih-alih tidak ada jawan yang cukup mewakili dari semua jawaban mereka, mungkin mereka belum mengenalinya.

Hampir setiap hari aku menanyakan tentang dirinya. Namun, tidak ada jawan yang jelas dan tidak jauh berbeda dari yang sebelumnya. Akhirnya, aku mencoba mencari tahu sendiri tentang dirinya. Tergianglah di telingaku sebuah nama yang indah dan mempesona, namanya adalah Nabila....!

Hari-hariku nampak bagitu indah saat musim panas berubah menjadi musim semi. Saking berbunganya hatiku semua berubah menjadi lebih indah, penjara menjadi istina, hutan berubah menjadi taman bunga, dan terkadang aku merasa malu pada keteranganku sendiri.

Bila ada orang yang melihatku pada saat itu, pasti mereka mengira aku sedang tergila-gila pada sesosok wanita yang menancapkan panah asmaranya padaku. Melihat wajah cantik dan jelita itu membuatku jatuh hati padanya. Apakah ini yang namanya cinta??

Entahlah,,,,! Itu cinta atau bukan yang jelas aku bahagia saat bertemu dengan dia dan senang bukan kepalang saat melihat senyumnya. Sudah tidak ada bandingnya hanya dia seorang yang ada dalam hidupku. Setiap waktuku hanya ada namanya yang selalu terkenang dalam fikiran dan sanubariku.
***
Diawali dengan sungguh indah dan seakan menjanjikan kebahagiaan dalam duniaku. Namun, kebahagiaan itu menjelma dan menggoreskan luka yang cukup dalam. Nabila gadis yang aku suka dan bikin aku terpana oleh parasnya, ternyata dia sudah ada yang punya. Nabila adalah pacar dari temanku Hadi namanya.

Awalnya aku tidak memperdulikan hal itu. Tetapi, aku mulai sadar bahwa ada sisi yang lebih utama dan lebih penting dari cintaku itu. Aku tidak ingin menyakiti dan mengecewakan salah satu temanku sendiri. Menurutku teman adalah jauh lebih penting dibandingkan yang lainnya.
Begitulah, saat aku akan memulai dan akan merajut serta membangun cintaku dengan Nabila. Bangunan cinta yang kokoh dengan pondasi yang kuat dengan dia. Aku bingung sambil bertanya-tanya “apa yang terjadi dan aku harus bagaimana??”. Setiap hari aku melihatnya, wajahnya semakin tampak cantik bak cahaya rembulan pada saat bulan purnama.

Keadaan itu membuatku tambah semangat ingin memilikinya. Kulihat mentari masih tetap dengan keemasannya memancarkan sinarnya pada sudut-sudut halaman, memberi warna pelangi yang cukup jelas dan terang pada pandangan mataku. Rerumputan ikut bergoyang berlambai-lambai mengikuti arah matangin menghembus.
 
Aku dapat merasakan segarnya udara itu, meskipun disampingku ada sainganku Hadi. Dengan suara agak keras ia menjerit “Aku ingin kembali.....!!”

Sumber : Jazosmed@syamsulkholil

Kisah Pinangan Orang Mulia


Sebuah kisah cinta menarik tercatat dalam sejarah hidup seorang shahabat Rasulullah, Salman Al-Farisi. Ia merupakan seorang mantan budak dari Isfahan Persia. Kisah cinta Salman terjadi saat ia tinggal di Madinah setelah menjadi muslim dan menjadi salah satu sahabat dekat Rasulullah.

Pada suatu waktu, Salman berkeinginan untuk menggenapkan dien (agamanya) dengan menikah. Selama ini, ia juga diam-diam menyukai seorang wanita salehah dari kalangan Anshar. Namun ia tak berani melamarnya. Sebagai seorang imigran, ia merasa asing dengan tempat tinggalnya, Madinah.

Hasil gambar untuk gambar cincin tunangan 

Bagaimana adat melamar wanita di kalangan masyarakat Madinah? Bagaimana tradisi Anshar saat mengkhitbah wanita? Demikian yang dipikirkan Salman. Ia tak tahu menahu mengenai budaya Arab. Tentu saja tak bisa sembarangan tiba-tiba datang mengkhitbah wanita tanpa persiapan matang.

Salman pun kemudian mendatangi seorang sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah, Abu Darda’. Ia bermaksud meminta bantuan Abu Darda’ untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita impiannya. Mendengarnya, Abu Darda’ pun begitu girang. “Subhanallah wa Alhamdulillah,” ujarnya begitu senang mendengar sahabatnya berencana untuk menikah. Ia pun memeluk Salman dan bersedia membantu dan mendukungnya.

Setelah beberapa hari mempersiapkan segala sesuatu, Salman pun mendatangi rumah sang gadis dengan ditemani Abu Darda’. Keduanya begitu gembira. Setoiba di rumah wanita shalehah tersebut, keduanya pun diterima dengan baik oleh tuan rumah.

“Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman dari Persia. Allah telah memuliakan Salman dengan Islam. Salman juga telah memuliakan Islam dengan jihad dan amalannya. Ia memiliki hubungan dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Rasulullah menganggapnya sebagai ahlu bait (keluarga) nya,” ujar Abu Darda’ menggunakan dialek bahasa Arab setempat dengan sangat lancar dan fasih.

“Saya datang mewakili saudara saya, Salman, untuk melamar putri anda,” lanjut Abu Darda’ kepada wali si wanita, menjelaskan maksud kedatangan mereka.

Mendengarnya, si tuan rumah merasa terhormat. Tentu saja, ia kedatangan dua orang sahabat Rasulullah yang utama. Salah satunya bahkan berkeinginan melamar putrinya. “Sebuah kehormatan bagi kami menerima sahabat Rasulullah yang mulia. Sebuah kehormatan pula bagi keluarga kami jika memiliki menantu dari kalangan shahabat,” ujar ayah si wanita.

Namun sang ayah tidaklah kemudian segera menerimanya. Seperti yang diajarkan Rasulullah, ia harus bertanya pendapat putrinya mengenai lamaran tersebut. Meski yang datang adalah seorang shahabat Rasul, sang ayah tetap meminta persetujuan sang putri.

“Jawaban lamaran ini merupakan hak putri kami sepenuhnya. Oleh karena itu, saya serahkan kepada putri kami,” ujarnya kepada Abu Darda’ dan Salman Al Farisi.

Sang tuan rumah pun kemudian memberikan isyarat kepada istri dan putrinya yang berada dibalik hijab. Rupanya, putrinya telah menanti memberikan pendapatnya mengenai pria yang melamarnya. Mewakili sang putri, ibunya pun berkata, “Mohon maaf kami perlu berterus terang,” ujarnya membuat Salman dan Abu Darda’ tegang menanti jawaban.

“Maaf atas keterusterangan kami. Putri kami menolak lamaran Salman,” jawab ibu si wanita tentu saja akan menghancurkan hati Salman. Namun Salman tegar.

Tak sampai disitu, sang ibunda melanjutkan jawaban putrinya, “Namun karena kalian berdua lah yang datang, dan mengharap ridha Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda’ memiliki keinginan yang sama seperti Salman,” kata ibu si wanita shalihah idaman Salman, wanita yang Salman inginkan untuk menjadi istrinya, wanita yang karenanya ia meminta bantuan Abu Darda’ untuk membantu pinangannya. Namun justru wanita itu memilih Abu Darda’, yang hanya menemani Salman.

Jika seperti pria pada umumnya, maka hati Salman pasti hancur berkeping-keping. Ia akan merasakan patah hati yang teramat sangat. Namun Salman merupakan pria shaleh, seorang mulia dari kalangan shahabat Rasulullah. Dengan ketegaran hati yang luar biasa, ia justru menjawab, “Allahu akbar!” seru Salman girang.

Tak hanya itu, Salman justru menawarkan bantuan untuk pernikahan keduanya. Tanpa perasaan hati yang hancur, ia memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu. “Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan akan kuberikan semua kepada Abu Darda’. Aku juga ajan menjadi saksi pernikahan kalian,” ujar Salman dengan kelapangan hati yang begitu hebat.

Demikian kisah cinta sahabat Rasulullah yang mulia, Salman Al Farisi. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut. Ketegaran hati Salman patut dijadikan uswah. Ia pun tak kecewa dengan apa yang belum ia miliki meski ia sangat menginginkannya. Semoga Allah meridhai Salman dan menempatkannya pada surga yang tertinggi.