Rabu, 25 September 2013

Malam Minggu Miko 2 - Malam Baru Miko


Indonesia-Iran Tingkatkan Kerja Sama Kebudayaan

Teheran, Iran -- Dalam kunjungan kerjanya di Iran dari tangal 21 hingga 23 September 2013, Mendikbud melakukan serangkaian kegiatan. Diantaranya melaksanakan pertemuan dengan Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran. Pertemuan juga dilakukan dengan Kementerian Riset dan Teknologi Iran.
Usai diterima Dekan Fakultas Hukum dan Politik, Universitas Teheran, Mendikbud menyampaikan ceramah ilmiah. Selanjutnya, membuka Festival Kebudayaan Indonesia sebagai penanda 1000 Tahun Hubungan Indonesia dengan Iran.
Mendikbud juga bertemu dengan Menteri Pendidikan Iran. Kunjungan kerja diakhir dengan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Teheran.
Dalam konferensi pers Menteri Nuh menekankan pentingnya hubungan budaya. "Kita bersahabat dengan siapapun. Apalagi basisnya kebudayaan yang sifatnya bisa lintas etnis, primordialisme, dan dalam batas tertentu lintas agama," ujarnya.
Nuh mengatakan, yang paling mendasar dalam membangun hubungan adalah mencari persamaan. Dimulai dari menemukan titik persamaan, menjadikannya garis persamaan, kemudian bidang persamaan. "Tidak berhenti di situ, tapi harus mewujudkannya menjadi ruang persamaan," imbuhnya.
Sebaliknya, kata Menteri, jika dimulai dari perbedaan, apalagi kalau tak ada dialog, maka akan muncul kekerasan. "Karena itu manakala ada perbedaan harus diselesaikan dengan dialog," pungkasnya. (PIH)

Potret pendidikan indonesia



Usia Anda Hanya Satu Hari, Hari Ini adalah Hari Anda

Jika anda terbangun hari di pagi hari, maka janganlah lagi anda menanti sore segera menjelang. Hari ini Anda akan hidup, hanya hari ini. Tidak ada hari kemarin yang telah pergi bersama suka dukanya. Tidak ada hari esok yang sampai saat ini belum kunjung datang. Matahari hari inilah yang kini menaungi anda. Hari ini adalah hari anda , HANYA HARI INI. Usia anda hanya satu hari ini. Tumbuhkan semangat hidup dalam jiwa anda hanya untuk hari ini. Berfikirlah bahwa Anda lahir hari ini dan mati hari ini.

Dengan jalan seperti itu, hidup Anda tidak akan gagap untuk meraba antara kecemasan, kesedihan, dan duka masa lalu dengan khayalan masa depan, lengkap dengan potret suramnya yang mengerikan serta segudang problematika hidup yang siap menerkam anda.
Untuk satu hari ini saja, curahkan konsentrasi , perhatian, prestasi terbaik , kerja keras dan kesungguhan anda. Hanya untuk hari ini saja anda harus siap melaksanakan shalat dengan khusyu, bacaan Al Qur’an, zikir dengan penuh kehadiran hati, (Aidh Al Qarni)

Presiden Tidak Mau Perdamaian Syiah Formalitas


TEMPO.CO, Surabaya -  Ketua Tim Rekonsiliasi Syiah Sampang Abdul A'la mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan persoalan Sampang cepat selesai dan kedua belah pihak yang berkonflik bisa kembali berdamai dan hidup rukun menjadi tetangga meskipun berbeda keyakinan. "Tetapi bukan perdamaian yang sifatnya hanya formalitas di atas kertas saja, melainkan benar-benar damai. Tidak ada rekayasa, itu keinginan pak presiden," katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 25, September 2013.
Menurut A'la, meskipun piagam perdamaian telah ditandatangani oleh warga Syiah dengan beberapa orang yang mengatasnamakan perwakilan masyarakat Sampang. Dia menyebutkan masih akan menelusuri yang terlibat langsung dalam penandatangan perdamaian merupakan masyarakat yang terlibat konflik atau tidak. "Jika dalam penandatanganan tersebut dilakukan oleh kelompok diluar pihak yang berkonflik, maka piagam perdamaian hanya akan menjadi formalitas dan tidak bisa menyelesaikan persoalan," ujarnya.
A'la melanjutkan informasi yang di dapat dari bawah, belum semua pihak yang berkonflik mau menerima warag Syiah untuk kembali ke kampung halamannya. "Masih ada pihak yang terlibat konflik maupun yang menjadi korban dalam konflik masih menyimpan rasa dendam," katanya.
Strategi tim rekonsiliasi, kata dia, untuk mendamaikan mereka yang masih dendam dengan dengan pendekatan secara kekeluargaan. Caranya yaitu akan melibatkan kerabat dekat kedua belah pihak untuk silaturahim untuk mencari solusi agar persoalan ini bisa selesai. "Kedepan, mereka akan terus kita ajak untuk berkunjung ke warga Syiah," katanya.

Bagi Siapapun Pejuang Kebaikan, Pasti Akan Menemui Kawan Maupun Lawan

Memanglah orang yang hendak membawakan kebenaran itu, siapapun juga ,  ibarat orang berdiri antara dua pihak. Kawan dapat, musuh pun dapat. Keduanya datang bersama sama. Hanya orang yang tidak mempunyai musuh yang tidak mempunyai kawan. Jadi kalau saudara mau mempunyai banyak kawan, maka musuh saudara pun akan banyak. Tidaklah Allah memberikan kepada orang yang berjuang itu kawan saja tanpa lawan. Kalau memang lawan sudah tidak ada, tentu tidak ada lagi perjuangan.
Sukarnya, orang yang sedang memperjuangkan yang haq itu bila matanya hanya tertuju kepada banyaknya lawan lawan saja. Yang dilihatnya hanyalah dimana mana orang mengejek dan orang memaki lalu dia menjadi sesak nafas dan putus asa. Akan tetapi dia harus melihat juga bahwa Allah SWT mengadakan tiap tiap sesuatu dalam pasangan. Ini pun ada pasangannya. Sebagaimana ada wanita dan ada pria, ada negatif dan ada positif, ada haq dan batil, begitu pula ada kawan ada musuh.
Selama kita masih hidup dalam undang undang (sunnatullah) yang berlaku di dunia ini, kita harus yakin bahwa apabila kita bergerak dalam masyarakat manusia biasa, bukan malaikat, maka ketahuilah bahwa pekerjaan kita itu tidak akan terlepas dari orang yang setuju dengan orang yang tidak setuju.
sumber : http://www3.eramuslim.com/nasehat-ulama/bagi-siapapun-pejuang-kebaikan-pasti-akan-menemui-kawan-maupun-lawan.htm

Orangtua Jangan Diamkan Penggunaan BOS


JAKARTA, KOMPAS.com - Orangtua siswa harus lebih kritis mengawasi penggunaan dana bantuan operasional sekolah (BOS), demi terciptanya transparansi BOS. Dengan berdiam diri, transparansi penggunaan BOS tidak akan terwujud dengan baik.
Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan hal itu dalam diskusi tentang akses informasi publik di Jakarta, Kamis (14/10/2010). Dikatakannya, Kementerian Pendidikan Nasional sebetulnya sudah membuka secara transparan mengenai penyaluran dana BOS ke sekolah-sekolah di Tanah Air. Namun, keterbukaan penggunaan dana tersebut kerap berhenti di tingkat sekolah yang memiliki kewenangan otonomi atas pemanfaatan BOS tersebut.
Informasi mengenai penggunaan BOS ini hanya diketahui oleh kepala sekolah dan komite sekolah. Bahkan, katanya tidak semua guru mengetahui anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS) yang di antaranya melibatkan dana BOS.
Orangtua siswa juga berhak mengetahui penggunaan dana BOS tersebut dengan menanyakan kepada pihak sekolah. Akan tetapi, hal ini seringkali diabaikan karena putra-putri mereka justru mendapat sanksi atau tudingan dari pihak sekolah. Akibatnya, banyak orangtua siswa memilih diam dan tak memedulikan hal tersebut agar pendidikan anaknya tak terganggu.
"Masalah (keterbukaan informasi) dana BOS ini ada dua, yakni manajemen sekolah yang tidak terbuka dan sikap masyarakat yang tidak acuh," kata Darmaningtyas.
"Orangtua jangan jadi penakut. Kalau melihat ada pelanggaran (pemakaian BOS), tanyakan dan laporkan," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP) Henny S. Widyaningsih mengatakan, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 menjamin masyarakat untuk menerima informasi dari pejabat publik, termasuk mempertanyakan keterbukaan penggunaan dana BOS. Pejabat publik pun wajib memberikan informasi yang diperlukan kepada pemohon dan bahkan bisa dikenai hukuman penjara atau denda jika mengabaikan permohonan keterbukaan informasi itu.

Kurikulum 2013 : Tidak Menghapus Mata Pelajaran

Ada kekhawatiran pada masyarakat jika Kurikulum 2013 diterapkan akan ada penghapusan beberapa mata pelajaran. Kekhawatiran ini dijawab Mendikbud Mohammad Nuh, bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran, yang ada hanya pengintegrasian mata pelajaran.
Mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Pengintegrasian ini dilakukan karena penting, serta menyesuaikan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat.
Hadirnya kurikulum baru bukan berarti kurikulum lama tidak bagus. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Pergeseran paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi pijakan di dalam pengembangan kurikulum 2013.
iklan3-gbr1
iklan3-gbr2
Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan kerangka komptensi abad 21 yang menjadi dasar di dalam pengembangan kurikulum 2013.
iklan3-gbr3
iklan3-gbr4
iklan3-gbr5
Ada empat standar dalam kurikulum yang mengalami perubahan, meliputi standar kompetensi lulusan, proses, isi, dan standar penilaian. Terhadap perubahan itulah maka rumusan standar kelulusan (SKL) pun berubah. Gambar 3 menunjukkan ruang lingkup SKL. Sedang gambar 4 dan gambar 5 berturut-turut tentang SKL Rinci dan SKL Ringkas.
Sumber : http://www.kemdikbud.go.id/uji-publik-kurikulum-2013-3.html

Berdoalah dengan Berendah Diri dan Lembut, InsyaAllah Keajaiban Tiba

“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut juga dengan rasa takut"

Oleh: M. Husnaini

NAMANYA Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhari (196 H/810 M-256 H/870 M). Siapa saja yang belajar hadis pasti mengenal ulama bernama populer Imam Bukhari ini. Lahir di Bukhara, Uzbekistan, dia adalah ahli hadis termasyhur sepanjang masa. Tetapi, tahukah Anda bahwa ulama yang hafal puluhan ribu hadis beserta detail sanadnya ini pernah mengalami kebutaan sewaktu kecil?
Adalah sang ibunda yang begitu sedih melihat kondisi Bukhari kecil. Ibnu Hajar dalam ‘Hadyu As-Sari’ meriwayatkan bahwa ibunda Imam Bukhari tiada henti berdoa untuk memohon kesembuhan putranya. Allah akhirnya mengabulkan doanya. Pada suatu malam, ibunda Imam Bukhari bermimpi melihat Nabi Ibrahim yang berkata, “Hai Fulanah, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan putramu karena seringnya engkau berdoa.” Pagi harinya, ibunda Imam Bukhari menyaksikan bahwa penglihatan putranya telah kembali normal.
Subhanallah. Itulah keajaiban sebuah doa. Simak pula kisah yang dialami Nabi Zakaria (91 SM-1 M) sebagaimana dituturkan al-Qur’an. Dalam usia senja, Nabi Zakaria gelisah karena belum juga dikaruniai keturunan. Kendati demikian, pantang bagi Nabi dan Rasul Allah ke-22 ini patah arang. Siang dan malam dia terus melabuhkan doa kepada Allah supaya memberinya seorang putra sebagai pewaris obor perjuangan.
“Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan telah menyala uban di kepalaku, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sungguh aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahkanlah aku seorang putra dari sisi Engkau, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub. Dan jadikan dia, Ya Tuhanku, seorang yang diridai.” (QS Maryam: 4-6).
Ajaib. Allah menjawab doanya. Padahal, usia Nabi Zakaria saat itu sudah mencapai sembilan puluh tahun dengan kondisi istri, Hannah, yang mandul. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Setiap doa yang keluar dari ketulusan nurani dan kebersihan jiwa akan mengubah segala yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin. Inilah kabar bahagia bagi kaum beriman. Apalagi Allah sendiri telah menegaskan akan mengabulkan setiap doa hamba sepanjang dia mau taat kepada-Nya.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah: 186).
Memahami ayat di atas, tentu tidak alasan bagi kaum beriman untuk enggan berdoa. Jangan sampai ada anggapan bahwa peran doa sangat sedikit dalam pencapaian sebuah keberhasilan. Itulah pola pikir orang yang sombong dan tidak tahu diri. Merasa diri hebat sehingga perlu mengesampingkan campur tangan Allah dalam setiap tarikan gerak dan langkah. Termasuk pola pikir picik juga ketika orang mau berdoa tetapi minus kemantapan bahwa doanya itu akan didengar Sang Maha Penentu Keputusan.
Allah pasti mendengar setiap keluh kesah, sekalipun yang tidak pernah terucap. Tidak ada relung jiwa manusia yang tidak mampu ditembus Allah. Jarak antara Allah dan kita sangat dekat, melebihi urat leher.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui segala yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS Qaf: 16).
Itulah kenapa Islam adalah agama yang sangat kaya doa. Tiada laku kehidupan Muslim yang tidak dimulai dan dipungkasi dengan doa. Menurut Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ada dua macam doa: doa ibadah (penghambaan) dan doa masalah (permintaan). Seluruh ibadah dalam rukun Islam hakikatnya adalah doa. Karena, rangkaian gerakan dan ucapan di dalamnya berintikan permohonan rida Allah. Paketnya langsung dari nas. Kita tinggal pakai, tanpa boleh berkreasi. Lain lagi dengan doa masalah, seperti permintaan pengampunan, kebahagiaan, belas kasih, penghidupan, kesuksesan, dan semacamnya. Meskipun bacaan dari al-Qur’an dan hadis diutamakan, tetapi kita masih boleh berkreasi dengan bahasa sendiri. Terkabulnya doa jenis ini sangat bergantung kualitas doa ibadah kita.
Masih banyak kisah keajaiban doa yang tidak mungkin dikutip semua di sini. Atau boleh jadi malah sudah Anda alami sendiri. Pastinya, tidak ada makhluk di kolong jagat ini yang bisa mengerahkan secuil daya dan upaya sekalipun, tanpa belas kasih dan uluran pertolongan Allah. Tantangan Allah sebagaimana disampaikan kepada kaum kafir Makkah sudah jelas,
قُلِ ادْعُواْ الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً
 “Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang kalian anggap tuhan selain Allah, niscaya mereka tidak akan memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari kalian dan tidak pula memindahkannya’.” (QS Al-Isra’: 56).
Alangkah lebih mulia sekiranya kita sanggup merenungkan dan mengamalkan firman Allah berikut.
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sungguh rahmat Allah itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’raf: 55-56).*
Rep:
Anonymous
Editor: Cholis Akbar

Konvensi UN: Menjaring Pendapat Publik untuk Penyelenggaraan Terbaik

Mengawali pelaksanaan Konvensi Ujian Nasional (UN), 26 September 2013, tiga pra konvensi sudah digelar. Masing-masing di Bali, Makassar, dan Medan. Hasilnya, semua sepakat UN tetap diadakan, tapi tata kelola dan komposisi nilai kelulusan yang harus diubah.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, perdebatan terkait UN yang terus-menerus sangat menyita energi dan waktu. Pasalnya, aturan tentang UN sudah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan diturunkan dalam PP No. 19 Tahun 2005, tentang Standar Pendidikan Nasional, yang kini diganti dengan PP No. 32 Tahun 2013.
"Setiap Maret dan April selalu ramai urusan UN, meski sudah diatur melalui PP, tapi tidak bisa ada titik temu," kata Mendikbud M. Nuh.
Mendikbud mengatakan, UN tahun depan tetap akan berlangsung. Konvensi UN hanya akan mencari metode UN dengan pendekatan sesuai perkembangan situasi saat ini. Kemdikbud akan menampung semua aspirasi yang secara akademis dan teknis dapat diterima semua pihak. "Dengan demikian, tidak ada lagi kontroversi, dan tidak lagi terjebak pada pro-kontra," katanya.
Dijelaskan, dalam konvensi akan dibahas hasil-hasil atau rekomendasi dari tiga kota yang telah menyelenggarakan pra konvensi. Kemdikbud akan mengundang semua lapisan masyarakat yang menjadi stakeholder atau pemangku kepentingan di dunia pendidikan, seperti dinas pendidikan, guru, pemerhati pendidikan, dan akademisi. Target jumlah peserta yang akan mengikuti Konvensi UN adalah 350 orang.
Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdikbud, yang juga Ketua Pelaksana Konvensi UN, Bambang Indriyanto, mengatakan, Kemdikbud akan mengundang peserta yang mewakili kepentingan masyarakat, bukan individu. Karena keberadaan Kemdikbud bukan melayani individu, tapi kumpulan individu yang merupakan refleksi masyarakat dari Sabang sampai Merauke.
"Pra Konvensi UN diadakan sebagai salah satu strategi untuk menyiapkan diri di konvensi tingkat nasional. Sehingga dalam Pra Konvensi diharapkan peserta sudah melakukan analisis mengenai kebutuhan masyarakat di daerahnya untuk dibahas ke Konvensi UN di Jakarta," katanya.

Cari Solusi

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Musliar Kasim, mengatakan, pelaksanaan konvensi tidak lagi untuk memperdebatkan perlu tidaknya UN dilaksanakan. Namun, lebih ditujukan bagaimana mencari solusi terbaik dalam penyelenggaraannya sehingga UN bisa jadi alat ukur yang bisa diterima dan dipercaya masyarakat
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kata Musliar, secara tegas mengamanatkan perlunya dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran bagi anak didik di tiap satuan pendidikan. "Dengan UN inilah kita bisa melakukan pemetaan terhadap keberhasilan dan mutu pendidikan. Kita tidak ingin tiap tahun energi dihabiskan hanya persoalan pro-kontra terhadap UN. Masih ada persoalan strategis lain di bidang pendidikan yang mestinya kita pikirkan bersama," katanya.
Musliar Kasim menegaskan, Kemendikbud ingin menjaring masukan seluas-luasnya dari masyarakat agar didapat format pelaksanaan UN yang ideal dengan kualitas yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ditegaskan, UN secara nasional sangat perlu dilaksanakan guna mendapatkan standar kelulusan yang baik termasuk mengetahui standar masing-masing sekolah. “Kalau tidak ada UN, tidak mungkin kita bisa membandingkan antara ketercapaian sekolah tertentu di satu daerah dengan daerah lain. Katakanlah Bali dengan Jawa Timur tidak bisa dibandingkan kalau hanya ujian lokal apalagi ujian di sekolah masing-masing,
http://microsite.detik.com/display/kemendikbud2/

Stand Up Comedy Battle of Comics 22 November 2012 2/3