Minggu, 04 Januari 2015

Teuku Wisnu dan Fenomena Dakwah Selebritis


AKHIR-AKHIR ini masyarakat ramai membicarakan seorang artis tampan ternama tanah air, Teuku Wisnu, bukan karena dia menyiarkan secara live persalinan atau pernikahanya di sebuah TV swasta, namun karena ia sedang hangat diberitakan tentang perubahan penampilan dan sikap pribadinya yang lebih islami.

Di media sosial telah banyak orang men-shared tentang kabar dirinya yang kini lebih memilih memelihara jenggot dan bercelana ngatung. Perubahan ini mulai terlihat setelah pria yang lahir di Aceh 4 Maret tahun 1985 ini menikahi Shireen Sungkar, perubahan itu semakin kentara setelah Shireen mengandung buah hati mereka.

Sejenak kita merenungi apa yang tengah dialami Teuku Wisnu, tentu kita sama tahu tentang Teuku Wisnu ini, artis tampan Ibukota yang terkenal lewat sinetron “Cinta Fitri” yang tayang disebuah stasiun televisi swasta, sebuah sinetron dengan episode terpanjang di Indonesia. Sinetron tersebut diperankan dengan lawan mainya yaitu Shireen Sungkar yang kini telah menjadi istrinya.

Berita macam ini tentu tak akan heboh sehingga media tak ingin tertinggal apabila yang mengalaminya adalah tetangga kita yang bernama Parjo misal. Dan kita tak akan heran jika para ustadz artis yang sering nongol di TV memelihara jenggot dan bercelana tidak Isbal karena memang sudah sepatutnya. Tetapi ini menimpa seorang artis ternama yang notabene aktor tampan yang digandrungi dari ibu-ibu komplek sampai ibu-ibu di pedesaan.

Amat jarang terjadi seorang artis yang memilih untuk merubah penampilanya agar lebih terlihat Islami, merubah sikapnya agar lebih menjauhi kontroversi demi mendongkrak popularitasnya yang sering dilakukan para artis yang mulai kehilangan job tayang di TV.

Hal senada telah lebih dulu dijalani seorang artis yang lebih dulu memilih jalan Islam, sebut saja Sakti yang dulu adalah seorang penggebuk drum Sheila On 7, karena pilihanya untuk mendalami Islam dan berhenti dari dunia musik, dia tidak lagi menjadi perbincangan dan kehilangan namanya di dunia hiburan tanah air. Sakti bergabung dengan gerakan yang dikenal dengan nama Jama’ah Tabligh (JT).

Fenomena artis yang memilih untuk lebih dekat Islam adalah kemenangan tersendiri bagi para aktivis dakwah, di saat aktivis dakwah amat jenuh melihat degradasi moral anak bangsa, maraknya kristenisasi dan aliran sesat macam Syiah dan JIL yang semakin kentara perlawananya terhadap dien (agama, red) ini.

Melihat bahwa artis ada yang memilih jalan Islam tentu menjadi penyemangat bagi aktivis, di tengah-tengah kerusakan akhlak ternyata masih ada artis yang merubah penampilanya lebih islami, berfikir bahwa artis saja paham akan jalan ini, kenapa kita justru menyerah?

Maka semangat yang sempat luntur kini mulai bangkit dan lebih segar lagi.

Hal berani itu telah dilakukan seorang Teuku Wisnu, hal macam itu tentu akan mempengaruhi karirnya di dunia perfilman tanah air. Nama besarnya akan meredup atau diredupkan karena para pelaku dunia hiburan akan enggan menawarkan job kepada artis yang macam itu. Sebab yang sering terjadi adalah seorang artis akan kehilangan job jika dia berpenampilan islami, karena tidak ‘menjual’ dan industri hiburan tentu melihat hal macam itu tidak disukai pasar.

Tidak usahlah jauh-jauh, kita ambil contoh di sekitar kita, para pemuda-pemudi itu kalau mereka melihat ada orang yang berpenampilan macam Teuku Wisnu, berjenggot dan bercelana nggantung saja mereka mentertawakan atau memandang sinis.

Jatuhnya Pesawat AirAsia, Awan Cumulonimbus dan Mu'jizat Ilmiah Alquran


Pesawat Air Asia QZ-8501 jatuh di sekitar Laut Jawa dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura pada 28 Desember 2014 lalu. Pesawat berpenumpang 155 dengan tujuh awak ini diduga jatuh akibat adanya awan cumulonimbus (Cb).

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di lokasi hilangnya pesawat AirAsia ditemukan awan cumulonimbus (Cb) yang sangat tebal mencapai 5-10 kilometer. selain itu, jaringan pemantau cuaca, Weather Bug, mengatakan petir menyambar di dekat jalur penerbangan AirAsia penerbangan QZ8501.

Keberadaan awan Cb sering dianggap sebagai momok bagi kalangan penerbangan. Pengamat Penerbangan, Jusman Syafii Djamal, mengatakan awan cumulonimbus (Cb) dapat menyebabkan turbulensi dan mesin pesawat mati.

''Di dalam awan cumulonimbus terdapat butiran es yang mengalir. Kalau butiran ini masuk ke engine (mesin, red), maka dapat menyebabkan engine mati,” ujar Jusman yang juga mantan Menteri Perhubungan itu.

Di dalam awan cumulonimbus tidak hanya terdapat aliran butiran es yang dapat membekukan mesin pesawat sehingga menyebabkan kerusakan dan pesawat tidak bisa terbang lagi. Di dalam awan cumulonimbus juga terdapat badai petir yang mengkilat-kilat.

Fakta awan cumulonimbus dan jatuhnya pesawat AirAsia ini membuktikan kebenaran Alquran. Empat belas abad lalu, Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw telah menurunkan firman-Nya yang memaparkan keberadaan awan cumulonimbus tersebut dalam Surat An-Nuur [24] ayat 43.

''Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan lalu mengumpulkannya. Allah kemudian menjadikan awan-awan tersebut bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dia juga menurunkan butiran-butiran es dari gumpalan-gumpalan awan yang besarnya bagaikan gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya butiran-butiran es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatannya hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Penggalan ayat ini menginformasikan, butiran-butiran es turun dari awam yang bagaikan gunung. Dan bahwa pada butiran-butiran es itu merupakan sebab terjadinya kilat dan bahwa kilatannya merupakan yang paling berkilau, sehingga hampir-hampir saja menghilangkan pandangan. Subhanallah...Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Paus Benediktus XVI: Kalender Masehi Itu Salah


Pimpinan tertinggi umat Kristen Katolik sedunia sebelum Paus Fransiskus, yatu Paus Benediktus XVIpenha menegaskan jika seluruh sistem penanggalan Masehi itu salah. Sebab itu, Yesus sesungguhnya tidak lahir pada 25 Desember dan Tahun Baru pun salah hari. “Kesalahan” itu dilakukan oleh seorang rahib abad ke-6 Masehi bernama Dionysius Exiguus atau juga dikenal sebagai ‘Dennis the Small’. Itu diucapan Paus Benediktus XVI dalam buku “Yesus of Nazareth: The Infancy Narratives” yang dirilis pada Novemmber 2012.

“Perhitungan awal dari kalender kita –berdasarkan pada kelahiran Yesus– dibuat oleh Dionysius Exiguus, yang membuat kesalahan dalam perhitungannya sebanyak beberapa tahun,” tulis Paus, yang mencetak perdana bukunya sebanyak satu juta eksemplar untuk dijual ke seluruh dunia.

“Tanggal lahir Yesus yang sebenarnya lebih awal beberapa tahun,” tulisnya dibuku itu, sebagaimana dikutip The Telegraph.

Sebenarnya, pernyataan bahwa sistem perhitungan kalender Masehi didasarkan pada premis yang salah, bukan barang baru. Banyak sejarawan yang sudah menyatakan Yesus diyakini lahir antara tahun 7 SM dan tahun 2 SM.

“Tetapi, fakta kesalahan ini diungkap oleh seorang Paus, tokoh Dunia Kristen paling terkemuka sedunia, pemimpin satu juta umat Katolik, adalah suatu hal yang sangat menyolok mata, “ demikian The Telegraph.

Dalam bukunya tersebut, Paus Benediktus XVI dengan kritis juga mempertanyakan tradisi-tradisi yang muncul dalam tradisi perayaan Natal, seperti rusa, keledai dan binatang-binatang lainnya dalam kisah kelahiran Yesus, yang menurutnya sebenarnya tidak ada. Paus Benediktus XVI juga mengangkat perdebatan mengenai tempat kelahiran Yesus, yang menurut sebagian orang di Nazareth dan sebagian lain di Betlehem (Bait Lahim), yang keduanya terletak di Palestina.

“Di Bibel tidak ada refensi yang menyebukan kapan dia dilahirkan –semua yang kita tahu hanyalah dia dilahirkan pada masa Herod yang Agung, yang wafat sebelum 1M,” katanya Barton kepada Daily Telegraph. “Sudah sejak lama diduga bahwa Yesus dilahirkan sebelum 1M. Tidak seorang pun yang tahu kepastiannya.”

Nah, jika Natal 25 Desember saja salah perhitungan, maka demikian pula dengan momentum pergantian tahun masehi. Apa yang dirayakan dengan pergantian tahun masehi selain merayakan ritual kaum pagan untuk menyembah Dewa Janus? (Rizki Ridyasmara)