Rabu, 31 Desember 2014

Tahun Baru Masehi : Sejarah Kelam Penghapusan Jejak Islam



Dalam beberapa hari ke depan, tahun 2014 akan segera berganti, dan tahun 2015 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, karena tahun baru Hijriyah telah terjadi beberapa bulan  yang lalu. Bagi kita orang Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?

Sejarah Tahun Baru Masehi

Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.



Perayaan Tahun Baru

Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu

Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.



Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).



Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan ora

Semuanya pun Akan Mati, Mari Buat Indah Dengan Seni Kematian


Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmatNya lebih baik dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan (QS Ali Imran 157-158)

Kematian adalah seni, terkadang seni yang indah dapat dirasakan meskipun pahit. Bisa jadi ia adalah seni terindah apabila dikreasi oleh tangan tangan yang mahir. Al Quran telah memaparkannya bagi orang orang mukmin dengan pemaparan yang mulia membuat mereka rindu untuk menggapainya, lebih mencintainya dibandingkan orang yang mencintai kehidupan. Setiap orang berbeda memperlakukan apa yang dirindukannya.

Kaum muslimin saat ini, tidak akan menjadi lebih baik dari kondisi sekarang kecuali jika mereka kembali kepada Al Quran tentang masalah kematian, menghadapinya sebagai sebuah seni, bahkan sebagai suatu seni yang sangat indah.

Al Quran memaparkan tentang kematian kepada kaum mukminin sebagai akhir kehidupan yang pendek lagi fana dan melelahkan ini. Kematian menyambut kehidupan yang tenang penuh kebahagiaan,kesejahteraan dan kenikmatan. Didalamnya terdapat apa yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas dalam benak manusia berupa kenikmatan dan kemuliaan. Semua itu disediakan bagi orang yang mengetahui bagaimana berbuat baik dengan ilmunya dalam kehidupan, juga bagi orang yang berbuat baik dalam memilih metode kematian.

Al Quran lalu memaparkan bahwa kematian adalah takdir yang telah ditentukan, lari dan hati hati tidak akan menyelamatkan darinya. Tak seorangpun yang akan dapat lari. Setiap orang akan mati menurut ketentuan Allah yang telah Dia takdirkan. Tetapi mereka semua berbeda cara kematiannya.

Orang orang mukmin generasi pertama telah memahami hakikat seni ini. Mereka mencintai kematian, karena itu mereka dianugrahi kehidupan. Hal ini tercermin dalam ungkapan abadi Abu Bakar Ra, “ Wahai Khalid, bersungguh sungguhlah mencari kematian, niscaya engkau dianugrahi kehidupan.”

Hal ini juga tercermin dalam ungkapan Ali bin Abi Thalib Ra,”Demi Allah, sungguh putra Abu Thalib lebih mencintai kematian dibandingkan bayi yang mencintai susu ibunya.”

Wahai kamum muslimin ! saat ini kalian berada di gerbang tahun baru. Sekiranya anda sambut jiwa jiwa yang berada di antara rusuk anda saat ini, mencintai dunia dan takut mati, lari dari medan jihad, maka anda tidak akan sampai kepada apapun jua.

Sekiranya kalian mengubah jiwa kalian, mengganti sifat pengecut dan lemah yang bercokol di hati kalian, lalu berubah menjadi cinta kematian di jalan kebenaran, menggunakan seni dalam sarana dan metode kematian, maka anda tidak diragukan dapat sampai dengan izin Allah SWT pada kemenangan dunia dan abadi di akherat.

Kamis, 25 Desember 2014

Menikahi Gadis Yang Sdh Tdk Perawan


asslm wr wb

saya berinisial HR, krang lebih sya berkenalan dengan seorang wanita berinisial EY, setelah berkenal krang lebih 1 minggu kmi berkeputusan untuk menikah insya allah bulan rajab, tetapi selang sminggu merencanakan pernikahan, EY bercerita tentang masa lalunya yg membuat hati sya hancur bercampur kalut, Ey brcerita bahwa dy pernah di perkosa oleh sahabatnya di dlu di negeri jiran (MALAYSIA).

saya ingin  tanya apa sya menikahi wanita tersbut hukumnya Haram, Mulia ataw sebaliknya, lalu bagaimana jika melahirkan seorang anak, apakah anak itu itu di kategorikan anak haram?

lalu apa nilai manfaat dan hikmah yang dapat sya peroleh?

Waalaikumussalam Wr Wb

Saudara HR yang dimuliakan Allah swt

Para ulama berpendapat bahwa tidak ada keharusan bagi seorang pezina yang telah bertaubat kepada Allah swt dengan taubat nasuha untuk meceritakan perbuatannya itu kepada suaminya atau calon pasangannya yang datang meminangnya. Kecuali apabila suaminya atau calonya itu bertanya tentang aib-aibnya pada masa lalu. Ini pun para ulama membolehkan baginya untuk menggunakan tauriyah—kata-kata yang mengandung dua arti, si pembicara menginginkan makna yang benar sementara si pendengar memahaminya dengan arti yang lain. (baca : Cerit Dosa Zina Ke Pasangan)

Terlebih lagi apabila ia adalah seorang korban pemerkosaan yang tidak menginginkan terjadinya perbuatan tersebut maka menutupi aib itu adalah lebih utama baginya. Pendapat diatas didasarkan kepada sabda Rasulullah saw,”Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan (aibnya sendiri). Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah swt kemudian dipagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Namun tidaklah ada sesuatu yang terjadi di alam ini kecuali semuanya berjalan dengan ketentuan dan kehendak Allah swt, termasuk calon pasangan anda (EY) yang bercerita tentang masa lalunya itu kepada anda yang membuat hati anda hancur. Mungkin anda berfikir ada baiknya diri anda tidak mengetahui tentang masa lalunya itu akan tetapi Allah swt Yang Maha Mengetahui lagi Maha Biaksana berkehendak lain terhadap keinginan anda itu. Yakinilah bahwa dibalik pengetahuan anda tentang dirinya pasti terdapat hikmah atau pelajaran yang bisa diambil

Artinya : “Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah : 51)

Artinya : “Dan kamu tidaklah berkehendak kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Insan : 30)

Dan apa yang dialami calon anda pada masa lalunya itu janganlah menjadi penghambat rencana anda untuk menikahinya karena islam tidaklah mengharamkan pernikahan dengan seorang wanita yang sudah tidak perawan.

Bahkan jika kelak anda menikahinya maka anda akan mendapatkan pahala dari Allah swt, yaitu pahala menutupi aibnya dan ini termasuk perbuatan yang mulia di sisi Allah swt, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairoh berkata,” Rasulullah saw bersabda.’Barangsiapa yang meringankan penderitaan seorang muslim di dunia maka Allah akan meringankan penderitaannya di akherat. Barangsiapa yang memudahkan kesulitan (seorang muslim) maka Allah akan memudahkan kesulitannya di dunia dan akherat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akherat. Dan sesungguhnya Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya.’

Adapun anak yang kelak terlahir—insya Allah—melalui pernikahan yang sah antara anda dan dengan EY maka ia adalah anak sah dari kalian berdua dan berhak un

Para Tuhan Yang Berulang Tahun 25 Desember


Wikipedia mencatat: Kata “Tuhan” dalam bahasa Melayu berasal dari kata tuan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata “tuan” dan “Tuhan” adalah adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ (1976). Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik. Kata “tuan” ditujukan kepada manusia, atau hal-hal lain yang memiliki sifat menguasai, memiliki, atau memelihara. Digunakan pula untuk menyebut seseorang yang memiliki derajat yang lebih tinggi, atau seseorang yang dihormati. Penggunaannya lumrah digunakan bersama-sama dengan disertakan dengan kata lain mengikuti kata “tuan” itu sendiri, dimisalkan pada kata “tuan rumah” atau “tuan tanah” dan lain sebagainya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks selain keagamaan yang bersifat ketuhanan.


25 Desember Hari Ulangtahun Para Tuhan (dok.Irena Handono Center)
Ahli bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata “tuan” yang bersifat insani, menjadi “Tuhan” yang bersifat ilahi, bermula dari terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu karya Melchior Leijdecker yang terbit pada tahun 1733. Dalam terjemahan sebelumnya, yaitu kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan yang diperuntukkan bagi Isa Almasih ini diterjemahkannya menjadi “tuan”. Kata yang diterjemahkan oleh Brouwerius sebagai “Tuan”—sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere—melalui Leijdecker berubah menjadi “Tuhan” dan kemudian, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang awalnya ditemukan oleh Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani dan ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih akhirnya menjadi khas dalam bahasa Indonesia.

Kita tidak perlu masuk ke dalam pembahasan diksi atau etimologis yang terlalu njlimet. Jika disederhanakan saja, istilah “Tuhan” adalah “yang disembah”, “yang dipuji”, “yang dipatuhi”, dan sebagainya. Sebab itu, Tuhan bisa saja berupa Dewa-Dewi, atau pun uang dan jabatan. Bukankah ada kalimat, “Mempertuhankan uang dan jabatan?”

Bagi sebagian kaum Kristiani dewasa ini, terutama Kristen Barat, tanggal 25 Desember diyakini sebagai Hari Lahir Yesus. Walau pun hal ini sama sekali tidak ada dalilnya di dalam Alkitab. Namun sesungguhnya pada tanggal 25 Desember ini juga merupakan hari kelahiran bagi tuhan-tuhan lain yang banyak jumlahnya. Mereka antara lain:

Dewa Hermes
Sidharta Gautama
Dewa Dionysus
Zarathustra
Shri Khrisna
Dewa Horus
Dewa Mithra
Heracles
Tammuz,
Adonis,
dan lain sebagainya.
Tanggal 25 Desember merupakan hari dimana kaum paganis bersuka cita merayakan hari kelahiran dewa-dewi, tuhan-tuhan mereka. Dan bagi yang telah bersyahadat, “Aku Bersaksi, Tiada Tuhan Selain Allah, dan Nabi Muhammad Utusan Allah”, maka tanggal25 Desember tiada beda dengan hari-hari lainnya. Sama sekali tidak istimewa.

Rabu, 17 Desember 2014

Di Inggris, Wanita Penyobek Quran Akhirnya di Hukum


Julie Phillips, satu di antara dua pelaku tersebut mengaku sama sekali tak mengetahui jika lembaran yang ia robek adalah kitab suci Al Quran.

Perempuan berusia 51 tahun itu menyatakan rasa penyesalannya usai divonis bersalah oleh pengadilan Birmingham atas tindak pelecehan terhadap simbol agama dan tindak yang memicu ketegangan rasial.

Atas tindakannya, Philips, serta seorang pelaku lainnya Gemma Parkin (18) dihukum larangan datang ke semua stadion di Inggris dan Wales selama tiga tahun.

“Saya sangat malu. Sangat malu dan jijik pada diri sendiri. Itu hanya satu dari beberapa macam (buku), saya tidak ingat apakah ada sampulnya atau tidak. Itu (cover) hanya kertas putih,” katanya dilansir gazettelive.co.uk.

Kesaksian Phillips ini diragukan oleh pihak majelis hakim pengadilan. Anggota majelis, Gordon Sayers mengatakan, Phillips melakukan tindakan tersebut secara sadar.

“Kamu merobek Al Quran dan membagikannya ke suporter lainnya. Tindakan itu sangat provokatif dan penuh penistaan,” kata Sayers ke Phillips di pengadilan.

Baik Phillips maupun Gemma merupakan pendukug Middlesbrough. Adapun Phillips, sejatinya merupakan anggora relawan yang bekerja untuk pelayanan anak-anak penyandang disabilitas.

Ia mengaku, baru mengetahui yang ia sobek-sobek adalah lembaran Al Quran saat diinterogasi aparat kepolisian setempat.
Keduanya tertankap kamera CCTV stadion tengah merobek-robek kitab suci umat muslim tersebut. Selain larangan ke stadion, keduanya juga dikenai denda total sebesar masing-masing 730 poundsterling atau senilai Rp 14,555,010 untuk Phillips dan 620 poundsterling atau setara Rp 12,357,762 untuk Gemma.

Barokah Orang Shaleh


Dikisahkan, ada sepasang suami istri hidup dalam keadaan serba kekurangan. Suatu hari si suami mendapatkan sebuah rejeki berupa uang. Bertanyalah dia kepada isterinya; "Engkau ingin aku belikan apa? Wahai isteriku."

"Dibelikan daging kambing saja. Kita kan sudah lama tidak mencicipi lezatnya daging." jawab isterinya.

Berangkatlah si suami ke toko daging. Daging yang ia beli kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik. Saat perjalanan pulang, di atas bukit dilihatnya ada sebuah masjid dikerumuni banyak orang. Gumam dalam hatinya, "Ini tidak waktunya sholat kok banyak orang. Tentu ada jenazah yang sedang disholati. Sebaiknya, aku juga ikut menyolati saja." Tanpa menanyakan jenazah siapa, ia langsung masuk ke masjid dan meiaksanakan sholat.

Pada saat meiaksanakan sholat jenazah, kantong yang berisi daging juga ikut dibawa. Seusai sholat ia langsung pulang ke rumah. Tidak ikut mengantar jenazah hingga ke liang lahat.

Sesampai di rumah, kantong berisi daging diserahkan kepada isterinya untuk dimasak. Dan keanehan pun terjadi. Daging tersebut dipotong pakai pisau tidak bisa terbelah. Direbus, dibakar dan dipanggang tidak bisa matang. Warnanya tetap kemerahan. Segala upaya dilakukan, daging sedikitpun tidak berubah.

Di tengah kebingungan dengan kejadian ini, mereka berdua malamnya bermimpi. Dalam mimpinya mereka mendengar suara berkata, "Daging yang kamu bawa saat menyolati orang shalih atau wali Allah dibakar tidak akan bisa. Apalagi dagingmu, jika kamu beriman pada Allah dan Rasul-Nya serta kamu mencintai orang shaleh, tidak akan terbakar oleh api neraka.”

Mari kita ambil pelajaran dari kisah ini. Rasulullah dan para orang shaleh yang harusnya menjadi panutan dan idola kita. Karena beliau-beliau bisa memberikan manfaat dan barokah di dunia bahkan akherat.

Selasa, 16 Desember 2014

Sholat Subuh Berjamaah adalah Bukti Suatu Ijazah dari Allah


Saudaraku muslim, di antara keutamaan sholat Subuh adalah Allah SWT telah menjadikannya sebagai suatu syahadah (kesaksian, bukti), khususnya bagi orang yang konsisten menjaganya. Karena, sholat Subuh disaksikan oleh para malaikat yang mulia, selain para malaikat yang turut menyaksikan sholat sholat lainnya , yaitu sholat Subuh dan Ashar.

Rasulullah SAW bersabda :

Malaikat malaikat siang bergantian mendampingi kalian dengan malaikat malaikat malam, dan mereka berkumpul pada waktu sholat Subuh dan Ashar. Setelah itu, malaikat yang semalaman menjaga kalian naik ke langit, lalu Allah bertanya kepada mereka – dan Dia lebih tahu tentang mereka-, “Bagaimana kalian tinggalkan hamba hamba Ku?” Mereka menjawab, “ Kami meninggalkan mereka dalam keadaan sholat, dan kami datang kepada mereka ketika mereka sholat” (HR Bukhari)

Qodhi bin Iyadh ra berkata, Hikmah mengapa mereka berkumpul pada sholat Subuh dan Ashar, karena itu termasuk kelembutan dan permuliaan Allah SWT terhadap hamba hambaNya, dengan menjadikan para malaikatNya berada dalam kondisi para hamba sedang beribadah  , sehingga kesaksian malaikat untuk mereka menjadi kesaksian terbaik.

Al Hafizh Ibnu Hajar ra berkata, “ Hikmah mengapa Allah SWT bertanya kepada malaikat, padahal Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, adalah meminta kesaksian mereka tentang anak Adam bahwa mereka berbuat baik.

Tidakkah anda melihat, bagaimana Allah mengagungkan orang orang yang konsisten memelihara sholat Subuh dan Ashar di hadapan para MalaikatNya, dan Allah menjawab pertanyaan mereka tentang mengapakah manusia diciptakan dengan kesaksian para malaikat sendiri terhadap makhluk yang bernama manusia itu ? “ Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mereka sholat, dan kami datang kepada mereka dalam keadaan mereka sholat”, begitulah kesaksian malaikat.

Manusia hari ini, rela mengorbankan apapun demi memperoleh syahadah (Sertifikat, ijazah) berisikan nilai, yang dibubuhi tanda tangan seorang pemimpin besar. Mereka memajang sertifikat itu dan meletakkan pada bingkai paling besar dan menempatkannya dalam ruangan rumah atau kantor kerja yang paling terlihat. Mereka memajangnya untuk menunjukkan betapa dirinya adalah ahli dan professional dalam bekerja.

Adapun untuk mendapatkan syahadah (kesaksian) dari Dzat yang segala sesuatu sudah ada nilai di sisiNya, dan timbanganNya berlaku walaupun untuk sebiji dzarroh, maka kami hanya bisa katakan, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, menyedihkan sekali!” Banyak orang tidak ada semangat, tidak ada yang mencarinya selain beberapa gelintir hamba Allah yang beriman. Pada pandangan kami, mereka adalah yang keluar rumah pada waktu hari masih gelap untuk melaksanakan sholat Subuh, setiap malam bagi mereka adalah malam Lailatul Qadr,  maka Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang orang seperti ini.

Rabu, 10 Desember 2014

Imam Syafii Bertutur Tentang Siapa “Teman”

“Jika engkau punya teman – yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan
kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karena mencari teman -‘baik’ itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali”
Carilah sahabat yang setia dalam duka. Bukan dalam suka, karena hidupmusentiasa berputar-putar antara suka dan duka.
Dan semoga kamu tidak menemukan sahabat dikala suka karena dikala kamu senang sudah biasa banyak orang yang akan mendekat padamu, namun bila giliran kamu susah merekapun bertepuk tangan.
Bila tak kautemukan sahabat-sahabat yang TAQWA, jauh lebih baik kamu hidup menyendiri daripada kamu harus bergaul dengan orang-orang jahat.
Percayalah, duduk sendirian untuk beribadah dengan tenang akan lebih menyenangkanmu daripada bersahabat
dengan kawan yang mesti kamu waspadai.
Selamatkanlah dirimu, jaga lidahmu baik- baik, tentu kamu akan bahagia walaupun kamu terpaksa hidup sendiri.
Tidak baik bersahabat dengan pengkhianat karana dia akan mencampakkan cinta setelah dicintai. Dia akan memungkiri jalinan cinta yang telah terbentuk dan akan menampakkan hal-hal yang menjadi rahasiamu.
Tak semua orang yang engkau cintai, akn mencintaimu. Dan terkadang sikap ramahmu dibalas dengan sikap tak sopan.
Berharaplah engkau mendapatkan sahabat sejati yang tak luntur baik dalam keadaan suka ataupun duka. Jika itu engkau dapatkan, berjanjilah dalam hatimu untuk selalu setia padanya.
Apabila engkau menginginkan kemuliaan maka carilah sahabat dari orang orang yang takut kepada Allah Subhanahu Wata A ‘la
Hanya orang yang berjiwa mulia yang dapat menjaga nama baik dirinya dan selalu menghormati sahabatnya, baik ketika hidup maupun setelah mati.
Dan setelah kamu temukan, cintai sahabatmu itu dengan segenap jiwa ragamu, seakan-akan kamu mencintai sanak saudaramu. Sahabat yang baik adalah yang sering sejalan denganmu dan yang menjaga nama baikmu ketika kamu hidup ataupun setelah kamu mati
….
Tetapi diantaranya …
Teman yang tidak berguna saat petaka melanda, Ia hampir sama dengan musuh.
Seorang teman tak bisa diharapkan dalam setiap masa, demikian pula saudara, kecuali untuk hiburan
Aku mengenal banyak manusia karena aku terus mencari,  saudara dan teman yang terpercaya, hingga pencarianku membuatku lelah.
Semua negeri menghindariku, hingga seakan para penduduknya bukanlah kumpulan manusia
- Imam Syafi’i -

Islam Tidak Mengejar Kekuasaan, Tapi Kekuasaan Yang Takluk kepada Islam

……Dialah yang mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) atas agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya..” (As shaff 9)
Insya Allah kita mengimani bahwa Islam akan menang atas semua agama lain dan bahwasanya ia akan merata diseluruh permukaan bumi. Salah satu hadits shahih yang mengemukakan itu adalah bahwa masa depan ada di tangan Islam yaitu “..Tidak ada satu rumah pun yang terbuat dari tanah maupun dari tenda , kecuali Allah akan memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan kemuliaan orang yang mulia dan kerendahan orang yang hina).
Kita dapat saksikan bencana bertubi-tubi  yang menimpa umat islam dengan pembantaian yang berlangsung terus menerus tapi  tidak melenyapkan agama ini bahkan terus menambah jumlah pemeluknya. Seandainya ini terjadi pada agama lain tentulah ia telah merupakan kekalahan. Sebagai buktinya banyak sekali peradaban yang telah berakhir. Peradaban Yunani diwakili oleh Sparta dan Athena. Dimana peradaban romawi yang agung sekarang? Imperium Romawi yang agung yang telah dibangun  selama seribu tahun , dimana matahari tidak pernah tenggelam  di wilayah kerajaannya, tapi dimanakah ia sekarang? Negara romawi telah jatuh melalui bencana-bencana ringan dari tangan kabilah-kabilah liar yaitu suku Vandal dan Kuth.Dimana Italia? Dia berada di deretan bangsa-bangsa yang ‘terbelakang’ karena secara ekonomi mata uang Italia (Lira) adalah termurah didunia seperti juga turki.
Dimanakah juga Imperium Inggris (Britania Raya) yang mereka menamakannya Great Britain (GB). Britania telah memasuki kancah perang Dunia II dengan menguasai wilayah yang sangat luas di bumi, barangkali mencapai seperempat atau sepertiga bumi. Sekarang dimanakah Britania? Kehancuran ekonomi Britania semakin hari semakin parah. Seandainya saja sebagian negara minyak tidak memberikan pinjaman kepada Britania, tentulah nilai pondsterling jatuh. Pernah terjadi bangsawan –bangsawan Inggris menjual vilanya karena tidak mampu menggaji para pembantunya. Subhanallah!!
Harta benda haram yang berasal dari berbagai bangsa. Allah Subhahau wa ta’ala membalas kejahatan orang-orang Britania.  Ironisnya , hingga kini sebagian besar orang-orang Britania hingga kini masih melihat bangsa lain dengan pandangan merendahkan yang sama dengan ketika  mereka menguasai dunia di tahun tigapuluhan dan empat puluhan. Memandang hina bangsa lain dengan hidung merah dan mata biru merah karena marah- ketika berhadapan dengan Islam yang menjadi musuhnya.
Sebenarnya Britania telah menghancurkan negara-negara kaum muslimin , dimana tidak tidak ada negara lain yang mampu menghancurkannya. Pakistan dan India mereka hancurkan sehancur-hancurnya.Mereka memerintah India selama dua ratus tahun dan mereka tidak meninggalkan India dalam keadaan hancur baik jiwa atau rasa kemanusiaannya  maupun perekonomiannya. Siapakah pula yang memusnahkan suku Indian merah? Yang memusnahkan adalah orang orang Britania pula. Oleh karena itu Allah membalas kejahatan mereka . Britania tidak mewariskan peradaban apapun kepada bangsa-bangsa lain. Ia tidak mewariskan selain potret-potret tentang berbagai krisis dan bencana kepada bangsa lain.
Akan halnya Islam yang agung, negaranya dibangun dalam tempo setengah abad. Dalam jangka setengah abad Islam memerintah berbagai belahan bumi. Sejak lebih dari seribu tahun, berbagi kekuatan mencoba menghancurkan agama ini tetapi tidak bisa! Alhamdulillah agama ini masih tetap tegak , bahkan untuk pertama kalinya kita melihat suatu fenomena tentang bangsa-bangsa berkuasa memasuki agama bangsa yang kalah, yakni memasuki  Islam.
TAR-TAR adalah sebuah bangsa yang pernah membunuh sekitar delapan ratus ribu hingga satu juta kaum muslimin di Baghdad. Selama beberapa bulan atau dalam masa yang cukup lama , Sungai Daljah diwarnai dengan darah, warnanya berubah menjadi merah kebiru-biruan.  Warna biru berasal dari kitab yang banyak dibuang ke sungai . Sedangkan warna merah disebabkan oleh banyaknya darah yang dialirkan kedalamnya. Ini berlangsung cukup lama.
Meskipun demikian bangsa ini akhirnya memeluk Islam melalui tangan salah seorang Menteri dalam pemerintahan Hulagu yang bernama Tuzan. Ia adalah seorang menteri Muslim yang berasal dari sisa-sisa Bani Abbas yang tetap menjaga agamanya dan mampu meyakinkan pemerintah Tar-tar setelah Hulagu, untuk memasuki agama Islam ini. Ia memasuki agama Islam bersama ratusan ribu lainnya. Bangsa Tartar masuk Islam ..Allahu Akbar!
Adapula pecahan bangsa besar dari suku Mongol , namanya Joghtal. Suku ini dahulu juga memasuki daerah Afhanistan atau Pakistan. Pada suatu hari, seorang ulama memasuki tanah kawasan larangan Raja Joghtal. Ulama itu bernama Jalaludin. Maka para pengawal mmbawanya ke hadapan raja ,  Mereka Berkata”Orang ini memasuki kawasan terlarang raja!”
Maka Sang Raja murka, bagaimana ia bisa memasuki kawasan larangan nya? Ia berkata “Manakah yang lebih mulia , engkau ataukah anjing???”
Maka ulama itu menjawab,” Kita tidak bisa membedakan sekarang , apakah saya lebih utama dari anjing, atau anjing yang lebih mulia daripada aku. Soal ini tergantung pada akhir kehidupanku. Apabila aku kelak mati dalam keadaan muslim, maka akulah yang lebih mulia daripada anjing. Tapi jika aku mati dalam keadaan kafir, maka anjing lebih mulia daripadaku..”
Raja terdiam memikirkan ucapan ini. Kemudian dia berkata”Apakah Islam Itu?…Maka, ulama itu menerangkan kepadanya tentang Islam . Maka hati sang raja menjadi lunak kepadanya. Ia berkata kepada ulama itu..” Saya sekarang sibuk memerangi kerajaan agar mereka tunduk kepadaku.  Maka kelak jika aku telah memperoleh kemenangan, maka kembalilah kepadaku. Barangkali saya akan memasuki agamamu.
Jalaludin sudah sangat tua , ia sakit dan kemudian meninggal dunia. Sebelum meninggal ia berpesan kepada anaknya,” Raja di daerah itu pernah berkata kepadaku,” Bila aku menang datanglah kembali kepadaku,” Aku akan menulis sebuah surat . Maka jika aku mati, sedang raja itu berhasil meraih kemenangan atas musuhnya dan seluruh daerah telah tunduk kepadanya, pergilah menemuinya dan katakan lah,” Saya adalah anak Jalaludin..”
Akhirnya Raja benar-benar meraih kemenangan . Seluruh kawasan telah tunduk kepadanya , maka anak itu mendatanginya sambil menyerahkan surat dari bapaknya. Maka, penjaga kerajaan bertanya kepadanya”apakah maksud kedatanganmu?”
Ia menjawab kepdanya” Saya ingin bertemu dengan raja?”
“Apakah yang engkau bawa?”
Ia menjawab ,” Saya membawa sebuah surat”
Maka Raja berkata kemudian,” Benar aku memang pernah berjanji kepadanya.. sekarang saya  mengumumkan keislamanku’..Maka Raja pun masuk Islam bersama seluruh suku pecahan besar dari Bangsa Tartar ini, jumlahnya berjuta-juta. Degan ini seluruh kawasan yang diperintahnyapun masuk Islam …semuanya berawal melalui tangan seorang ulama..

Sakit? Tirulah Sikap Nabi Ayyub Alaihissalam

Nabi Ayyub As  berkata , diabadikan oleh Al Quran, “Ya Allah , sungguh aku telah ditimpa penyakit,” (Quran 21:83), dan menggambarkan penghormatan kepada Allah dengan Ke-Maha SifatNya: ” Padahal Engkau  adalah yang paling penuh belas kasihan dari orang-orang yang penuh belas kasihan”
Dan kemudian dia tidak berdoa untuk situasinya harus segera diubah, ia sabar menanggung kesulitan, dan tidak membuat saran kepada Tuhan-Nya, dengan rasa hormat  kepada-Nya. Dengan demikian ia adalah contoh bagi hamba yang sabar, hatinya tidak menjadi tertekan dalam kesulitan, dan ia tidak menjadi gelisah ketika ia menderita ‘kesesakan’  seperti orang yang menderita di sepanjang waktunya.
Sebaliknya ia terlalu malu untuk meminta Rabb-nya untuk menghapus kesulitan, tapi ia serahkan kesedihan itu sepenuhnya kepada-Nya, yang Maha Mengetahui  pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan yang diminta.
Dan pada saat ketika Nabi Ayyub As. menghadapi Rabb-nya dengan kekuatan iman tersebut dan sikap hormatnya terhadap Tuhannya, saat itulah jawaban Allah mengalirkan rahmatNya di  akhir ujiannya.

Taubat Makan Barang Haram


 

Terdapat hadits yang berbunyi,”Barangsiapa yang memakan sesuap saja dari yang haram maka tidaklah diterima shalatnya sebanyak 40 malam dan tidaklah diterima doanya selama 40 pagi dan setiap daging yang tumbuh dari (sesuatu) yang haram maka api neraka menjadi lebih utama baginya. Sesungguhnya sesuap dari yang haram akan menumbuhkan daging.” (HR. ad Dailami dari Ibnu Masud)
Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits tersebut munkar, tidak dikenal kecuali dari riwayat al Fadhl bin Abdullah. Sementara Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadits tersebut maudhu’ (palsu)
Adapun tentang bertaubat dari memakan barang yang diharamkan Allah maka sesungguhnya pintu taubat senantiasa terbuka selama nyawa belum sampai di tenggorokan atau matahari belum terbit dari barat. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan.”
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: ” Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat.”
Cukuplah bagi anda melakukan taubat nashuha terhadap perbuatan memakan barang yang diharamkan tersebut dengan memenuhi syarat-syaratnya :
1. Menyesali atas apa yang anda lakukan pada masa lalu.
2. Meninggalkan kemaksiatan tersebut saat diri anda bertaubat.
3. Bersungguh-sungguh untuk tidak kembali melakukan perbuatan tersebut selamanya pada masa yang akan datang.
4. Jika dalam perbuatan tersebut terdapar penzhaliman terhadap kepemilikan orang lain maka diwajibkan bagi anda untuk mengembalikannya berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari qiyamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya”
Dan mudah-mudahan dengan taubat yang sungguh-sungguh Allah akan menggantikan keburukan tersebut dengan kebaikan :

Artinya : “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan : 70)

Artinya : “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur : 31)
Wallahu A’lam

Menikah insya-ALLOH Jadi Kaya

suamiisteri
Pada hari-hari pertama pernikahan kami, suami bertanya, “Ke mana saja uangmu selama ini?” Pertanyaan itu sungguh menggedor dadaku. Ya, ke mana saja uangku selama ini? Buku tabunganku tak pernah berisi angka belasan hingga puluhan juta. Selalu hanya satu digit. Itu pun biasanya selalu habis lagi untuk kepentingan yang agak besar seperti untuk bayar kuliah (ketika aku kuliah) dan untuk kepentingan keluarga besarku di kampung. Padahal, kalau dihitung-hitung, gajiku tidaklah terlalu kecil-kecil amat. Belum lagi pendapatan lain-lain yang kudapat sebagai penulis, instruktur pelatihan menulis, pembicara di berbagai acara, guru privat, honor anggota tim audit ataupun tim studi. Lalu, ke mana saja uangku selama ini? Kepada suamiku, waktu itu aku membeberkan bahwa biaya operasional untuk keaktifanku cukup besar. Ongkos jalan, pulsa telepon, nombok biaya kegiatan, makan dan traktiran. Intinya, aku mencari apologi atas aliran uangku yang tidak jelas.
Namun diam-diam aku malu padanya. Sesaat sebelum pernikahan kami, dia berkata, “Gajiku jauh di bawah gajimu…”. Kata-kata suamiku -ketika masih calon- itu membuatku terperangah. “Yang benar saja?” sambutku heran. Dengan panjang kali lebar kemudian dia menjelaskan kondisi perusahaan plat merah tempatnya bekerja serta bagaimana tingkat numerasinya. Yang membuatku lebih malu lagi adalah karena dengan gajinya yang kecil itu, setelah empat tahun hidup di Jakarta, ia telah mampu membeli sebuah sepeda motor baru dan sebuah rumah –walaupun bertipe RSS- di dalam kota Jakarta. Padahal, ia tidak memiliki sumber penghasilan lain, dan dikantornya dikenal sebagai seorang yang bersih, bahkan “tak kenal kompromi untuk urusan uang tak jelas.” Fakta bahwa gajinya kecil membuatku tahu bahwa suamiku adalah seorang yang hemat dan pandai mengatur penghasilan. Sedang aku?
***
Hari-hari pertama kami pindahan.
Aku menata baju-baju kami di lemari. “Mana lagi baju, Mas?” tanyaku pada suami yang tengah berbenah. “Udah, itu aja!” Aku mengernyit. “Itu aja? Katanya kemarin baju Mas banyak?” tanyaku lebih lanjut. “Iya, banyak kan?” tegasnya lagi tanpa menoleh. Aku kemudian menghitung dengan suara keras. Tiga kemeja lengan pendek, satu baju koko, satu celana panjang baru, tiga pasang baju seragam. Itu untuk baju yang dipakai keluar rumah. Sedang untuk baju rumah, tiga potong kaos oblong dengan gambar sablon sebuah pesantren, dua celana pendek sedengkul dan tiga pasang pakaian dalam. Ketika kuletakkan dalam lemari, semua itu tak sampai memenuhi satu sisi pintu sebuah lemari. Namun dua lemari besar itu penuh. Itu artinya pakaianku lebih dari tiga kali lipat lebih banyak dibanding jumlah baju suamiku. Kata orang, kaum wanita biasanya memang memiliki baju lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Tapi isi lemari baju itu memberikan jawaban atas banyak hal padaku. Terutama, pertanyaannya di hari-hari pertama pernikahan kami tentang ke mana saja uangku. Isi lemari itu memberi petunjuk bahwa selain untuk keluarga dan organisasi, ternyata aku menghabiskan cukup banyak uang untuk belanja pakaian. Oo!
Pekan-pekan pertama aku hidup bersamanya.
Aku mencoba mencatat semua pengeluaran kami. Dan aku sudah mulai memasak untuk makan sehari-hari. Cukup pusing memang. Apalagi jika melihat harga-harga yang terus melonjak. Tapi coba lihat…! Untuk makan seminggu, pengeluaran belanjaku tak pernah lebih dari seratus ribu. Padahal menu makanan kami tidaklah terlalu sederhana: dalam seminggu selalu terselip ikan, daging atau ayam meski tidak tiap hari. Buah–makanan -kesukaanku- dan susu –minuman favorit suamiku- selalu tersedia di kulkas. Itu artinya, dalam sebulan kami berdua hanya menghabiskan kurang dari lima ratus ribu untuk makan dan belanja bulanan. Aku jadi berhitung, berapa besar uang yang kuhabiskan untuk makan ketika melajang? Aku tak ingat, karena dulu aku tak pernah mencatat pengeluaranku dan aku tidak memasak. Tapi yang pasti, makan siang dan malamku rata-rata seharga sepuluh hingga belasan ribu. Belum lagi jika aku jalan-jalan atau makan di luar bersama teman. Bisa dipastikan puluhan ribu melayang. Itu artinya, dulu aku menghabiskan lebih dari 500ribu sebulan hanya untuk makan? Ups!
Baru sebulan menikah.
“De, kulihat pembelian pulsamu cukup banyak? Bisa lebih diatur lagi?”
“Mas, untuk pulsa, sepertinya aku tidak bisa menekan. Karena itu adalah saranaku mengerjakan amanah di organisasi.” Si mas pun mengangguk. Tapi ternyata, kuhitung dalam sebulan ini, pengeluaran pulsaku hanya 300 ribu, itu pun sudah termasuk pulsa untuk hp si Mas, lumayan berkurang dibanding dulu yang nyaris selalu di atas 500 ribu rupiah.
Masih bulan awal perkawinan kami.
Seminggu pertama, aku diantar jemput untuk berangkat ke kantor. Tapi berikutnya, untuk berangkat aku nebeng motor suamiku hingga ke jalan raya dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum sekali jalan. Dua ribu rupiah saja. Pulangnya, aku naik angkutan umum. Dua kali, masing-masing dua ribu rupiah. Sebelum menikah, tempat tinggalku hanya berjarak tiga kiloan dari kantor. Bisa ditempuh dengan sekali naik angkot plus jalan kaki lima belas menit. Ongkosnya dua ribu rupiah saja sekali jalan. Tapi dulu aku malas jalan kaki. Kuingat-ingat, karena waktu mepet, aku sering naik bajaj. Sekali naik enam ribu rupiah. Kadang-kadang aku naik dua kali angkot, tujuh ribu rupiah pulang pergi. Hei, besar juga ya ternyata ongkos jalanku dulu? Belum lagi jika hari Sabtu Ahad. Kegiatanku yang banyak membuat pengeluaran ongkos dan makan Sabtu Ahadku berlipat.
Belum lagi tiga bulan menikah.
“Ke ITC, yuk, Mas?” Kataku suatu hari. Sejak menikah, rasanya aku belum lagi menginjak ITC, mall, dan sejenisnya. Paling pasar tradisional. “Oke, tapi buat daftar belanja, ya?” kata Masku. Aku mengangguk. Di ITC, aku melihat ke sana ke mari. Dan tiap kali melihat yang menarik, aku berhenti. Tapi si Mas selalu langsung menarik tanganku dan berkata,”Kita selesaikan yang ada dalam daftar dulu?” Aku mengangguk malu. Dan aku kembali teringat, dulu nyaris setiap ada kesempatan atau pas lewat, aku mampir ke ITC, mall dan sejenisnya. Sekalipun tanpa rencana, pasti ada sesuatu yang kubeli. Berapa ya dulu kuhabiskan untuk belanja tak terduga itu?
Masih tiga bulan pernikahan “Kita beli oleh-oleh sebentar ya, untuk Bude?” Masku meminggirkan motor. Kios-kios buah berjejer di pinggir jalan. Kami dalam perjalanan silaturahmi ke rumah salah satu kerabat. Dan membawakan oleh-oleh adalah bagian dari tradisi itu.
“Sekalian, Mas. Ambil uang ke ATM itu…” Aku ingat, tadi pagi seorang tetangga ke rumah untuk meminjam uang. Ini adalah kesekian kali, ada tetangga meminjam kepada kami dengan berbagai alasan. Dan selama masih ada si Mas selalu mengizinkanku untuk memberi pinzaman(meski tidak langsung saat itu juga). Semua itu membuatku tahu, meskipun hemat, si Mas tidaklah pelit. Bersikaplah pertengahan, begitu katanya. Jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, tapi jangan lantas menjadi pelit!
***
Semester pertama pernikahan.
Mengkilat. Elegan. Kokoh. Masih baru. Gress. Begitu sedap dipandang mata. Benda itu, sudah sekian lama kuinginkan. Sebuah laptop baru kelas menengah (meski masih termasuk kategori low end). Namun selama ini, setiap kali melihatnya di pameran atau di toko-toko komputer, aku hanya bisa memandanginya dan bermimpi. Tak pernah berani merencanakan, mengingat duitku yang tak pernah cukup. Tapi rasanya, dalam waktu dekat benda di etalase itu akan kumiliki. Rasanya sungguh indah, memiliki sebuah benda berharga yang kubeli dengan uangku sendiri, uang yang kukumpulkan dari gajiku.
Sejak menikah, aku tak pernah lagi membeli baju untuk diriku sendiri. Pakaian dan jilbabku masih dapat di-rolling untuk sebulan. Sejak menikah, aku memilih membawa makan siang dari rumah ke kantor. Aku juga jarang ke mall lagi. Dan kini, setiap kali akan membeli sesuatu, aku selalu bertanya: perlukah aku membeli barang itu? Indahnya, aku menikmati semua itu. Dan kini, aku bisa menggunakan tabunganku untuk sesuatu yang lebih berharga dan tentu saja bermanfaat bagi aktifitasku saat ini, lingkunganku dan masa depanku nanti.
Aku bersyukur kepada Allah. Semua ini, bisa dikatakan sebagai berkah pernikahan. Bukan berkah yang datang tiba-tiba begitu saja dari langit. Tapi berkah yang dikaruniakan Allah melalui pelajaran berhemat yang dicontohkan oleh suamiku. Rabb, terima kasih atas berkahMu…

Rezeki Mengejar Manusia, Bukan Sebaliknya

Banyak manusia merasa khawatir dalam mencari rezeki karunia Allah Swt. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela menggadai diri dan menghinakan martabat.
Banyak manusia merasa khawatir dalam mencari rezeki karunia Allah Swt. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela menggadai diri dan menghinakan martabat. Kondisi dunia modern yang sarat persaingan dan pergulatan menuntut mereka untuk lebih berjibaku dalam mencari nafkah berupa karunia Tuhan. Betapa banyak setiap pagi hari di belahan bumi manapun didapati wajah-wajah penuh ketegangan dan kepanikan yang memancarkan rona khawatir dalam mengais rezeki di pagi hari. Seolah mereka tiada memiliki Tuhan yang Maha Kaya Yang Mampu menjamin rezeki setiap hambaNya. Dialah Allah, Ar Razzaq Sang Pemberi Rezeki.
Hal yang sering luput dari diri manusia zaman modern ini adalah keimanan dan keyakinan bahwa Allah Swt telah menjamin rezeki dan nafkah setiap hambaNya. Karena keyakinan ini semakin memudar, maka setiap individu bergulat dan berkutat dalam kehidupan dunia demi memenuhi kebutuhan hidup belaka.
Dalam kitab Mirqaat al Mafatiih terdapat kutipan pernyataan Al Qusyairi yang mengatakan, ““Seseorang yang mengetahui bahwa Allah itu adalah Sang Pemberi Rezeki, berarti ia telah menyandarkan tujuan kepadaNya dan mendekatkan diri dengan terus bertawakal kepadaNya.”
Pernyataan Al Qusyairi ini penting untuk diyakini bahwa memang kunci mendapatkan rezeki adalah dengan mendatangi Sang Pemilik rezeki yaitu Ar Razzaq! Sebab dengan mendatanginya maka segala kebutuhan akan terpenuhi.
Apakah kita belum pernah mendengar hadits yang amat masyhur ini: "Hai manusia, jika dari generasi pertama sampai terakhir, baik jin dan manusia berkumpul dalam satu tempat untuk meminta kepadaKu, lalu masing-masing orang meminta untuk dipenuhi kebutuhannya, niscaya hal tersebut tidak mengurangi sedikit pun dari kekuasaanKu, kecuali hanya seperti jarum yang dicelupkan di laut." HR. Muslim
Ini semua bukanlah demi menafikan sebuah ikhtiar mencari nafkah atau bekerja. Tetap saja bekerja adalah sebuah prasyarat mulia untuk mendapatkan nafkah, dan para nabi manusia terhormatpun tetap melakukannya. Namun tekanan yang terpenting dalam mencari rezeki dan nafkah adalah ketaatan kepada Allah Sang Pemberi rezeki.
Dalam kitab Shahih Al Jami’ disebutkan sebuah hadits dari Rasulullah Saw yang berbunyi, “Sesungguhnya malaikat Jibril menghembuskan ke dalam hatiku bahwasanya jiwa hanya akan mati sampai tiba masanya dan memperoleh rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah, carilah nafkah yang baik, jangan bermalas-malasan dalam mencari rezeki, terlebih mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya Allah tidak akan memberikan apa yang dicarinya kecuali dengan taat kepadaNya.”
Sebab itu usahlah panik dalam mencari karunia Allah Swt berupa rezeki. Yakinilah bahwa rezeki itu datang, bahkan kedatangannya menghampiri diri kita begitu cepat.
Sesungguhnya rezeki itu akan mecari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.” HR. Thabrani
Semoga Allah memberkahi rezeki & hidup kita bersama. Amien!

Berguru pada Televisi, Bolehkah?

“Ayoo Dina, coba lihat sini..” seorang ibu dengan sangat lembutnya mencoba untuk mengalihkan perhatian anaknya pada televisi dan mengajak sang anak bermain bola di luar rumah. Namun anak perempuan kecil yang berusia 3 tahun, dengan kuncir dirambutnya dan pipi merah meronanya hanya menggeleng dan berusaha menjauhkan dirinya dari sang ibu yang terus berusaha mengajak sang anak dengan setengah memaksa, lalu, “akhh anak ini, nonton televisi melulu, “ gumam sang ibu. “ Noooo, I don’t want, go, go, goo..” teriak sang anak dengan bahasa Inggris yang cukup fasih.
Sejenak sang ibu terdiam, masya Allah, kok anaknya lancar betul berbahasa Inggris. Usut punya usut ternyata film-film berbahasa Inggris yang diserap sang anak dari sejak masih kecil mampu membuat seorang anak ikut dan mengikuti percakapan yang terdengar oleh telinga si anak, walau mungkin tidak terjadi pada semua anak yang menonton film kartun. Namun film kartun yang masih menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, mampumembuat anak mengerti dan meniru percakapan singkat dalam bahasa Inggris terhadap film kartun yang dilihat sang anak, asalkan film kartun tersebut dipilihkan oleh sang ibu yang cukup membuat anak memahami bahasa Inggris dalam kalimat yang cukup sederhana.
Selain merupakan talent juga, bakat bahasa dari sang anak itu sendiri ada secara personal. Namun menonton televisi dalam bahasa Inggris berarti menonton acara anak-anak dalam versi barat yang tentu saja bukan hanya bahasa yang tersaji, namun juga nilai-nilai dan akhlak, pola tingkah laku, pakaian, penampilan dan lain-lain. Semua hal itu memerlukan juga bimbingan orang tua yang tentu saja sang orang tua harus bijak dalam menyikapi dan menjawab pertanyaan anak bila ada acara televisi edisi bahasa Inggris yang tidak dimengerti oleh sang anak, agar mereka tidak salah persepsi terhadap apa yang dilihatnya.

Ketika Sekolah Ideal Itu Kudapatkan

Sangat susah mencari sekolah ideal. Dimana-mana sekolah menawarkan yang terbaik, dan setiap sekolah ternyata setelah dikaji ulang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebetulnya yang dicari orang tua itu apa dan bagaimana tergantung dari pada ekspektasi dan harapan orang tua pada sang anak itu sendiri sesuai dengan latar belakang keluarga, pendidikan dan agama orang tua si anak.
Bila orang tua yang bersangkutan memilki agama yang cukup baik dan berlatar belakang pesantren mungkin cenderung memasukkan anaknya ke pesantren. Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa banyak juga orang tua yang menyekolahkan anaknya ke pesantren dengan alasan tak ingin “diganggu” oleh anaknya alias kedua orang tua sangat sibuk sehingga lebih baik anaknya dibuang ke pesantren, sebab kesibukan dari kedua orang tua. Saya sendiri memiliki pengalaman mencari sekolah dan berakhir pada suatu kesimpulan bahwa sebuah sekolah tidak dapat memenuhi semua yang kita inginkan. Walaupun kita buat sekolah sendiri pun tidak mampu memenuhi apa yang kita inginkan sepenuhnya. Semakin tinggi strata kemampuan ekonomi dan pendidikan orang tua yang bersangkutan, maka semakin tinggi juga standar yang ditetapkan dalam mencari sebuah sekolah.
Kekecewaan adalah bagian dari proses meletakkan anak di sebuah sekolah. Bila kekecewaan terlalu dipikirkan akan membuat sakit hati yang semakin dalam dan ketidakpuasan akan berakibat menjadi komplain yang berlebihan yang sering kali mengganggu pembelajaran si anak di sekolah dimanadia belajar. Saat ini setelah berbagai Negara dan berpuluh-puluh sekolah dimasuki dan dipelajari, bahkan sampai saya akhirnya membuat sekolah sendiri, saya sampai pada suatu titik kesimpulan akhir bahwa sekolah yangsaya cari letaknya adalah di hati. Akirnya saya mendapatkan sekolah yang saya dapatkan, bukan yang saya inginkan, dan akhirnya saya mendapat kepuasan terhadap sekolah untuk anak saya serta merasakan idealnya sebuah sekolah yang didapatkan dengan mengurus hati terlebih dahulu untuk siap menerima segala kelebihan dan kekurangan sebuah sekolah dan menambahkan apa yang kurang dari sekolah tersebut dengan tambahan dari rumah dari diri saya sendiri dan suami saya.
Sekali lagi saya katakan bahwa akhirnya saya mendapatkan sekolah yang saya dapatkan, bukan yang saya inginkan. Saya terpikir dengan sebuah ayat Al Quran yang mengatakan:
"…boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui." (QS: Al Baqarah: 216).

Kamis, 13 November 2014

Rizqi Kita, Soal Rasa

Aku tahu, rizqiku takkan diambil orang, karenanya hatiku tenang..
Aku tahu, ‘amalku takkan dikerjakan orang, karenanya kusibuk berjuang..
-Hasan Al Bashri-
“Sesungguhnya seseorang dihalangi dari rizqinya”, demikian Rasulullah bersabda sebagaimana dicatat oleh Imam Ahmad, “Disebabkan dosa yang dilakukannya.”
Pemberian uang yang sama-sama sepuluh juta, bisa jadi sangat berbeda rasa penerimaannya. Kadang ia ditentukan oleh bagaimana cara menghulurkannya.
Jika terada dalam amplop coklat yang rapi lagi wangi, dihulurkan dengan senyum yang harum dan sikap yang santun, betapa berbunga-bunga kita menyambutnya. Apatah lagi ditambah ucapan yang sopan dan lembut, “Maafkan sangat, hanya ini yang dapat kami sampaikan. Mohon diterima, dan semoga penuh manfaat di jalan kebaikan.”
Ah, pada yang begini, jangankan menerima, tak mengambilnya pun tetap nikmat rasanya. Semisal kita katakan, “Maafkan Tuan, moga berkenan memberikannya pada saudara saya yang lebih memerlukan.” Lalu kita tahu, ia sering berjawab, “Wah, jika demikian, kami akan siapkan yang lebih baik dan lebih berlimpah untuk Anda. Tapi mohon tunggu sejenak.”
Betapa berbeda rasa itu, dengan jumlah sepuluh juta yang berbentuk uang logam ratusan rupiah semuanya. Pula, ia dibungkus dengan karung sampah yang busuk baunya. Diberikan dengan cara dilempar ke muka, diiringi caci maki yang tak henti-henti. Betapa sakitnya. Betapa sedihnya. Sepuluh juta itu telah hilang rasa nikmatnya, sejak mula ia diterima.
Inilah di antara hakikat rizqi, bahwa ia bukan soal berapa. Sungguh ia adalah nikmat yang kita rasa. Sebab sesungguhnya, ia telah tertulis di langit, dan diterakan kembali oleh malaikat ketika ruh kita ditiupkan ke dalam janin di kandungan Ibunda. Telah tertulis, dan hendak diambil dari jalan manapun, hanya itulah yang menjadi jatah kita. Tetapi berbeda dalam soal rasa, karena berbeda cara menghulurkannya. Dan tak samanya cara memberikan, sering ditentukan bagaimana adab kita dalam menjemput dan menengadahkan tangan padaNya.
Rizqi memiliki tempat dan waktu bagi turunnya. Ia tak pernah terlambat, hanyasanya hadir di saat yang tepat.
“Janganlah kalian merasa bahwa rizqi kalian datangnya terlambat”, demikian sabda Rasulullah yang dibawakan oleh Imam ‘Abdur Razzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, “Karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba meninggal, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir yang ditetapkan untuknya. Maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan  yang halal dan meninggalkan yang haram.”
Jika jodoh adalah bagian dari rizqi, boleh jadi berlaku pula kaidah yang sama. Sosok itu telah tertulis namanya. Tiada tertukar, dan tiada salah tanggal. Tetapi rasa kebersamaan, akan ditentukan oleh bagaimana adab dalam mengambilnya. Bagi mereka yang menjaga kesucian, terkaruniakanlah lapis-lapis keberkahan. Bagi mereka yang mencemarinya dengan hal-hal mendekati zina, ada kenikmatan yang kan hilang meski pintu taubat masih dibuka lapang-lapang. Sebab amat berbeda, yang dihulurkan penuh keridhaan, dibanding yang dilemparkan penuh kemurkaan.
Rizqi adalah ketetapan. Cara menjemputnya adalah ujian. Ujian yang menentukan rasa kehidupan. Di lapis-lapis keberkahan dalam setetes rizqi, ada perbincangan soal rasa. Sebab ialah yang paling terindra dalam hayat kita di dunia.
***
Di antara makna rizqi adalah segala yang keluar masuk bagi diri dengan anugrah manfaat sejati. Nikmat adalah rasa yang terindra dari sifat maslahatnya. Kasur yang empuk dapat dibeli, tapi tidur yang nyenyak adalah rizqi. Ia dapat saja terkarunia di alas koran yang lusuh, dan bukan di ranjang kencana yang teduh. Hidangan yang mahal dapat dipesan, tetapi lezatnya makan adalah rizqi. Ia dapat saja terkarunia di wadah daun pisang bersahaja, bukan di piring emas dan gelas berhias permata.
Atau bahkan, ada yang memandang seseorang tampak kaya raya, tapi sebenarnya Allah telah mulai membatasi rizqinya.
Ada yang bergaji 100 juta rupiah setiap bulannya, tapi tentu rizqinya tak sebanyak itu. Sebab ketika hendak meminum yang segar manis dan mengudap yang kue yang legit, segera dikatakan padanya, “Awas Pak, kadar gulanya!” Ketika hendak menikmati hidangan gurih dengan santan mlekoh dan dedagingan yang lembut, cepat-cepat diingatkan akannya, “Awas Pak, kolesterolnya!” Hatta ketika sup terasa hambar dan garam terlihat begitu menggoda, bergegaslah ada yang menegurnya, “Awas Pak, tekanan darahnya!”
Rasa nikmat itu telah dikurangi.
Lagi-lagi, ini soal rasa. Dan uang yang dia himpunkan dari kerja kerasnya, amat banyak angka nol di belakang bilangan utama, disimpan rapi di Bank yang sangat menjaga rahasia, jika dia mati esok pagi, jadi rizqi siapakah kiranya? Apa yang kita dapat dari kerja tangan kita sendiri dan kita genggam erat hari ini, amat mungkin bukan hak kita. Seperti hartawan yang mati meninggalkan simpanan bertimbun. Mungkin itu mengalir ke ahli warisnya, atau bahkan musuhnya. Allah tak kekurangan cara untuk mengantar apa yang telah ditetapkanNya pada siapa yang dikehendakiNya.
Rizqi sama sekali bukan yang tertulis sebagai angka gaji.
Seorang pemilik jejaring rumah makan dari sebuah kota besar Pulau Jawa, demikian cerita shahibul hikayat yang kami percaya, dengan penghasilan yang besarnya mencengangkan, punya kebiasaan yang sungguh lebih membuat terkesima. Sepanjang hidupnya, tak pernah dia bisa berbaring di kasur, apalagi ranjang berpegas. Dia hanya bisa beristirahat jika menggelar tikar di atas lantai dingin, tepat di depan pintu.
Rizqi sama sekali bukan soal apa yang sanggup dibeli.
Ada lagi kisah tentang seorang pemilik saham terbesar sebuah maskapai penerbangan yang terhitung raksasa di dunia. Armada pesawat yang dijalankan perusahaannya lebih dari 100 jumlahnya. Tetapi dia menderita hyperphobia, yakni rasa takut terhadap ketinggian. Seumur hidupnya, yang bersangkutan tak pernah berani naik pesawat.*

Berguru kepada “Syeikh Google”


Pada zaman ini banyak  pelajar yang mencari ilmu tanpa berguru kepada ulama mu’tabar, melainkan belajar melalui Google. Cara belajar seperti ini menurut Syeikh Dr. Abu Al Hasan An Nadwi bertentangan dengan metode para salaf dan tidak bisa diambil ilmunya.
Menurut ulama yang banyak memperoleh sanad periwayatan hadits ini, ilmu yang bisa diambil adalah ilmu yang dihasilkan dengan berguru kepada ulama mu’tabar dan melakukan rihlah mencari ilmu.
“Ibnu Hajar Al Haitami ditanya mengenai orang yang belajar dengan hanya membaca buku saja tanpa berguru. Maka beliau menjawab,’Bahkan meski pun ia membaca seribu buku, maka ia tidak bisa diambil ilmunya’”, cakap ulama yang hafal matan Abi Syuja’ ini.
Hal itu disampaikan oleh murid Al Muhaddits Habiburrahman Al A’dzami ini sebelum pembacaan kitab Ar Rihlah fi Thalab Al Hadits karya Al Hafidz  Al Khatib Al Baghdadi di Majelis Ilmu  Syeikh Ismail Shadiq Al Adawi di kawasan Al Azhar.
Usai pembacaan ulama bermadzhab As Syafi’i ini memberikan ijazah periwayatan kitab ini yang bersambung kepada penulisnya, kepada sekitar 300 penuntut ilmu yang hadir di majelis tersebut.

Rabu, 12 November 2014

Oh Cinta Yang Berliku

Wallpaper Heart Terindah
 “Ummi nggak setuju kamu menikah dengannya, Aina! Masih banyak laki-laki yang lebih baik darinya,” ucap Ummi menahan amarahnya agar tidak meledak-ledak. Abi duduk seraya menarik nafas panjang sementara Aina hanya duduk di atas sofa dengan kepala tertunduk. Pikirannya tidak karuan melayang ke sana kemari tidak jelas, tapi sesekali wajah laki-laki yang teduh itu terlintas dalam benaknya.
“Ummi, kita nggak berhak menentukan hal semacam ini. Semua harus dikembalikan lagi kepada Aina. Kelak, dia yang akan merasakan dan menjalani semuanya,” jawab Abi lembut
“Abi, apa Abi nggak ingat bagaimana kejadian dulu yang mempermalukan keluarga kita?”
“Ummi, memang seperti itu cara yang benar. Siti Khadijah istri Rasulullah SAW pun melakukan hal yang sama seperti kita…”
“Tapi zamannya sudah beda, Abi…”
Debat opini itu terus berlangsung sementara Aina tetap diam dalam duduk. Aina sangat mafhum dengan sikap Ummi yang seperti ini. Betapa Ummi tersayangnya merasa dipermalukan dan direndahkan meskipun tidak seharusnya Umminya merasa seperti itu.
Hal ini berawal ketika usia Aina menginjak 23. Ummi ingin Aina segera menikah, takut jadi perawan tua katanya. Namun, saat itu Aina tidak memiliki calon suami impian karena sedari dulu Aina menyimpan hati pada seorang ikhwan bernama Fariz yang persis tinggal satu lingkungan dengannya. Hubungan Fariz dengan Aina pun cukup dekat. Ia berusia dua tahun lebih tua daripada Aina. Fariz bekerja sebagai seorang guru berstatus pegawai tetap serta memiliki usaha sampingan, seperti warung internet, toko obat-obatan herbal sehingga masalah masa depan tak perlu dipersoalkan. Sementara itu, Aina juga bekerja sebagai seorang guru bahasa asing di sebuah Madrasah Aliyah yang tidak jauh dari rumahnya. Aina tidak mungkin menyatakan perasaan kepadanya hingga akhirnya Aina memberitahu kedua orang tuanya perihal perasaannya terhadap Fariz. Kebetulan saat itu pun Aina mendengar berita bahwa Fariz juga sedang dalam pencarian menemukan pendamping hidup.
Akhirnya tanpa aba-aba lagi, Ummi dan Abi mendatangi keluarga Fariz yang memang tetangga akrab dengan keluarga Aina. Tadinya Ummi sempat merasa keberatan dengan cara yang tidak lazim ini karena kebiasaan yang umum adalah seorang pria melamar seorang wanita, tapi Ummi melihat hal ini seperti wanita melamar laki-laki. Namun, demi kebahagiaan putrid satu-satunya Ummi pun bersedia mengesampingkan tradisi itu. Setelah berbasa-basi, Abi pun menyampaikan maksud kedatangannya kepada Fariz dan keluarganya. Namun, sayang-disayang, permintaan Abi ditolak oleh Fariz dengan alasan masih dalam tahap pencarian hingga menemukan yang benar-benar cocok meskipun orang tua Fariz menyetujui jika Aina yang kelak menjadi istri Fariz. Fariz dengan sangat mantap menjawab tidak bisa tanpa ada pertimbangan apapun. Aina mengira Fariz akan meminta waktu untuk melakukan istikharah terlebih dahulu, tapi keyataan yang terjadi tidaklah demikian, Fariz memberikan penolakan secara tegas. Kala itu Aina pun merasa sedih, tapi ia menyadari bahwa mungkin Fariz memang bukan jodohnya. Semua ia kembalikan pada Allah, yang jelas ia telah berusaha semampunya untuk menemukan jodohnya. Berusaha semampunya untuk menyimpan perasaan cintanya selama bertahun-tahun dan berusaha sekuat tenaga agar ia mampu menerima penolakan Fariz.
Oleh karena itu Ummi sangat kecewa pada Fariz, tapi disembunyikannya perasaan itu di dalam hati. Ummi bersyukur karena hal ini tidak menjadi perbincangan warga sekitar karena beberapa orang melihat hal ini sebagai hal yang memalukan sehingga patut dijadikan bahan diskusi mengisi waktu kosong para ibu-ibu rumah tangga yang mulutnya usil. Hal-hal seperti itu yang ada di dalam pikiran Ummi sedangkan Aina merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika dirinya ditolak meskipun tidak dipungkiri hatinya merasakan kesedihan yang teramat sangat. Sesungguhnya kesedihan yang ia rasakan bukanlah menjadi perbincangan orang banyak melainkan harus mendapati cinta yang bertepuk sebelah tangan. Perempuan mana yang tidak merasa sedih bercampur kecewa jika berada dalam posisi Aina. Namun, Aina menyadari bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah kuasa Ilahi dimana ia harus ikhlas serta yakin akan hal-hal yang lebih baik lagi daripada semua ini.
Malang tak dapat ditolak, sebuah kecelakaan menimpa Fariz yang mengharuskan amputasi pada kedua kakinya setelah dua bulan pasca penolakan Aina. Padahal sebulan lagi Fariz akan menikahi seorang wanita yang sangat cantik serta berasal dari keluarga berada. Karena kejadian itu, keluarga wanita memutuskan untuk membatalkan pernikahan. Mereka tak ingin memiliki seorang menantu cacat serta menanggung rasa malu akibat batalnya pernikahan. Sebulan berselang, keluarga Fariz datang untuk mengkhitbah Aina agar mau menikah dengan Fariz. Ummi merasa dilecehkan. Aina merasa senang sekaligus sedih karena orang yang dicintainya ingin menikahinya meskipun dalam saat kondisi fisik tak lagi sempurna. Ia merasa iba atas musibah yang menimpa Fariz, sudah jatuh tertimpa tangga pula, sudah lumpuh harus batal menikah juga. Sesungguhnya manusia berencana namun Dialah yang Maha Kuasa atas segalanya. Terkadang Aina bingung perasaan seperti apa yang harus ia miliki, apakah ia harus bahagia karena laki-laki yang dicintainya sejak lama ingin menikahinya ataukan ia harus merasa sedih karena merasa seperti pemulung yang mandapatkan barang sisa karena ketidaksempurnaan fisik FAriz. Saat sehat, Fariz menolak permintaan keluarga Aina yang juga permintaan Aina tanpa pemikiran secara matang terlebih dahulu. Sekarang, ketika dirinya telah cacat, malah ingin menikahi Aina. Benarkah ini sebuah penghinaan terhadap dirinya? Pikir Aina. Namun, Buru-buru Aina menepis pikiran seperti itu karena tidak seharusnya ia berburuk sangka terhadap seseorang yang berniat baik padanya. Apalah artinya cacat fisik jika hati serta iman tetap terjaga dengan baik. Mata Aina yang indah berwarna coklat seperti namanya itu pun meneteskan air mata jikala ia mengingat-ingat semua kejadian itu.
Desir angin malam menyentuh telapak tangannya saat Aina duduk sendirian di kursi depan rumah, Aina pun merapatkan sweater tebal yang membalut tubuhnya. Pikirannya menerawang memikirkan perasaannya sendiri sambil sesekali wajah pujaan hatinya terlintas. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Tiba-tiba Ummi duduk di sebelah Aina. Aina tersenyum.
“Belum tidur, anakku?” sapa ummi
“Aina nggak bisa tidur, Ummi…” jawab Aina lembut
“Ummi tahu apa yang ada di pikiran kamu, Aina. Kamu terus memikirkan lamaran yang diajukan keluarga Faris bukan?!”
Aina terhenyak. Ummi memang selalu mengetahui apa yang ada di dalam pikirannya seperti semua tertulis dengan jelas di keningnya sehingga Ummi bisa membacanya.
“Maaf, Ummi. Aina tidak bermaksud untuk tidak mematuhi Ummi, tapi Ummi tahu sendiri bagaimana perasaan Aina terhadap Kak Fariz…”
“Fariz lumpuh, Aina. Apa yang bisa kamu harapkan dari dia?”
“Ummi, apakah orang lumpuh tidak berhak menikah? Apakah ia tidak berhak hidup bahagia? Biarpun lumpuh, Kak Faris tetap manusia. Aina tidak melihat kondisi fisiknya sekalipun Kak Fariz lumpuh atau buta. Aina mencintai kak Fariz, Ummi. Karena Allah, bukan memandang fisik atau materi belaka.”
“Apakah kamu tidak merasa bahwa Fariz telah menginjak-injak kehormatan dan harga diri kamu beserta keluarga kita? Ketika ia sehat, Fariz tidak mau menerima kamu, tapi di kala dia sakit seperti ini, dia malah ingin menikahi kamu. Semua wanita yang pernah meminta untuk dinikahi oleh Fariz sudah didatangi oleh orang tua Fariz, tapi mereka tak mau menerima. Beberapa ada yang sudah menikah, yang lain menolak karena tidak terima dengan sikap Fariz yang seperti itu.”
“Karena mereka tidak mencintai Kak Fariz seperti Aina mencintainya, Ummi. Kak Fariz seperti itu karena ia ingin menemukan yang terbaik untuk dijadikan istrinya. Aina tidak pernah marah dengan keputusannya, meskipun Aina kecewa.”
Ummi tahu tak mungkin memadamkan perasaan Aina begitu saja. Ia tahu betul siapa dan seperti apa Aina dalam mempertahankan keinginannnya, apalagi ini menyangkut masa depan hidup Aina, jadi Aina tidak mungkin main-main. Sepertinya keinginan Aina tidak dapat diajak kompromi lagi, tapi dirinya berniat untuk terus membujuk Aina agar memilih laki-laki lain selain Fariz.
“Anakku, kamu itu masih muda, cantik, pintar. Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik daripada Fariz. Sungguh Ummi sangat kecewa dengan sikap Fariz yang lalu itu. Kamu tahu sudah berapa banyak laki-laki yang ingin meminangmu, beberapa di antaranya masih menunggu dirimu, Aina.”
“Jika Ummi berpikir mereka lebih baik daripada Kak Fariz karena mereka memiliki fisik yang lebih sempurna, Ummi salah. Aina sudah bilang, bukan fisik atau materi yang Aina cari, tapi hati dan imannya. Ummi, Aina bukan ingin mendurhakai Ummi, tapi Aina pinta sedikit pengertian dari Ummi. Kak Fariz dapat menjadi jalan Aina ke surga, Mi…”
Wanita paruh baya itu pun terdiam merenungi setiap kata yang terucap dari anak perempuan satu-satunya itu. Sebagai orang tua yang baik, ia berhak menentukan jodoh anaknya, tapi sebagai orang tua bijaksana, ia tak mungkin merebut kebahagian buah hatinya hanya karena alasan kekurangan Fariz. Namun, dia sangat menginginkan Aina agar dapat hidup bahagia di kehidupan rumah tangganya, bukan hidup susah. Aina hanya terdiam, dirinya merasa sangat berdosa karena tidak mampu memenuhi keinginan ibunda tercinta. Lalu setetes butiran bening jatuh di pipi, ia pun buru-buru menyeka dengan jilbab merah marunnya. Maafkan Aina, Ummi, ucapnya dalam hati.
“Aina, sekarang sudah larut. Lebih baik masuk ke dalam, nanti masuk angin karena hawa di luar tidak cukup baik untuk kesehatan,” kata umi dengan nada suara lembut sekali seraya tersenyum tipis. Aina pun menuruti kata-kata Ummi untuk yang satu ini.
Enam bulan telah berlalu setelah permintaan Fariz dan keluarga untuk menikahi Aina. Keinginan Aina sebagai wanita normal untuk berumah tangga semakin besar, tapi ia tak mampu mengalihkan hatinya kepada orang lain selain Fariz. Entah kenapa ia selalu yakin bahwa Fariz adalah orang yang tepat untuk jadi pendamping hidupnya serta Fariz adalah jalannya menuju ke surga Allah. Setiap malam Aina bersimpuh di hadapan Rabbnya seraya menangis memohon agar pintu hati ibunda tercinta terbuka merestui Aina dengan Fariz. Aina pun selalu meminta petunjuk agar pilihannya tidak salah mempertahankan Fariz untuk menjadi suaminya.
Ya Rabb, Engkaulah yang mampu membolak-balikan hati hamba. Sesungguhnya cinta yang hamba rasakan berasal dari-Mu, karena-Mu dan untuk-Mu. Jangan Kau biarkan cinta ini tumbuh karena nafsuku, biarkan cinta ini memenuhi relung jiwaku atas nama-Mu. Jika Fariz memang Engkau takdirkan untukku, maka bukakanlah pintu hati umi untuk menerimanya dengan segala kekurangannya. Jika Fariz memang bukan untukku, maka hapuskanlah rasa cinta ini untuknya. Cinta suci ini adalah anugrah-Mu yang tak seharusnya membawa derita dalam kehidupan manusia melainkan bahagia. Duhai Engkau yang Maha Mencintai, aku rela kehilangan cinta yang lain asal jangan cinta-Mu. Biarlah cinta ini hanya bermuara pada-Mu.
Aina tak pernah bosan memanjatkan doa-doa di setiap sujud malamnya. Ia yakin Allah akan mendengar pinta dan asanya di sepertiga malam di mana Ia turun ke bumi mencari hamba-hamba yang memohon kepada-Nya.
Esok paginya Aina terkejut melihat kesibukan Ummi yang tidak seperti biasanya. Ummi dan Abi baru pulang dari pasar ketika Aina mau berangkat ke Madrasah tempatnya mengajar. Biasanya Ummi belanja di tukang sayur yang biasa lewat depan rumah, tapi hari ini belanjaan Ummi banyak sekali. Mulai dari makanan ringan sampai lauk-pauk untuk makan. Seperti mau pesta saja, pikir Aina. Aina mencium tangan Ummi dan Abinya sementara mbak Rahma membawa belanjaan ke dapur.
“Mau berangkat, anakku?” Tanya Abi.
“Iya bi. Ngomong-ngomong, ada acara pa Mi, Bi? Kok belanjaannya banyak sekali? Seperti mau pesta saja,” selorohku.
“Iya, memang akan ada pesta,” kata Ummi lalu berjalan cepat menuju ke dapur.
Sementara itu Abi senyam-senyum sendirian sebagai luapan kebahagiaan yang tiada terkira. Aina hanya mengernyitkan dahi karena bingung. Ia pun segera melangkahkan kaki meninggalkan rumah untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang guru bahasa Inggris di sebuah Madrasah Aliyah.
Jam menunjukkan pukul empat sore, Aina baru saja menunaikan shalat Ashar sementara orang tuanya benar-benar terlihat sibuk. Aina turun ke bawah mencoba membantu mereka. Tapi Ummi melarangnya dan meminta Aina untuk kembali ke kamar. Sebuah gamis indah berwarna putih lembut menyambutnya beserta sebuah jilbab dengan warna yang sama. Aina menjadi tambah bingung.
“Apa ini Mi? Ummi ingin Aina memakainya?” Tanya Aina bingung.
“Ya, pakailah gamis ini nak. Ummi ingin kamu terlihat cantik malam ini. Setelah shalat Magrib acaranya akan segera diselenggarakan,” jelas Ummi.
“Acara apa Mi?”
“Kamu akan tahu. Ini akan menjadi saat yang tak kan kamu lupakan. Sekarang kamu mandi sampai sangat bersih ya, anakku…”
“Ummi! Sebenarnya ada apa? Aina jadi sangat penasaran dengan maksud Ummi. Apa Ummi berniat menjodohkan Aina dengan laki-laki lain Mi?”
Ummi hanya tersenyum simpul dan langsung meninggalkan kamar Aina. pikiran Aina bergejolak, semua perasaan bercampur aduk jadi satu. Antara bingung, marah, sedih, dan takut. Rasanya Aina tidak ingin melakukan semua permintaan Umminya ini, jika memang benar ia akan dijodohkan dengan laki-laki lain, sungguh bukan itu yang dia inginkan. Hanya tangisan yang mampu ia lakukan karena wajah Fariz terus menghantuinya. Aina istighfar berkali-kali dalam hatinya mencoba menerima keputusan ini yang memang mungkin Allah telah memberikan yang terbaik untuknya meskipun bukan Fariz. Aina memandangi dirinya dalam balutan gamis serta jilbab putih di depan cermin, wajahnya tetap bersih meski tak ada sedikitpun bedak yang menempel. Pikirannya campur aduk. Ia terus berdoa dan meyakinkan dirinya bahwa segala sesuatu itu telah diatur olehNya yang Maha Menghendaki. Meskipun belum pasti tapi Aina yakin bahwa acara malam mini adalah acara perjodohan antara dirinya dengan seseorang yang belum diketahuinya.
Setelah shalat Magrib Aina membaca Al-Qur’an dengan suara lirih yang selalu menjadi kegiatan rutinnya. Kali ini yang dibacanya adalah Ar-Rahman, dengan khidmat ia pun membaca artinya.
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Sambil terus mengucapkan syukur kepada Allah untuk apapun yang akan terjadi malam ini. Tiba-tiba Umminya muncul dibalik pintu lalu tersenyum kepada Aina.
“Anak Ummi cantik sekali dengan pakaian ini…”
Aina hanya tersenyum membalas pujian Ummi yang dicintainya itu. Ia tak ingin menyakiti dan mengecewakan Umminya hanya demi kebahagiannya sendiri. Ia yakin Umminya pun telah memilihkan yang terbaik untuknya. Aina bisa melihat pancaran kebahagiaan di mata Ummi dan ia tak berkeinginan untuk meredupkan sinar kebahagiaan itu.
“Kenapa kamu nggak turun-turun, nak?” Tanya Ummi “Tamu undangan sudah banyak yang hadir, semua sudah menunggu kamu…”
“Sebenarnya ini acara apa Mi?” Tanya Aina penasaran.
“Masya Allah, masa kamu lupa? Sekarang itu kan tanggal 8 Februari, ulang tahun kamu sayang. Ummi dan Abi hanya mengadakan syukuran sederhana saja kok.”
“Subhanallah, Aina nggak ingat ulang tahun Aina sendiri Mi, mungkin karena terlalu sibuk dengan pekerjaan,” jawab Aina dengan sedikit rasa perasaan lega di hatinya
“Kalo begitu, cepat segera turun ya sayang. Ummi dan Abi juga sudah menyiapkan sesuatu yang istimewa untuk kamu…”
“Tapi Ummi, apa Aina tidak terlalu tua untuk diberikan perayaan ulang tahun seperti ini? Ummi tahu sendiri Aina tidak terlalu menyukai perayaan ulang tahun.”
“Kali ini akan beda, sayangku. Cepat turun ya, Ummi tunggu di bawah.”
Lalu Ummi berlalu pergi dari kamar Aina. Aina bersuyukur kepadaNya karena ini bukan acara perjodohan. Aina merapihkan gamis serta jilbabnya sambil tersenyum di depan cermin dengan rasa syukur atas semua pemberian-Nya. “Alhamdulillah ya Rabb!” ucapnya lirih.
Tanpa ragu, Aina menuruni tangga lalu berjalan menuju ke ruang tamu. Rumahnya begitu ramai. Ia begitu senang karena seluruh keluarganya datang, mulai dari kakek dan neneknya, paman-paman dan bibi-bibinya, sepupu-sepupunya dan beberapa sahabat dekatnya. Namun, ia juga melihat banyak wajah yang tak dikenalnya. Mungkin teman-teman orang tuanya, pikir Aina. Dirinya tidak menyangka jika kedua orang tuanya akan mengadakann syukuran seperti ini. Tiba-tiba Abi berbicara dengan nada formal di hadapan seluruh keluarga dan kerabat, matanya berkaca-kaca. Abi mengucapkan salam pembukaan dan dilanjutkan dengan memberitahukan tujuan syukuran malam ini.
“Kami berudua sangat bersyukur kepada Allah karena telah dianugrahi seorang anak perempuan yang cantik serta sholehah. Aina begitu mematuhi perintah kami dan tak ingin mengecewakan kami sedikitpun. Kami sangat mencintai dan menyayangi anak kami sehingga apapun akan kami lakukan agar dirinya bahagia. Di usianya yang sudah menginjak 24 tahun ini, kami ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan sebagai tanda terima kasih kami untuk kehadiran Aina di kehidupan kami. Selain itu ada sebuah kejutan indah yang ingin kami sampaikan, khususnya untuk putri tersayang kami, Aina.”
Aina tidak berhenti menatap Abinya dengan mata berkaca-kaca. Ia pun tambah penasaran akan kejutan yang dibicarakan Abinya.
“Ini soal masa depan kamu Aina, semoga kamu menerima keputusan ini dengan ikhlas dan menjalaninya sepenuh hati kamu. Faris, lamaran nak Faris atas nama anak kami, kami terima tapi seluruh keputusan kami serahkan kepada Aina.”
Aina terperanjat mendengar nama Faris disebut-sebut oleh Abinya. Jantungnya berdetak begitu cepat. Aina menolehkan wajahnya ke belakang dan melihat laki-laki yang dicintainya dengan kursi roda yang didudukinya. Fariz tersenyum, senyum penuh kebahagiaan serta penyesalan terbesar dalam hidupnya karena pernah menolak Aina untuk menjadi istrinya tanpa berpikir jauh terlebih dulu. Aina meneteskan air matanya.
Malam itu menjadi malam yang tak akan pernah terlupakan olehnya. Ia menikah dengan pria yang selalu dicintainya, pria yang namanya selalu mengisi sujud malamnya, pria yang namanya selalu mengisi dalam doanya, pria yang menjadi impiannya yaitu Fariz. Syukur teramat dalam ia panjatkan kepada Dia yang Maha Menghendaki segalanya. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”. Sesungguhnya Dia hanya akan memberikan kebahagiaan serta kenikmatan kepada hamba-hambaNya yang beriman, bahkan sekalipun itu berupa hal yang menyakitkan ataupun cobaan namun akan selalu ada kenikmatan. Aina menangis haru. Pernikahan itu hanya dihadiri oleh keluarga serta kerabat terdekat dengan pesta yang sederhana persis seperti keinginan Aina. Ia tidak membutuhkan pesta besar sebagai perayaan hari paling bersejarah dalam hidupnya. Ia hanya perlu doa dari orang-orang yang menyayanginya serta seorang laki-laki yang dicintainya. Itu pun sudah menjadi hal paling mewah yang sebesar apapun jumlah uang tak kan mampu membelinya. Tak hanya Aina yang menangis penuh haru, kerabat serta keluarga pun meneteskan air mata ketika doa penuh barakah itu dipanjatkan. Ummi Aina pun tak kuasa menahan air matanya, ia kagum pada pendirian serta kesabaran anak perempuan satu-satunya itu yang dengan tulus ikhlas tetap mencintai dan menerima Fariz apa adanya meskipun Fariz pernah mengecewakannya. Mungkin hal yang sama yang ada di benak keluarga serta kerabat yang meneteskan air mata. Mereka tahu bagaimana perjalanan cinta Aina yang akhirnya berujung pada ikatan suci penuh rahmat Sang Ilahi Rabbi.
Fariz tersenyum penuh rasa syukur dan kebahagiaan menatap wajah wanita yang kini berada di hadapannya dengan status halal untuknya, wajah yang penuh dengan pancaran keimanan disertai hati yang suci penuh dengan keikhlasan. Mengapa dulu mata hatinya bisa begitu buta, tidak mampu melihat bidadari yang sesungguhnya begitu dekat. Sungguh ia merasa menyesal pernah menyia-nyiakan Aina. Mungkin kecelakaan itu adalah teguran atau bahkan mungkin hukuman dari-Nya atas ambisi duniawinya yang menginginkan semua hal sempurna, kesempurnaan yang hanya ada di matanya. Aina membalas senyum Fariz dengan senyum termanisnya, matanya indah memancarkan cahaya cinta. Tidak hanya Fariz yang merasakan kebahagiaan, Aina pun merasakan hal yang sama bahkan lebih karena sosok laki-laki yang dihadapannya kini adalah yang selalu ada di hatinya.
“Kita shalat dulu ka!” ucap Aina lembut.
“Iya, istriku. Aku masih dalam keadann wudhu,” jawab Fariz.
Sepasang pengantin baru itu pun bertakbir serta bersujud penuh syukur atas kemurahan-Nya. Keduanya memohon agar rumah tangga mereka selalu barokah.
“Maafkan aku, sayangku,” ucap Faris berbisik di telinga Aina yang kini berbaring dalam pelukannya.
“Maaf untuk apa ka?” Tanya Aina dengan menatap penuh cinta.
“Maaf karena aku pernah menyia-nyiakan ketulusanmu, maaf karena aku telah menyakiti hati sucimu. Percayalah, Allah telah menegurku dengan cara-Nya yang paling indah. Ia membukakan mata hatiku yang buta untuk melihat berlian di depan mataku, berlian dengan bola mata yang begitu indah dan pandangan yang menyejukan.”
Tanpa terasa air mata kebahagiaan menetes di pipi Aina. Faris mengusapnya dengan lembut. “Kenapa kamu menangis? Apa ada yang salah dengan ucapanku?”
“Tidak, suamiku. Air mata ini menetes karena aku tak mampu menahan rasa bahagia serta rasa syukur karena akhirnya Allah mengabulkan pintaku, mengirimkan seorang pangeran bernama Muhammad al-Farisi dan membawaku ke istana yang bertaburan dengan cinta serta curahan rahmat-Nya. Terima kasih, ka karena akhirnya kamu mau menerima diriku dengan segala kekuranganku…”
“Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu menerimaku dengan segala kekuranganku, padahal aku yakin kamu mampu mendapatkan yang jauh lebih sempurna daripada diriku. Maaf karena pernikahan ini hanya dihadiri beberapa orang. Bukan karena aku tak mampu membuat walimah ursy yang lebih besar, tapi persiapannya akan jauh lebih memakan waktu, sedangkan hati sudah tak sabar ingin memelukmu, bidadariku.”
“Pangeranku, seperti apa sempurna di matamu? Apakah sempurna itu hanya karena berjalan dengan kaki? Aku tak peduli meski kamu buta sekalipun, aku tetap mencintaimu. Selama iman serta takwa itu tetap ada dalam dirimu, maka itulah kesempurnaan. Aku tak membutuhkan pesta mewah yang dihadiri orang-orang yang mungkin aku sendiri tidak begitu mengenal mereka. Aku hanya membutuhkan doa dari orang-orang yang menyayangiku serta hadirmu di sisiku. Itu sudah dan akan menjadi hal yang tak kan aku lupakan seumur hidupku.”
Faris tersenyum. Kalimat tahmid tak henti-hentinya ia ucapkan dalam hati atas semua yang ia dapatkan saat ini. Ia tahu dan menyadari bahwa jalan berbatu masih akan membentang panjang di depan, namun ia tak kan menyerah berjuang demi istri tercintanya dan kelak untuk keluarganya. Faris mengecup kening Aina. Aina kembali merapatkan tubuhnya dalam pelukan Fariz.
Malam semakin larut namun dinginnya tak mampu menembus kehangatan pelukan para pecinta, pecinta yang mencinta karena Rabbnya, pecinta yang menjaga fitrah cinta dengan ikatan suci mengharap cinta dan ridha Rabbnya.

Hati-Hati Tentang Si Hati

Foto Danau Cinta Glaslyn“Pokoknya sakiiiiiit hati ini, sakiiit banget deh!”, keluhan seorang sahabat tatkala menceritakan prihal pengkhianatan seseorang yang dipercayainya. Mimik muka penuh kekesalan ditambah nada suara yang menandai rasa jengkel.
Juga kelunya lidah seorang ibu, berurai air mata dan ragam tanya dalam nuraninya, “Kenapa anak hamba yang dibesarkan dalam pendidikan agama yang baik, tetapi melakukan perbuatan zina dan sering berdusta, Ya Allah?”, ibu mana pun juga yang merupakan muslimah sholihat, pastilah merasa hancur hatinya tatkala memetik kenyataan pahit melihat anaknya ‘kumpul kebo’ berlumur kehinaan dan belum juga bertaubat pada-NYA.
Lain lagi kalimat bijak dari Mas Fulan, seorang brother asal daerah Jawa Timur, ia berkata, “Dulu sih sakiit sekali rasanya, ingin melampiaskan dengan amarah atau bahkan membunuh… Tapi Alhamdulillah, saya masih bisa mengontrol diri. Hati ini berkata ‘tidak, jangan emosi’…. Maka sekarang saya lega… Alhamdulillah sudah ikhlas…”, senyumnya ceria. Subhanalloh, padahal Mas Fulan itu mengalami kepahitan suatu peristiwa hidup, pengalamannya ketika pulang ke rumah memergoki istri tercinta tengah berselingkuh, pasangan selingkuhan itu adalah saudara iparnya sendiri! Maka tatkala Mas Fulan menceraikan si istri, adik perempuan Mas Fulan juga menjanda karena bercerai dengan suaminya tersebut. Tamparan yang luar biasa bagi keluarga mereka. Sempat trauma, begitulah kata Mas Fulan, lima tahun lebih ia merasa ketakutan membuat rencana berumah tangga kembali. Butuh waktu introspeksi diri, perlu lebih banyak pertimbangan yang matang, karena ia ‘takut’ hatinya terluka lagi.
Dua tahun lalu, Mas Fulan ‘sembuh’, berjumpa dengan pilihan hatinya dan membangun rumah tangga yang baru dengan optimis, Allah ta’ala pasti melimpahkan obat luka terbaik buatnya. Keberkahan mengiringi, saat ini Mas Fulan telah menggendong jundi nan lama diimpikannya. Alhamdulillahirobbil ‘alamiin.
Memang si hati selalu jadi perbincangan sepanjang masa. Urusan hati berkaitan dengan cinta, benci, juga rindu dan sebagainya, dibahas tak pernah usai. Kedalaman hati seseorang tiada yang tau, kecuali Allah SWT. Dalam biografi dari Sufyan Ath-Thauree, Khalf ibn Tameem melaporkan bahwa ia mendengar Sufyan berkata: “Visi mata (apa-apa yang dipandang) seseorang bertujuan pada dunia fana, dan visi hati seseorang bertujuan untuk akhirat. Ketika seorang pria ‘melihat’ dengan matanya, ia sia-sia, (ia menilai sesuatu dari pandangan mata saja) tak bermanfaat. Adalah ketika ia melihat dengan hatinya, baik melihat seseorang yang disukainya maupun ‘melihat’ penilaian diri sendiri, ia memetik banyak manfaat.”
Kalau zaman sekolah dulu, sang ustadzku pernah berpesan seraya bercanda, “Ada tiga organ yang bicara…Wanita disebut cantik karena wajah dan penampilannya, si mata yang bicara. Wanita cantik karena cerdas, pandai dan rajin, itu otak atau akal pikiran yang berkata. Wanita cantik karena berakhlakul karimah, baik budinya, itu si hati berucap. Dan mata lebih cenderung memperturutkan nafsu, maka pertimbangkanlah kata hati, karena kebaikan budi pekerti lebih berharga.”Dan sebagaimana yang kita ketahui, kecintaan seseorang kepada Islam tentunya membuat selalu ingin memahami dan terus menggali ilmu-ilmuNya. Dengan berusaha makin memahami, maka akan terus berusaha mengamalkan rambu-rambuNya, dan wujud yang paling terlihat adalah akhlakul karimah, kepribadian hidup sehari-sehari. Itulah pancaran hati nan cantik.
Sufyan Ath-Thauree pun pernah mengatakan tentang ‘bukti kesabaran hati’. Tiga hal tanda engkau telah bersabar : Jangan bicarakan tentang musibah yang menimpamu, jangan diumbar prihal sakit dan lukamu, serta jangan memuji dirimu sendiri. Astaghfirrulloh, kebanyakan peristiwa keseharian diri ini masih susah untuk bersabar, sibuk ‘nyari tempat berkeluh kesah’, sulit menata hati padahal sudah sering mengingat akan si obat hati, sebagaimana firman Allah ta’ala, bermakna, “Tidaklah kalian ketahui bahwa hati hamba-hamba Allah SWT yang beriman itu dibahagiakan oleh Allah dengan banyak berdzikir kepada-Nya.” (QS. Al-Hadid [57] : 16)
Si hati jelita dengan kelurusan niat dan kesyukuran, tentunya menampakkan sikap dan prilaku rendah hati dan ketulusan seseorang dalam menjalani detik-detik hidupnya. Wajah pun sumringah bahagia. Sedangkan hati yang dengki, iri, hingga berjibunnya penyakit hati, maka sikap yang tampak adalah rakus, tamak, doyan mengadu-domba, menebar fitnah, mencari celah ‘kemudahan mencapai tujuan’ dengan jalan apapun, berkhianat serta kesulitan untuk tersenyum.
Sebagaimana wasiat baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “…Ketahuilah, bahwa setiap raja memilliki daerah terlarang. Ketahuilah, bahwa daerah terlarang Allah adalah hal-hal yang diharamkan. Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah (segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim)
“Ada secuil catatan tentang si hati…
Bilangan tahun adalah seperti pohon, bulan adalah dahannya,
Hari-hari merupakan cabang-cabangnya, jam adalah daunnya,
Dan nafas ibarat buahnya

Siapa pun yang nafasnya digunakan untuk taat kepada Allah,
Maka buah pohon itu akan baik, lezat dan murni manisnya
Siapa pun yang nafasnya digunakan untuk mendurhakai Allah,
Tentu buahnya akan jahat, busuk dan jelek

Waktu panen adalah pada hari kiamat
Yang pada saat itu buah akan ditampilkan,
Apakah itu manis atau asam

Ketulusan dan Tauhid adalah pohon dalam hati
Cabang-cabangnya adalah perbuatan
Dan buahnya adalah kenikmatan hidup selama ini
Kehidupan duniawi dan kebahagiaan abadi di akhirat

Buah tauhid dan ketulusan dalam kehidupan dunia adalah sama
Allah limpahkan berkah kepada hamba –Nya nan ikhlas
Balasan kebaikan berlipat ganda

Kemusyrikan, berbohong, dan kemunafikan juga pohon dalam hati
Buahnya adalah selama hidup tak tentram
Diliputi rasa takut, tertekan, kesedihan, dan sesak dalam dada
Kegelapan hati, dan di akhirat menelan az-zaqqum jua siksaan permanen

Allah ta’ala menyebutkan dua pohon tersebut dalam ayat-ayat cinta-Nya Surah Ibrahim."
“Ya Allah, yang selalu membolak-balikkan hati, mantapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan dalam ketaatan pada-Mu, amiin”. Wallahu a’lam bish-shawab.