Selasa, 17 Maret 2015

Tali Kasih Sayang


KIsah nyata, Disebuah desa yg subur, hiduplah 2 lelaki bersaudara.
Sang kakak tlh berkeluarga dgn 2 orang anak, sedangkan si adik masih melajang.
Mereka menggarap satu lahan berdua dan ktka panen, hasilnya mereka bagi sama rata.
Disuatu malam setelah panen, si adik duduk sendiri dan berfikir. "pembagian ini sungguh tidak adil, seharusnya kakakku lah yg mendapat bagian lebih banyak karena dia hidup dengan istri dan kedua anaknya.
"Maka dimalam yang sunyi itu diam2 dia menggotong satu karung padi miliknya dan meletakkanya dilumbung padi milik kakaknya".
Ditempat yg lain, sang kakak juga berfikir, "pembagian ini adil jika adikku mendapat bagian yang lebih bnyak, karena ia hidup sendiri, jika terjadi apa2 dengannya tak ada yang mengurus, sedangkan aku ada anak dan istri yg kelak merawatku."
Maka sang kakakpun bergegas mengambil satu karung dari lumbungnya dan mengantarkan dengan diam2 ke lumbung milik sang adik.
Kejadian ini terjadi bertahun-tahun.
Dalam benak mereka ada tanda tanya, kenapa lumbung padi mereka seperti tak berkurang meski telah menguranginya setiap kali panen?
Hingga disuatu malam yang lengang setelah panen, mereka berdua bertemu ditengah jalan.
Masing2 mereka menggotong satu karung padi.
Tanda tanya dalam benak mereka terjawab sudah, seketika itu juga mereka saling memeluk erat, mereka sungguh terharu ber urai air mata menyadari betapa mereka saling menyayangi.
Beginilah seharusnya kita bersaudara.
Jangan biarkan Harta menjadi pemicu permusuhan melainkan menjadi perekat yg teramat kuat diantara saudara.
Allah telah menanamkan cinta pada hati mereka yg mau lelah memikirkan nasib saudara2 mereka.
Allah tak akan membiarkan kita kekurangan jika kita selalu berusaha mencukupi kehidupan orang lain.
Allah tak akan menyusahkan kita yg selalu berusaha membahagiakan orang lain...!

Teladan : Khalifah Umar Bin Abdul Aziz


Hari itu cuaca teramat panas, matahari memancar terik sejak pagi, anak Khalifah Umar bin Abdul Azis yang paling bungsu sehabis bermain sejak pagi berasa sangat lapar lalu meminta makanan daripada ibunya. Tetapi ketika itu isteri Khalifa, Fatimah belum memasak sesuatu apapun.
“Pergilah berjumpa dengan ayahmu di baitulmal, mungkin dia dapat memberikan kamu sesuatu yang dapat dimakan,” kata Fatimah.
Anak itupun berlari lari riang dan lucu mencari ayahnya. Ketika itu ia melihat ayahnya Khalifah Umar bin Abdul Azis masih bersama beberapa orang pegawainya untuk menimbang sejumlah buah apel untuk dibagikan kepada mereka yang layak menerimanya.
Tiba tiba masuk seorang buah hati Khalifah yang kecil itu menuju tumpukan buah apel, lalu mengambil sebuah apel dari tumpukkan dan lalu hendak memakannya. Khalifah Umar bin Abdul Azis melihat anak kesayangannya mengambil dan khalifah segera merebut paksa buah apel itu dari mulut anaknya hingga buah hatinya menangis lalu berlari pulang ke rumahnya.
“Wahai Amirul Mukminin, anakmu itu sedang lapar, toh kita masih mempunyai stok banyak buah apel untuk diberikan kepada orang banyak, sekiranya hilang satu buah, tentu tidaklah menjadi kerugian,” kata Sahal, adik Khalifah Umar bin Abdul Azis yang turut berada dan menyaksikan kejadian tersebut.
Sahal,  tidak sampai hati melihat keponakannya yang sedang lapar itu menangis ketika sebuah apel yang hendak dimasukkan kedalam mulut yang direbut oleh ayahnya.
Khalifah Umar Abdul Azis hanya berdiam diri mendengar kata kata adiknya ini. Hatinya sendiri ketika itu sedang gelisah. Dia terpaksa memilih antara keridhaan Allah dengan keinginan anak kesayangannya. Dia memilih mengutamakan keridhaan Allah.
Selesai kerjanya di baitulmal, Khalifah Umar pulang segera ke rumah. Ditemui anak bungsunya yang sedang lucu lucunya, dan dia memeluk dan mencium buah hatinya, tapi dia mencium harumnya buah apel pada mulut si bungsu anaknya, Khalifah Umar segera memanggil Isterinya , Fatimah.
“Wahai Fatimah, darimana kamu dapatkan buah apel untuk anak kita?” Tanya Khalifah Umar bin Abdul Azis.
“Anak itu sedang kelaparan tadi siang , dan ia ingin sekali memakan buah apel, lalu akhirnya saya belikan sebuah di pasar, apel itulah yang dimakannya untuk menahan rasa laparnya.” Jawab Fatimah.
Dengan wajah lapang dan sambil menangis Khalifah Umar bin Abdul Azis pun bercerita kejadian tadi siang terkait dengan anak bungsunya dan ia berkata,”Wahai isteriku Fatimah, ketika saya merebut buah apel itu dari mulut anak kita, sungguh, saya merasakan seperti merengut jantung saya sendiri. Tetapi apa daya karena saya sangat takut akan api neraka yang akan membakar anak kita, jadinya saya rebut buah apel itu dari mulutnya.
Begitulah seorang hamba Allah, seorang Khalifah , mu’min ,muttaqin, yang mencontohkan kehati hatiannya , yang mengharapkan seluruh keluarga bahkan rakyatnya untuk mencapai surga Allah, beliau sangat khawatir barang barang haram memasuki aliran darah di keluarganya.
Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan pemimpin dan pejabat Negara ini…bagaimana dengan keturunan mereka? Apakah menikmati hasil atau harta harta Negara atau fasilitas Negara yang di atur atur…Ya Allah lindungi kami dan keluarga kami, para pemimpin kami , para ustadz kami, dan seluruh kaum muslim agar kami dan mereka memperhatikan apa apa rezeki yang dinikmatinya…

Cerita Nelayan Madura


Ini Dia Kisah Lucu tentang Nelayan Madura. Ini cerita soal kejadian di Madura, beberapa bulan lalu, Karena situasi cuaca yang kurang menguntungkan, jumlah tangkapan ikan nelayan sampang dalam beberapa bulan terakhir ini menurun. karenanya, nelayan sampang mulai meluaskan daerah penangkapan ikannya. karena ikannya ndak ketangkep ketangkep juga, sampailah akhirnya nelayan sampang ini ke daerah kekuasaan nelayan pamekasan..

Nelayan Sampang kemudian berhasil mendapatkan ikan yang lebih banyak di daerah tersebut. tentu saja hal ini tidak menggembirakan hati nelayan Pamekasan. karenanya, terjadilah pertengkaran yang berlanjut ke adu jotos,dan akhirnya kedua kelompok di tangkap dan sampailah keduanya dipengadilan negeri pamekasan..

Pak Brudin, kepala nelayan Sampang, duduk di kursi terdakwa karena dituduh memulai perkelahian. hakim pun bertanya kepadanya

Hakim :
“pak brudin, kenapa kok sampeyan tega teganya nangkep ikan di sini ?”, “kan daerah sini adalah daerahnya orang pamekasan ?”

Pak Brudin :
“lho pak.. saya itu ngerti pak kalo saya ini nangkep ikan di daerahnya orang pamekasan,.. tapi saya ini ndak salah pak..”

Hakim :
“lho .. kok bisa sampeyan bilang ndak salah ?”

Pak Brudin :
“gini pak, saya di laut sini ini cumak nangkepin ikan sampang yang kebetulan lari ke pamekasan. jadi saya ini ndak salah pak.. saya ini cumak ngejar ikan itu thok.. ikan yang saya tangkep ini asalnya dari sampang semua..”

Hakim :
“sampeyan jangan bohong !! gimana caranya sampeyan tahu kalo ikan yang sampeyan tangkep itu asalnya dari sampang ?”


Pak Brudin :
“lho pak.. saya ini jadi nelayan sudah 30 tahun pak, saya ini paling tahu soal ikan. kalo soal hukum, pak hakim memang lebih tahu dari saya. tapi kalo soal ikan pak, ndak ada pak yang lebih tahu dari saya itu..”

Cerita Ringan


Saya ini dari surabaya
Hal rutin setiap jelang Ramadhan Cak Sakerah selalu berkunjung kemakam keluarga besarnya di daerah Batu Malang. Kali ini dia naik Bus Restu Panda jurusan Surabaya Malang ekonomi. Di tanjakan sebelum masuk kota malang bis yang ditumpanginya salah satu bannya pecah, Bispun segera kesisi untuk ganti ban di tanjakan tersebeut.
Ganti Ban Lama tidak selesai, Cak Sakerah kebelet Kencing... Dicarinya tempat yang aman untuk hajatnya, akhirnya dipilihlah sisi belakang bis tersebut yang bersebrangan dengan Ban pecah yang sedang diperbaiki.
Belum Selesai urusan buang air kecilnya mendadak kernet bis mencak-mencak sambil menunjuk Cak Sakerah penuh emosi... jadi perhatian dan mengundang penumpang lain dibis tersebut, Cak Sakerah menghadipinya dengan santai dan cuek sambil terus menyelesaikan hajatnya.
Cak Sakera: Sampeyan itu kalau ngomong sama orang tua yang sopan ya...
Kernet: Mau sopan gimana...itu air kencing ketempat saya semua...
Cak Sakera: lha kalau itu saya ga tau jalannya miring kesitu...
Kernet: Makanya kalau mau kencing yang jauh sana...(sambil berteiak)
Cak Sakera: Eh mas... Sampeyan ga perlu emosi kayak gitu... Asal sampeyan tau, saya ini dari surabaya sampai disini apa kurang jauh mas...?

Lomba nyanyi lagu Hari Kemerdekaan
Dalam kesempatan lomba nyanyi lagu Hari Kemerdekaan. Dengan semangat Cak Sakerah mulai menyanyi:
"Enam belas Agustus tahun empat lima ..."
Juri : "Bapak, salah itu... Ulangi !"
Cak Sakerah mulai lagi:
"Enam belas Agustus tahun empat lima ..."
Juri : "Masih salah ... Ini kesempatan terakhir!"
Cak Sakera: "Saya ndak salah pak, sampean dengar saya nyanyi dulu"
Akhirnya juri serius mendengarkan,
"Enam belas Agustus tahun empat lima... BESOKNYA hari Kemerdekaan kita ..."