Minggu, 12 April 2015

Ingin Taubat?

Pada suatu senja yang sepi, terlihat ada seorang wanita yang berjalan dengan terhutung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan kalau dia berada dalam duka yang sangat mendalam. Kerudungnya menangkup hampir seluruh wajahnya.

Kulitnya bersih, badan yang semampai serta raut wajahnya yang cantik, tidak dapat menghapus kesan duka yang tengah dia hadapi. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman Nabiyullah Musa as.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam, dan terdengarlah ucapan salam balasan dari dalam rumah serta mempersilahkan masuk.

Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil menundukkan kepalanya. Air matanya mengalir terus tiada henti-hentinya dan berkata kepada Nabi Musa as,
"Wahai Nabiyullah, tolonglah saya, tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya," kata wanita cantik itu.

"Apakah dosa yang telah engkau lakukan wahai wanita?" tanya Nabi Musa as terkejut.
"Wahai Nabiyullah, saya takut mengatakannya," jawab wanita cantik itu.
"Katakanlah, jangan ragu-ragu," ujar Nabi Musa as.


Maka, perempuan itu pun dengan nada terpatah bercerita,
"Saya...saya...telah berzina."
Mendengar pengakuan wanita cantik itu, Nabi Musa as mengangkat kepala, hatinya tersentak kaget. Wanita cantik itu kemudian meneruskan pengakuannya.
"Akibatnya saya hamil, setelah anak itu lahir, langsung saya...cekik lehernya sampai tewas," ucap wanita cantik itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Dengan mata yang berapi-api, Nabi Musa mengusir wanita itu.
"Wahai perempuan, enyahlah engkau dari sini agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu itu," usir Nabi Musa as.

Wanita cantik itu makin hancur lebur hatinya.
Dengan segera ia bangkit dan melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Nabi Musa as.
Sepanjang perjalanan dia menangis, air matanya tak bisa berhenti barang sebentar saja. Dai sangat menyesal dan sungguh-sungguh ingin bertobat.

Ia tidak tahu lagi harus kemana hendak mengadu. Langkahnya gontai tak tentu arah.
Wanita cantik ini dalam hati yakin, tidak ada lagi manusia yang dapat membantunya untuk bertobat.

Dalam langkah perlahan dan sambil menangis dia berguman dalam hati,
"Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, mana mungkin manusia lain menerimanya?"
Terbayang langsung olehnya betapa besar dosa yang telah dia lakukan.
Dia merasa dosanya seperti bumi dan langit bergabung menjadi satu, betapa jahat sekali perbuatan yang telah dia perbuat.

Di lain tempat, di kediaman Nabi Musa as, Malaikat Jibril turun dan mendatangi Nabi Musa as.
Malaikat Jibril bertanya,
"Wahai Nabi Musa as, mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya."

Nabi Musa as langsung terperanjat kaget mendengar penuturan Malikat Jibril.
"Dosa apakah yang lebih besar daripada kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" tanya Nabi Musa as.

Dengan rasa ingin tahu, Nabi Musa as bertanya kepada Malaikat Jibril,
"Benarkah ada dosa yang lebish besar daripada perempuan nista itu?"
"Ada," jawab Malaikat Jibril.
"Dosa apakah itu?" tanya Nabi Musa as dengan penasaran.
"Dosa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina."

Mendengar penjelasan Malaikat Jibril tersebut, Nabi Musa as kemudian mencari wanita yang baru diusirnya. Setelah agak lama mencari, akhirnya Nabi Musa melihat wanita yang berjalan gontai sambil menundukkan kepala serta menangis tersebut.

Nabi Musa as berkata, "Wahai wanita, aku akan memohonkan ampun atas perbuatanmu kepada Allah SWT." Nabi Musa as mengangkat tangan di jalan itu juga dengan khusyuknya beliau berdoa untuk memohonkan ampunan kepada Allah SWT untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa as berpesan kepada wanita cantik itu agar selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Nabi Musa as menyadari bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa penyesalan, itu sama saja dengan berpendapat bahwa shalat itu tidak wajib dan tidak perlu.

Hal tersebut berarti orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa penyesalan seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak memiliki HAK untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedangkan orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh, seperti wanita itu, berarti masih mempunyai iman di dalam dadanya

Enggan Zakat di Telan Bumi

Hasil gambar untuk gambar bumi terbelah
Kisah Qarun bin Yashar bin Qahit dan hartanya yang ditelan bumi ini diabadikan dalam Al Qur'an untuk menjadi pelajaran bagi umat islam dan bahkan umat yang lain.

Allah SWT berfirman,

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الأرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

Artinya:
"Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)."

Dikisahkan bahwa pada mulanya Qarun ini hanya manusia yang miskin. Ia bekerja sebagai pegawai kerajaan yang dipimpin oleh Raja Fir'aun. Namun demikian, Qarun termasuk orang yang licik dan munafik. Di depan Raja Fir'aun, ia menyatakan pengabdiannya, namun di depan Nabi Musa a.s ia menyatakan beriman kepada Allah SWT.

Pada suatu kesempatan, ia meminta Nabi Musa untuk mendoakannya kepada Allah SWT agar ia diberi kekayaan. Permintaan tersebut akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT. Dalam waktu yang singkat, Qarun menjadi kaya raya. Dia memiliki ribuan gudang harta berisikan emas dan perak. Qarun sangat kaya sehingga kunci-kunci harta bendanya harus dipikul oleh beberapa orang yang kekar.

Suatu ketika, Nabi Musa a.s mendapat perintah dari Allah SWT agar orang-orang kaya yang ada di Mesir membayar zakat. Karena sejak lama Qarun menyatakan beriman, maka Musa pun menyampaikan perintah Allah tersebut kepadanya.

Qarun menanggapi aturan zakat itu dengan sinis dan dingin.
Bahkan ia mencoba untuk berkolusi dengan Nabi Musa.
"Aku mau membayar zakat, tetapi 1 dinar untuk 1.000 dinar dari hartaku, bagaiamana?" kata Qarun menawarkan kepada Nabi Musa.
"Aku tidak boleh mengambil keputusan di luar ketentuan Allah SWT. Sebagaimana telah aku sampaikan sebelumnya kepadamu, bahwa Allah mewajibkan kepada kita untuk membayar zakat seperempat dari seluruh harta yang dimiliki," kata Nabi Musa.

"Apa-apaan ini, kalau seperempat dari harta yang ada, alangkah besarnya," keluh Qarun.
Secara tegas, Qarun pun menolak peraturan itu. Semenjak itu, permusuhan Qarun dengan Nabi Musa a.s. mulai muncul ke permukaan. Qarun mulai terang-terangan mengajak orang-orang kafir untuk membangkang dan memusuhi Nabi Musa dan pengikutnya.

Bahkan tidak hanya itu, Qarun sengaja menciptakan fitnah kepada Nabi Musa. Ia membayar mahal seorang wanita untuk mengaku pernah berzina dengan Nabi Musa. Mengetahui dirinya diftnah, Nabi Musa ingin menayakan langsung kepada si wanita tersebut yang disaksikan oleh orang banyak.

"Demi Allah yang telah menciptakanku, katakan yang sebenarnya, apakah aku pernah berzina denganmu?" tanya Nabi Musa.
"Wahai Musa, demi kebenaran, maka akau akan menjawabnya secara jujur. Sesungguhnya tuduhan itu tidak benar. Beberapa waktu yang lalu, Qarun telah mengajakku mengakui bahwa engkau pernah berzina denganku sampai hamil. Lalu dia menjanjikan untuk imbalan seribu dirham. Setelah aku pikir, maka aku lebih memilih takut kepada Allah SWT daripada menuduh utusan-Nya berbuat zina," kata wanita itu.

Nabi Musa terharu mendengar pengakuan wanita itu. Ternyata masih ada wanita malam yang berhati jujur dan takut kepada Allah SWT. Ia lalu langsung sujud syukur kepada Allah SWT yang telah menolongnya dari permainan Qarun yang curang dan buruk itu.

Nabi Musa a.s. berdiri kembali.
Ia berkata kepada orang-orang yang ada di sana untuk terus beriman kepada Allah SWT.
"Wahai Bani Israil, barang siapa yang mendukung Qarun, maka tetaplah di sini. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah SWT maka marilah pergi dari sini untuk mengikutiku," kata Nabi Musa a.s.

Sebagian orang yang menjadi pengikut Qarun masih tetap bertahan di tempat itu.
Sedangkan Musa dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka. Sesaat setelah meninggalkan mereka, Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT agar bumi menelan Qarun dan pengikutnya.
Seketika itu juga bumi menjadi terbelah. Tanah tempat berpijak Qarun dan pengikutnya menelan mereka sampai ke dasar bumi.