Senin, 04 Januari 2016

Mu'jizat : Bulan Terbelah Dua

Hasil gambar untuk gambar bulan terbelah
Salah satu tanda kiamat adalah terbelahnya bulan.
Masalah ini sebenarnya persoalan gaib. Namun, pada masa nabi, bulan pernah terbelah dan itu bulan sebagai tanda kiamat, tapi sebagai tanda kemukjizatannya sebagai rasul Allah.

Saat itu, orang kafir Quraisy menantang nabi untuk membelah bulan jika ia memang seorang utusan Allah.
Maka atas izin Allah, bulan itu akhirnya bisa terbelah.
Meski begitu, diantara mereka ada yang beriman, ada pula yang tidak.
Kini, proses terbelahnya bulan pada masa nabi itu menjadi perbincangan dan penelitian ilmuwan modern.
Apakah kejadian itu benar adanya atau sekedar rekayasa sejarah, yang sengaja diciptakan oleh nabi?

Dalam buku berjudul Al-I’jaz Al-‘Ilmi fi As-sunnah An-nabawiyah jilid I, Prof Dr Zaghlul An-Najjar menceritakan ihwal pengakuan seorang mualaf bernama David M Pidcock.
Pengakuan tersebut terjadi beberapa tahun lalu dalam satu ceramah yang diisi oleh Dr Zaghlul di fakultas kedokteran universitas Cardiff, Wales, Inggris barat.

Pidcock mengatakan bahwa ayat pertama surah al-Qamar inlah yang memnyebabkan ia masuk islam diakhir dekade 70-an. Ceritanya, saat itu ia sedang kajian terhadap agama-agama dunia.
Salah satunya teman muslimnya menghadiahinya sebuah Al-Qur’an terjemahan.
Saat pertama membaca, ia langsung terkejut dengan surah al-Qamar.

Karena tidak percaya bahwa bulan pernah terbelah dan kemudian menempel kembali, ia langsung menutup Al-Qur’an tersebut dan meninggalkan begitu saja.

Beberapa hari kemudian, tanpa disengaja ia melihat sebuah acara di BBC tentang perjalanan luar angkasa.
Acara yang disiarkan pada tahun 1978 itu dipandu oleh penyiar inggris terkenal bernama James Burke dengan menghadirkan tiga ilmuan antariksa Amerika.

Dalam wawancara tersebut, dibahas perjalanan ruang angkasa mereka yang menemukan satu fakta penting.
Fakta tersebut adalah sesungguhnya bulan dahulu pernah terbelah, dan kemudian melekat kembali.
Bekas-bekas yang membuktikan cerita ini masih terlihat di permukaan bulan dan membentang hingga kedalamnya.

Begitu mendengar penuturan ini.
Pidcock lalu tersentak kaget dan teringat akan surah al-Qamar yang ia pernah baca.
Kemudian ia pun masuk Islam. Dari kisah nyata ini nampak bahwa bulan memang pernah terbelah pada masa nabi, lalu menempel lagi atas kekuasaan Allah.

Dan ilmuwan amerika baru mengakui setelah mereka sendiri melakukan penelitian ke bulan dan menemukan bukti itu.

Tidak cukup dengan bukti diatas, ada fakta lain yang mengaklamsi terbelahnya bulan pada masa nabi, yaitu catatan sejarah India dan china kuno.

Sayyid mahmud syukri al-Alusi dalam buku Ma Dalla ‘Alaihi al-Qur’an seraya mengutip buku tarikh al-Yamini, menuliskan bahwa dalam sebuah penaklukkan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi terhadap sebuah kerajaan yang masih menganut paganisme(musyrik) di India, ia menemukan lempengan batu didalam sebuah istana taklukkan tersebut.

Pada lempengan tersebut terpahat tulisan, “Istana ini dibangun pada malam terbelahnya bulan, dan peristiwa itu mengandung pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran.” Itu kurang lebih terjemahannya.
Hal itu menunjukan bahwa bulan memang pernah terbelah menjadi dua dan itu terjadi pada masa nabi.
Secara logika, ini sangat tidak mungkin dan untuk itulah orang-orang barat banyak yang menyangkalnya.
Namun, sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah.

Lewat sang nabi, kekuasaan Allah telah ditunjukkan pada orang-orang kafir masa itu bahwa bulan pun bisa terbelah.


Si Alim dan Si Awam

Hasil gambar untuk gambar orang buta
Seorang santri menghadap pada gurunya dan mengajukan pertanyaan : Wahai Ustadz, apa beda antara orang alim dan orang awam?.
Pertanyaan yang gampang dijawab namun bagi guru yang berpengalaman ia berfikir mengapa santrinya ini masih bertanya seperti itu. kemudian sang Guru mulai memberikan penjelasan :
"Orang alim itu ibarat Orang punya mata, ia dapat melihat sekelilingnya dengan jelas dan meyakinkan, dan jika ia beramal dengan menggunakan ilmunya maka ia mendapat pahala yang berlimpah ruah, namun jika ia tidak dapat mengamalkan ilmunya maka ia ibarat Orang punya mata tapi tidak punya kaki, ia hanya tahu saja dan tidak dapat mendatangkan hasil apa-apa.". Sang Guru menerangkan dengan panjang lebar.
"Kemudian Orang awam itu ibarat orang punya kaki tapi tidak punya mata, maka ia berjalan tertatih-tatih dan kadang ia harus jatuh kejurang atau masuk selokan segala macam.".
yang bagus jika ada orang alim belum sempat mengamalkan ilmunya sedangkan si Awam giat beramal tidak memiliki cukup ilmu maka alangkah indahnya jika si awam menggendong si alim untuk jadi penunjuk dalam kegelapan si awam.".