Senin, 30 September 2013

Yang Terpuji, Yang Teruji

“Aku ingin agar dia dipuji, di langit dan di bumi.”
BEGITU ‘Abdul Muthalib berkata sembari menimang sang bayi yang berwajah cahaya. Senyumnya bangga, rautnya gembira, air mukanya renjana. Dengan teguh dijawabnya para tetua Quraisy yang tadi menggugat, “Mengapa kauberi nama dia Muhammad; nama yang tak pernah digunakan oleh para leluhur kita yang hebat?”
Dan Muhammad senantiasa terpuji, hingga para pembencinya tak mampu mencaci. Ibn Ishaq meriwayatkan dalam Sirah-nya; bahwa setelah turun Surah Al Lahab yang menyebut Ummu Jamil sebagai ‘wanita pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut’, perempuan itupun mencari-cari Kanjeng Nabi.
Di salah satu sudut Masjidil Haram, diapun berjumpa Abu Bakr Ash Shiddiq. Maka segera dia menghardik, “Di mana sahabatmu itu hai putra Abu Quhafah? Dia pikir hanya dia yang sanggup bersyair hah? Sungguh akupun pandai menyusun sajak tuk membuatnya susah!” Lalu diapun mulai mendaras gubahannya.
    Mudzammam ‘si tercela’ kami abaikan
    Agamanya kami benci bersangatan
    Perintahnya kami tentang sekalian
Bakdanya, wanita keji yang hobi menabur duri di laluan Baginda Nabi ini bersungut-sungut pergi. Maka Ash Shiddiq pun menoleh dengan wajah pias-pias terkesima pada sosok yang ada di sebelahnya. “Apakah dia tak melihat engkau Ya RasulaLlah? Dia datang dan menanyakanmu, lalu mencaci maki seakan kau tak di sini; padahal di sisiku Paduka berdiri?”
Senyum tersungging di bibir mulia, lalu lisan Al Mushthafa memekarkan sabda, “Allah mentabiri pandangannya  dari diriku duhai Aba Bakr.” Abu Bakr mengangguk, iman di dadanya kian berduduk, jiwa dan raganya sempurna tunduk.
“Tidakkah kau perhatikan bagaimana Allah menjaga diri dan namaku hai Aba Bakr?”, ujar Sang Nabi dengan renyah, “Mereka menghina dan menista Mudzammam, padahal aku adalah Muhammad.”
Betapa dahsyat nama Muhammad. Hingga yang hendak menjelekkannya pun tak bisa tidak harus memuji jika menyebut asmanya. Atau jika membalik namanya dari Muhammad ‘si terpuji’ pada Mudzammam ‘si tercela’, menjadi salah-sasaranlah cercaannya.
Tetapi orang terpuji tidaklah terlepas dari uji. Maka Al Amin, yang tepercaya, yang menjunjung kejujuran sebagai permata hidupnya akan terhenyak ketika pada suatu hari dia digrambyang, “Dusta kau hai Muhammad!”
Mari bayangkan 40 tahun hidup yang bersih tanpa cacat; semua orang berkata padanya, “Benarlah kau duhai Muhammad! Janjimu tepat! Kau tunaikan amanat!” Lalu ketika kebenaran samawi bahwa tiada Ilah selain Rabb mereka dipikulkan ke pundaknya, tiba-tiba semua berkata, “Engkau dusta!”
Semua kan diuji atas hal yang paling dijunjung tinggi hati. Ibrahim pada cintanya hingga penyembelihan putra, Maryam pada kesuciannya hingga hamil tanpa sentuhan pria, Muhammad pada kejujurannya hingga dituduh berdusta. Shalawat bagi mereka yang telah lulus sempurna. Bagaimana dengan kita?
sepenuh cinta
Salim A. Fillah, @Salimafillah

Home » Berita » Laporan Khusus » Sahabat Muawiyah pun Pernah Berdakwah ke Indonesia , Awal Mula Islam Masuk ke Nusantara (3) Sahabat Muawiyah pun Pernah Berdakwah ke Indonesia , Awal Mula Islam Masuk ke Nusantara (3)Sahabat Muawiyah pun Pernah Berdakwah ke Indonesia , Awal Mula Islam Masuk ke Nusantara (3)

Penyebaran Islam ke Indonesia adalah melalui dakwah para ulama yang berniat datang atau sengaja ditugaskan untuk mengajarkan tauhid. Tetapi selain para ulama dan pedagang, juga orang-orang Nusantara sendiri sudah  banyak  pula yang mendalami Islam dan datang langsung ke sumbernya tertama dari  Makkah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke !6 Masehi. Bahkan pada tahun 974 Hijriah atau 1566 Masehi dilaporkan ada lima kapal dari kesultanan Asyi (aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah.
Ukhuwah yang terjalin erat antara pemerintahan Aceh dan kekhilafahan Islam itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekkah. Puncak hubungan baik antara Aceh dan pemerintahan kekhalifahan Islam terjadi pada masa ke-khilafahan turki Utsmani, tidak saja dalam hubungan dagang dan keagamaan, tetapi juga hubungan poloitik dan militer telah dibangun pada masa ini.
Hubungan ini pula yang membuat angkatan perang Khilafah Utsmani turut membantu mengusir Portugis dari pantai Pasai yang dikuasai sejak tahun 1521 M. Bahkan pada tahun-tahun sebelumnya, Portugis juga sempat digemparkan dengan kabar Pemerintahan kekhalifahan  Utsmani yang akan mengirim angkatan perangnya untuk membebaskan kerajaan Islam Malaka dari cengkeraman penjajah portugis .
Pemerintahan Utsmani juga pernah membantu mengusir Parangi (portugis) dari perairan yang akan dilalui Muslim Aceh yang hendak menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
Selain di Pulau Sumatera, dakwah Islam juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan di Pulau Jawa. Prof . Hamka dalam bukunya “Sejarah Umat Islam “ mengungkapkan pada tahun 674-675 M, duta dari orang-orang Tha shih (arab) untuk China yang tak lain adalah sahabat Rasulullah SAW  sendiri yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan, diam-diam meneruskan perjalanan hingga ke Pulau Jawa. Muawiyyah yang juga pendiri kekhilafahan Islam Bani Umayyah ini menyamar sebagai pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu. Ekspedisi ini mendatangi Kerajaan kalingga dan melakukan pengamatan. Maka bisa dikatakan bahwa Islam telah merambah tanah Jawa pada abad awal perhitungan Hijriah.
Jika demikikan , tidak heran apabila tanah Jawa menjadi kekuatan Islam yang cukup besar pada masa-masa berikutnya, dengan kesultanan giri, demak, pajang, Mataram, bahkan hingga Banten dan Cirebon. Proses dakwah yang panjang, yang salah satunya dilakukan oleh Wali Songo atau Sembilan Wali adalah rangkaian kerja yang dimulai sejak kegiatan observasi yang pernah dilakukan oleh sahahabat Rasulullah saw yaitu Muawiyyah bi Abu Sufyan.
peranan Wali Songo dalam perjalanan kerajaan –kerajaan Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan . Jika boleh disebut, merekalah yang menyiapkan pondasi-pondasi yang kuat, dimana akan dibangun pemerintahan Islam yang berbentuk kesultanan. Kesultanan Islam di tanah Jawa yang paling terkenal adalah Kesultanan Demak. Namun keberadaan Kesultanan Giri juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kekuasaan Islam di tanah Jawa.
Sebelum Demak berdiri, Raden Paku yang berjuluk Sunan Giri atau nama aslinya Maulana Ainul Yaqin, membangun wilayah tersenddri di daerah Giri, Gresik jawa Timur. Wilayah ini dibangun menjadi sebuah kekuasaan agama dan juga pusat pengkaderan dakwah. Dari wilayah Giri ini dihasilkan pendakwah-pendakwah yang kelak dikirim ke kawasan Nusa Tenggara dan wilayah Timur Indonesia lainnya.
Giri berkembang dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Jawa Timur. Buya Hamka menyebutkan , sedemikian besar pengaruh kekuatan agama dihasilkan Giri, membuat Majapahit yang kala itu menguasai Jawa tidak punya kuasa untuk menghapus kekuatan Giri. Dalam perjalanannya, setelah melemahnya Majapahit, berdirilah Kesultanan Demak. Lalu bersambung dengan Pajang, kemudian jatuh ke Mataram.
Meski kekuatan politik Islam baru tumbuh, Giri tetap memainkan peranannya tersendiri. Sampai ketika Mataram dianggap sudah tidak lagi menjalankan ajaran-ajaran Islam pada masa pemerintahan Sultan Agung, Giri akhirnya harus mengambil sikap. Giri mendukung kekuatan Bupati surabaya untuk melakukan pemberontakan pada Mataram.
Meski akhirnuya kekuatan Islam melemah saat kedatangan dan mengguritanya kekuasaan penjajahan Belanda, kesultanan dan tokoh-tokoh Islam tanah Jawa memberikan sumbangsih yang besar pada perjuangan. Ajaran Islam yang terkenal dengan ajaran dan semangat jihadnya telah menorehkan tinta emas dalam perjuangan melawan penjajah. Tidak hanya Di Jawa dan Sumatera, tapi diseluruh wilayah Nusantara…
Sumber : http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/sahabat-muawiyah-pun-pernah-berdakwah-ke-indonesia-awal-mula-islam-masuk-ke-nusantara-3.htm

Minggu, 29 September 2013

Kuliah Umum Mendikbud di Universitas Teheran

09/27/2013 (All day)
Teheran-Iran--Salah satu kegiatan Mendikbud M. Nuh dalam kunjungannya di Iran adalah memberi kuliah umum.  Kuliah umum berlangsung di auditorium pertemuan Fakultas Hukum dan Ilmu Politik, Universitas Teheran, Minggu 22 September 2013.  
Di tengah 200 orang yang hadir dalam kuliah umum itu adalah Rektor Universitas Teheran, sekitar 40 dosen dan guru besar dari berbagai universitas di Iran,  serta mahasiswa Universitas Teheran dan mahahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di berbagai kampus di Iran. Dalam kuliah umum ini juga dilakukan dialog interaktif.
Dalam paparannya, Mohammad Nuh antara lain menguraikan tiga sekenario hubungan antara budaya secara global, yaitu dominasi yang kuat atas yang lemah, terjadinya benturan peradaban (clash of civilization) dan konvergensi budaya dan peradaban. "Yang kita inginkan adalah konvergensi budaya. Inilah yang ingin kita bangun dan garap antara kedua negara dan masyarakat kita," ujar Mendikbud.
Untuk menuju konvergensi budaya tersebut, papar M. Nuh, diperlukan pola pikir yang bukan hanya mengandalkan kemampuan bidang ilmu masing-masing (discipline mind),  kreativitas (creative mind), dan mamadukan antara bidang (synthesing mind); melainkan juga perlu mengembangkan cara berpikir yang berlandaskan etika (ethical mind) dan saling menghargai (respectful mind).
Sebelum kuliah umum berlangsung, Mendikbud beramah tamah dengan jajaran Universita Teheran. Kedua belah pihak sepakat mengenai pentingnya peningkatan pemahaman masyarakat kedua negara melalui pembentuk Indonesia Studies di Universitas-Universitas di Iran dan Iran Studies Universitas-Universitas di Indonesia. (PIH/IRIB)

Kabupaten Bisa Laksanakan Kurikulum 2013 Secara Mandiri dengan Catatan

09/27/2013 (All day)
Jakarta – Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan (Wamendik) Musliar Kasim, menyampaikan dua materi di luar ujian nasional pada penutupan konvensi UN, Jumat (27/9). Kedua materi tersebut adalah kurikulum 2013 dan bantuan siswa miskin (BSM).
Tentang kurikulum 2013 Musliar mengatakan, Kemdikbud membuka kesempatan kepada kabupaten/kota yang ingin melaksanakan kurikulum 2013 secara mandiri. Hal tersebut dikemukakan Musliar menanggapi banyaknya surat yang masuk ke kementerian dari kabupaten yang ingin melaksanakan kurikulum 2013 secara mandiri. “Yang ingin melaksanakan mandiri silahkan saja, tapi kami beri catatan di situ, kabupaten boleh melaksanakan mandiri asal tidak membebani orang tua,” katanya.
Saat ini terdapat 6.326 sekolah sasaran yang melaksanakan kurikulum 2013 dengan biaya dari pemerintah pusat. Guru-guru di sekolah-sekolah tersebut telah dilatih oleh instruktur nasional sebelum tahun pelajaran dimulai. Untuk itu, kata Musliar, bagi kabupaten yang ingin menerapkan kurikulum 2013 secara mandiri, guru-gurunya harus dilatih dari pelatih atau instruktur yang telah disiapkan. “Untuk buku dan pelatihan guru harus disediakan dari APBD kabupaten, tapi instruktur atau pelaksananya atau pelatihnya mesti pelatih yang sudah disiapkan, baik dari narsum atau instruktur nasional yang sudah ada,” tuturnya.
Sedangkan untuk BSM, Wamendik menghimbau kepada seluruh peserta konvensi UN yang terdiri dari pegiat di dunia pendidikan agar ikut menyosialisasikan BSM kepada masyarakat. Karena hingga 17 September, penyerapan dana BSM baru 21 persen. “Kita di Kemdikbud dan Kemenag mendapat alokasi BSM ini 16,5 juta anak. Hanya saja amat disayangkan daya serapnya sangat rendah,” kata Musliar.
Pola penyaluran BSM tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Jika tahun sebelumnya pendataan penerima BSM dilakukan oleh kepala sekolah untuk kemudian diteruskan ke dinas pendidikan di kabupaten dan pusat, maka tahun ini pemberian BSM dilakukan langsung kepada orang tua yang memiliki kartu penjaminan sosial (KPS). “Orang tua harus mendaftarkan anaknya kemana dia sekolah, apa di SD, SMP, atau SMA, dibawa KPS nya,” ujar mantan rektor Universitas Andalas ini.
Dari dana yang disiapkan Rp 7 triliun untuk BSM, baru lebih kurang Rp 2 triliun yang terserap. Padahal, jika BSM ini dapat tersalurkan dengan baik akan sangat membantu keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya, dan meningkatkan angka partisipasi kasar siswa yang bersekolah. “Karena APK saat ini terutama SMA masih rendah, 78 persen, (BSM) ini diharapkan dapat membantu mereka menyekolahkan anaknya ke sekolah yang mereka inginkan,” pungkasnya. (AR)

Sabtu, 28 September 2013

Mengurus Anak Adalah Sebuah Investasi Mahal


Kiranya menemukan kata yang pas yang dapat menggambarkan apa dan bagaimana itu mengurus anak. Bagi saya, mengurus anak adalah pekerjaan yang paling berat yang pernah saya rasakan, tapi juga paling menyenangkan.
Mendampingi pertumbuhan manusia-manusia yang sedang gencar-gencarnya belajar. Sebuah proses yang panjang, yang sering menghadirkan kepingan-kepingan peristiwa penuh emosi yang kaya makna. Membuat saya tercenung, tertawa, menangis, dan campuran-campuran emosi lainnya. Allohu akbar wa lillahilhamd.
anakSekeping peristiwa sore tadi. Anak pertamaku (2th 4 bln) pipis sembarangan. Padahal, sejak setengah jam sebelumnya saya sudah mengingatkan untuk pipis di kamar mandi. Gemas sekali rasanya. Tapi saya tahan untuk tetap terkendali, namun, tetap saya tunjukkan kekecewaan padanya. ”Astaghfirulloh Aa, anak sholih, masa pipis sembarangan, kan Ummun udah ingetin dari tadi. Katanya tadi iya, kalau pipis di kamar mandi..”
Akhirnya saat hendak membersihkan air pipis tersebut, anak kedua saya (Dede, 1th 3bln) yang jalannya masih belum stabil saya simpan di kasur, agar tidak terpeleset saat saya mengepel dan anak pertama (Aa) saya angkat ke kamar mandi.
Nah, agar tidak keluar dan jalan-jalan dengan kaki membawa pipis, pintu kamar mandi saya tutup sambil bilang, ”Aa, Ummun ngepel pipisnya dulu ya, Aa disini jangan keluar.” Bruk. Pintu saya tutup. Tentu kedua batita saya itu menangis sejadi-jadinya. Dede menangis minta turun dari kasur, Aa teriak-teriak minta keluar.
Sepanjang saya mengepel, ada yang berbeda dengan tangis Aa. Bukan tangisan biasa tapi tangis ketakutan di dalam kamar mandi. ”Ummun..Ummun..Aa semut Ummun, Aa kuaah…UMMUUN…UMMMUUUN…” Biasanya tidak demikian, dia hanya menangis sebentar dan kemudian bermain air.
Benar saja, saat saya masuk ke kamar mandi dengan adiknya, dia dibalik pintu sampil mengangkat bajunya, satu tangan mengepal dimasukkan ke dalam baju dan agak diputar di depan dadanya. Kemudian saya tempelkan tangan saya ke dadanya, jantungnya berdebar kencang. Namun, tidak saya dapati semut disekelilingnya. Hmm..entahlah.
Dede saya turunkan dan saya peluk anak pertama saya itu, sambil menjelaskan kenapa ia saya tinggal di kamar mandi dengan pintu tertutup. Ia masih terus saja minta keluar dan jeritnya semakin keras ketika pintu saya tutup. Karena memang mereka hendak saya mandikan. Ia terus saja minta keluar.
Seperti trauma melihat pintu ditutup. Saya terus memeluknya dan menciumnya hingga ia tenang. Saya alihkan dengan menunjuk serangga-serangga kecil yang menempel di dinding kamar mandi. Akhirnya ia tenang dan kembali mengoceh, ”Ih apa itu, Ummun, apa itu?”. Huft…
Child abused, ya inilah kekerasan terhadap anak. Dia sampai ketakutan begitu rupa, memang tidak sepantasnya saya mengurung dia seperti itu di kamar mandi meski dalam waktu yang terukur. Seharusnya saya membersihkan Aa terlebih dulu kemudian memintanya agar tetap di kasur menemani Dedenya.
Kemudian saya membersihkan air pipisnya di lantai. Tadi saya hanya berpikir praktisnya saja, Dede saya simpan di kasur agar tidak terpeleset dan Aa saya simpan di kamar mandi agar tidak jalan-jalan, kemudian setelah selesai mengepel, Dede saya bawa ke kamar mandi dan saya mandikan berbarengan. Ternyata saya keliru. Astaghfirulloh. Semoga sikap buruk saya tadi tidak berefek panjang terhadap kesehatan psikologisnya. Amin.
Ya, mengurus anak dengan baik itu butuh keinsyafan tingkat tinggi. Butuh pengelolaan emosi yang handal. Butuh ketenangan dan kecerdasan, baik kecerdasan emosi maupun kecerdasan taktis strategis. Dan sebagai manusia, tentu saja kita tidak melulu dalam keadaan emosi yang baik, yang stabil. Disinilah seninya saya rasa. Pada titik inilah kecerdasan kita diuji.
Jika kita berhasil melewati waktu-waktu emosional itu dengan solutif maka kecerdasan kita akan naik peringkatnya, namun jika kita menuruti hawa nafsu, kedzolimanlah yang terjadi. Dan rasakanlah bahwa hati segera menjadi keruh dan butuh waktu dan energi yang cukup banyak untuk menjernihkannya. Maka, tahanlah hawa nafsu sedapat mungkin kita mampu. Tetaplah berpikir jernih. Perbanyaklah lafadz istighfar dan ta’awudz.
”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran TuhanNya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at:40-41).
”Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang dan sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Alloh mencintai orang yang berbuat kebaikan,.”(QS. Ali ’Imran: 133-134)
Menjadi orang tua yang sukses tentu menjadi salah satu jalan kita mendapatkan surga. Dan sudah dari dulu semua tahu, mendapat surga memang tidak murah. Jangankan surga, mau menikmati fasilitas hotel mewah saja harus merogoh kocek lebih dalam kan? Sementara ada makhluk yang tidak akan rela begitu saja saat kita meniti jalan menuju surga.
Merekalah yang senantiasa menghalang-halangi, merekalah yang membuat kita menganggap baik meledaknya amarah kita. Dan jumlah mereka banyak. Jangan turuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya merekalah musuh yang nyata. A’udzubilllahiminasysyaithonnirrodzhimi min hamdzihi wanafkhihi wanafsihi.
Namun, jika amarah sudah terlanjur diperturutkan, lengan sang anak sudah kadung biru karena dicubit, jiwa anak sudah terlanjur luka dengan rengkuhan kasar kita, hati mereka sudah tertoreh umpatan dan tatapan kasar kita.
Maka, bersegeralah minta maaf padanya, dengan penuh keikhlasan. Berjanjilah padanya untuk tidak mengulanginya. Mohonlah ampun pada Alloh atas perbuatan kita yang telah menyia-nyiakan amanahNya.
”dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Alloh, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa selain Alloh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ’Imran:135)
Senantiasa ingatkan diri kita, betapa marahnya Rasulullullah (salawat dan salam baginya) mendapati sikap kasar seorang ibu. Ketika Ummu Fadhl secara kasar merenggut bayi dari gendongan Nabi (salawat dan salam baginya) lantaran sang bayi pipis dan membasahi pakaian Rasul (salawat dan salam baginya).
Maka Rasululloh shalallahu ’alaihi wassalam menegur,”Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan dengan air. Tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutan yang kasar itu?”
Astaghfirullohal’adzhim. Entahlah, apa yang mampu menghilangkan kekeruhan jiwa mereka. Semoga dengan permintaan maaf yang ikhlas kepada sang anak dan taubat kita kepada Alloh, Allohlah yang akan menyembuhkan jiwa-jiwa suci mereka yang terluka itu. Berazzamlah untuk tidak mengulanginya lagi.
Karena pada jiwa-jiwa itulah kita menitipkan bermiliar-miliar harapan, kita lantunkan jutaan doa. Dan jika Alloh menghendaki, jiwa-jiwa itulah yang mereka bawa dua puluh lima tahun yang akan datang untuk menjadi pribadi dewasa untuk melanjutkan estafet perjuangan ini.
Bertekadlah untuk meluaskan dada kita saat mereka menyulitkan kita, maafkanlah mereka. Karena Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya Alloh merahmati orang tua yang membantu anaknya berbakti kepadanya, kata Nabi saw.. Orang-orang di sekeliling beliau bertanya, ”Bagaimana cara orang tua membantu anaknya, ya Rasulullullah?” Nabi saw. Menjawab, ”Dia menerima yang sedikit darinya, memaafkan yang menyulitkannya, tidak membebaninya, dan tidak memakinya.”
Bersikap lembutlah pada mereka, tidak hanya pada saat mereka menampakkan senyum lucu yang manis, atau ketika ia berceloteh menggemaskan. Dalam keadaan membuat kita susah pun, kelembutan itu tetap ada pada kita.
Sesungguhnya, kelembutan adalah sifat yang dicintai Alloh dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Asyaj Abdul Qais,”Sesungguhnya di dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Alloh, yaitu sifat lembut dan berbudi luhur.” (HR. Muslim)
Dalam hadits yang lain, Rasululloh saw. Pernah bersabda kepad istrinya, A’isyah radhiallahu’anha. Kata Nabi saw., “Wahai A’isyah, milikilah sifat ramah dan kasih sayang karena sesungguhnya apabila Alloh menghendaki kebaikan dalam sebuah penghuni rumah, Allah akan menunjukkan kepada mereka sifat ramah.” (HR. Ahmad).
Berkaitan dengan kasih sayang terhadap anak, Rasululloh menegaskan,
”Sesungguhnya pada setiap pohon terdapat buah dan buahnya hati adalah anak. Sesungguhnya Alloh tidak akan mengasihi mereka yang tidak mengasihi anaknya. Dan demi nyawaku yang berada di tanganNya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang memiliki sifat kasih sayang.” (HR Al-Bazzaar)
Sesungguhnya, Alloh tidak akan mengasihi mereka yang tidak mengasihi, begitu Rasulullah saw. memperingatkan kita atas anak-anak yang kita lahirkan. Rasululloh saw. telah memberi contoh tentang bagaimana memperlakukan anak-anak kita.
Acapkali terjadi, Rasululloh turun dari mimbarnya menyongsong al-Hasan dan al-Husain, lalu menggendong dan menciumi mereka seraya mendoakan. Kasih sayang dan perhatian yang besar, juga diberikan kepada putrinya terkasih, Fathimatuz Zahra.
Aisyah menceritakan kepada kita salah satu fragmen kehidupan Rasululloh saw.. Kata Aisyah r.a., ”Tidak ada orang yang paling mirip dengan Rasululloh saw. dalam cara bicara, berjalan, dan duduknya selain Fathimah. Bila Fathimah datang, Rasulullah saw. menyambutnya dengan berdiri. Ia memegang tangan Fathimah dan menciumnya. Lalu didudukkannya di majlisnya.”
Begitu Nabi memperlakukan anak dan cucunya. Rasulullah saw. memperlihatkan kepada kita bagaimana harus memperlakukan anak-anak kita sehingga antara anak dan orang tua bisa terjalin hubungan yang sangat akrab dan mesra.
Di antara persoalan-persoalan pendidikan anak, termasuk kasus-kasus remaja yang melakukan tindakan kriminal, ternyata banyak yang berasal dari kurang mesranya hubungan orang tua dan anak. Na’udzubillahi min dzalik. Semoga kita tidak termasuk mereka yang terlambat dan menyesal di kemudian hari.
Semoga Alloh selalu memberikan kita hidayah taufik. Semoga tidak ada lagi mata yang membelalak ketika anak-anak kita bersuara keras, lantaran memanggil berkali-kali tidak kita sahut dengan baik.
Ya, karena seberapa besar keikhlasan, rasa cinta, dan tanggung jawab orang tua terhadap sang anaklah yang akan menjadi ukuran seberapa besar tabungan kebaikan kita pada mereka, kelak itu pula yang akan kita tuai, di dunia dan di akhirat.
”Bantulah anak-anakmu untuk berbakti. Siapa yang menghendaki, dia dapat melahirkan kedurhakaan melalui anaknya.” (HR. Ath Thabrani). Demikian Nabi saw. menasehati.
Menghasilkan anak yang berkualitas itu bukan perkara mudah sebagaimana menjadi orang tua yang baik juga bukan hal yang gampang.
Namun, bukan hal yang mustahil. Dengan kehendakNya, jika kita mau dan sungguh-sungguh untuk terus belajar dan belajar. Anak adalah hasil orang tuanya. Kernanya, kaki jangan pernah surut ke belakang, sebab masih banyak ilmu yang harus dicari dan masih banyak kearifan yang harus diselami.
Mintalah senantiasa pertolongan Alloh agar Ia memberi kita kemudahan untuk menyediakan atmosfer terbaik untuk tumbuh kembang mereka. Na’udzubillahi min dzalik. Wallohu’alam.
Menjelang Subuh, 29 Syawal.
Ummu Mesia (Eva Rahayu); Ibu dari dua putra; Mesia Abdulloh dan Utruj Robbani: Website: muslimahsukses.com

Resensi Buku : Karya Jerry D Gray Hingga Karya Teranyar “The Final Chapter”


jerry1
Nabi Isa a.s. akan turun ke duania dan membunuh Dajjal. Dia akan mengikuti Imam Mahdi dan shalat berjamaah serta menunjukkan bahwa satu-satunya jalan hidup yang benar adalah Islam. Setelah itu, Masa Keemasan (Golden Age) akan datang membawa kemakmuran, kedamaian, dan kebahagiaan di bumi ini selama kurang lebih 50 tahun.
Semakin banyak para pemimpin dengan iluminati yang misinya adalah mempersiapkan dunia ini untuk kedatangan Dajjal. Dajjal akan datang dalam waktu kurang dari 10 tahun. Anda lebih baik mulai mempersiapkan jiwa Anda sejak sekarang sebelum terlambat.
“Ada dua tanda untuk kedatangan Imam Mahdi, pertama adalah gerhana bulan di hari pertama di bulan Ramadhan, dan kedua adalah gerhana matahari di tengah bulan Ramadhan.”
Sebuah karya apik dan luar biasa yang ditulis oleh penulis buku mega best seller: Rasulullah Is My Doctor, Deadly Mist, Art of Deception, dan terakhir sebuah buku The Final Chapter.
Dalam buku the Final Chapter ,  Jerry bukan saja mengajak Anda untuk memahami dan meyakini tentang Kiamat, tetapi menjelaskan dengan akurat, relevansi tanda-tanda Kiamat sebagaimana dinubuatkan Rasulullah saw. dengan tanda-tanda yang ada pada zaman sekarang. Sebuah buku terbaik yang wajib Anda miliki.
Harga 1 Set Karya Jerry D Gray :  Rasulullah Is My Doctor, Deadly Mist, Art of Deception, dan terakhir sebuah buku The Final Chapter, Senilai : Rp 215,000,- (belum termasuk ongkos kirim)
Harga Satuan :
Rasulullah Is My Doctor  Rp 50,000,-  (belum termasuk ongkos kirim)
Deadly Mist                          Rp 60,000,-  (belum termasuk ongkos kirim)
Art of Deception                  Rp 60,000,-  (belum termasuk ongkos kirim)
The Final Chapter               Rp 50,000,-  (belum termasuk ongkos kirim)
Untuk pemesanan hubungi atau sms/email dengan dituliskan nama, alamat dan jumlah pemesanan ke: 085811922988 email : marketing@eramuslim.com

Disaksikan Menag, Dubes Paraguay Memeluk Islam


null

Hidayatullah.com--Disaksikan Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali, Duta Besar Republik Paraguay, Cecar Estebon Grillion resmi menjadi Islam setelah mengucapkan dua kalimah syahadat.
Cecar Estebon Grillion mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/09/2013) di hadapan ribuan jamaah shalat Jumat dengan dibimbing langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Ali Mustafa Yaqub.
“Asyhadu anla Ilaha illa Allah, Waasyhadu anna Muhammad ar Rasulullah,” kata Cecar, yang langsung disambut “Alhamdulillah,” oleh ribuan jamaah masjid Istiqlal yang menyaksikan.
Cecar mengakui memang telah sejak lama tertarik dengan Islam. Namun, ia belum berani untuk mengungkapkan keinginannya untuk menjadi Muslim.
“Saya mengenal Islam setelah mempelajari buku-buku ajaran Islam milik anak saya,” ujar Cecar dikutip laman Kemenag.
“Saya mengenal Islam setelah mempelajari buku-buku ajaran Islam milik anak saya,” ujar Cecar.
Selain itu juga ditunjukkan Allah melalui jodoh yang ia dapatkan, yakni seorang Muslimah dari Indonesia bernama Yulie Setyohadi. Dari sinilah ia memantapkan akan mempelajari Islam.
“Saya berjanji pengislaman saya bukan sekedar perayaan, tapi bisa menjadi Islam yang baik dengan bantuan semua,” ujar Cecar.
Menteri Agama berharap masuk Islamnya Cecar dapat menginspirasi saudara yang lain untuk mengambil jalan yang diridhai Allah.
 “Semoga keimanannya makin kuat, menjadi Muslim yang saleh serta mematuhi perintah Allah Subhanahu Wata’ala,” ucap Menag.
Menurut Menag, orang yang masuk Islam bagaikan baru lahir dari ibu kandungnya.
 “Tapi bagi pak Cecar, lahir sudah punya ilmu pengetahuan tinggal menata kehidupan dengan prinsip keislaman yang benar,” ucap Menag lagi.
Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Ali Mustafa Yaqub mengatakan keinginan Cecar memeluk Islam ini bukan karena tekanan atau karena akan menikah dengan wanita Muslimah semata, tapi memang karena hidayah dari Allah.
Keseriusan Cecar ini pun dapat dilihat ketika ia memutuskan akan mempelajari Islam langsung dari tokoh besar umat Islam indonesia, Prof. KH. Quraish Shihab dan ia sendiri sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal. Untuk nama pengganti, Cecar menginginkan nama Ibrahim.
 “Saya usul ditambah Muhammad,” kata Menag Suryadharma Ali.*
Rep:
Akbar Muzakki
Editor: Cholis Akbar

Jumat, 27 September 2013

Israel Larang Pemuda Di Bawah 50 Tahun Tunaikan Shalat Jum’at Di Masjid Aqsha

zahid – Jumat, 27 September 2013 14:15 WIB
Israel baveetMenghadapi peringatan Hari Itifadah ke 13 dan seruan Intifadah jilid III yang di gaungkan oleh Kelompok Aliansi Pemuda Intifadah di wilayah Tepi Barat, aparat keamanan Israel menyatakan sejak Kamis malam melarang kaum pemuda dibawah umur 50 tahun untuk melaksanakan ibadah Shalat Jum’at di Masjid Al-Aqsa pada hari ini.
Sejak Kamis malam, aparat keamanan Israel telah menyebar sejumlah pasukan keamanan disertai pendirian penghalang jalan dan kawat berduri, serta pos pemeriksaan dan keamanan di gerbang masuk kota Tua Yerusalem dan Masjid Aqsha.
Pemerintah Israel beralasan bahwa langkah ini sebagai upaya meredam bentrokan yang akan terjadi, jika pemuda dibawah 50 tahun dibolehkan melaksanakan Sholat Jum’at di Masjid Aqsha.
Sejak 4 hari terakhir, kaum Yahudi ekstrimis selalu melakukan pengepungan dan penyerangan ke dalam Masjid Aqsha di bawah perlindungan pasukan keamanan Israel, ini menyebabkan kemarahan kaum muslimin Palestina. (shorouknews/Zhd)
Share on: Facebook or Twitter

Berita Palestina Terbaru

Remaja tanpa Krisis Identitas

Dan hari ini, media sedang bergerak menjadikan artis, atlet dan siapa pun menjadi idola. Kita tak mengenal mereka, kita tak mengetahui akhlaknya
null
"Masalahnya adalah, orang-orang yang mereka idolakan itutidak memberi arah hidup yang jelas"
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
MITOS besar itu adalah remaja merupakan masa krisis identitas. Kita manggut-manggut dan percaya, lalu memberi toleransi yang sebesar-besarnya terhadap berbagai perilaku yang tidak patut. Alasannya? Mitos lagi: remaja sedang mencari identitas diri. Lho, memangnya identitas mereka ketinggalan dimana? Jika hilang, apa sebabnya identitas diri mereka hilang begitu memasuki usia remaja? Jika mereka belum memiliki identitas diri yang jelas, pertanyaan serius yang perlu kita jawab adalah, “Apa saja yang kita kerjakan selama bertahun-tahun sehingga membiarkan anak-anak kita memasuki usia remaja tanpa memiliki identitas diri yang jelas?”
Apa akibat serius mempercayai mitos ini?
Pertama, kita abai terhadap keharusan menyiapkan anak-anak kita agar memiliki identitas diri yang kuat semenjak usia kanak-kanak. Kita abai karena menganggap belum masanya, sehingga mereka benar-benar mengalami krisis identitas saat memasuki usia remaja. Mereka mengalami krisis karena kita memang mengabaikan tanggung-jawab untuk menumbuhkan, menyemai dan menguatkan.
Kedua, tanpa identitas diri yang kuat, anak lebih mudah terpengaruh teman sebaya. Bukan bersibuk mengejar apa yang menjadi tujuannya karena ia memang belum memilikinya secara kuat. Ini pun menyisakan pertanyaan penting, yakni mengapa ada anak yang mudah terpengaruh oleh temannya, sementara yang lain justru menjadi sumber pengaruh.
Ketiga, dalam kondisi tak memiliki identitas diri yang kuat, remaja cenderung mengidentifikasikan diri dengan sosok yang dianggap besar. Inilah idolatry (pemujaan, pengidolaan). Siapa yang mereka idolakan? Tergantung kemana media membawa mereka dan apa yang paling membekas dalam diri mereka. Dan hari ini, media sedang bergerak menjadikan artis, atlet dan siapa pun menjadi idola. Kita tak mengenal mereka, kita tak mengetahui akhlaknya (atau justru sudah sampai pada tingkat tidak mau tahu), tetapi media menggambarkan mereka sebagai sosok luar biasa, sehingga remaja dapat mengalami histeria karena memperoleh apa-apa yang berhubungan dengan idola. Rasanya, “sesuatu banget” (gue banget).
Masalahnya adalah, orang-orang yang mereka idolakan itutidak memberi arah hidup yang jelas. Kita hanya memperoleh info sepotong-potong. Dan masalah yang jauh lebih serius, sosok tersebut bahkan tidak memiliki integritas pribadi yang dapat diandalkan. Apatah lagi kalau kita bertanya tentang keteguhan iman dan kelurusan aqidah….
Jadi, ada dua hal penting yang perlu kita benahi dalam diri kita dalam masalah remaja. Pertama, mengoreksi diri sendiri agar tidak menganggap remeh persoalan-persoalan yang muncul pada para remaja sebagai kewajaran. Kaidah pentingnya, tidak akan muncul masalah jika tidak ada yang salah. Begitu kita mengabaikan, maka kita tidak cepat tanggap sehingga persoalan dapat berkembang sedemikian jauh. Kita menganggap biasa persoalan yang seharusnya diselesaikan segera. Kedua, menyiapkan anak-anak memasuki masa remaja semenjak mereka masih kanak-kanak. Ini bukan terutama dengan memberi keterampilan atau mengasah kecerdasan. Tetapi yang jauh lebih penting adalah: membangun orientasi hidup yang jelas, tujuan hidup yang kuat serta orientasi belajar. Lebih lengkap lagi jika semenjak awal anak diajak untuk mengenali diri sendiri dan menerima sepenuhnya kelebihan maupun kekurangannya.
Hanya membekali anak dengan keterampilan dan kemampuan akademik maupun kesenian, tidak menjadikan mereka memiliki arah hidup yang jelas. Mereka tak mempunyai pegangan yang kokoh. Boleh jadi mereka cerdas, tapi tanpa orientasi yang kuat memudahkan mereka mengalami krisis kepribadian (salah satunya krisis identitas) begitu mereka memasuki masa remaja atau bahkan sebelum itu. Nah, mari kita bertanya, siapakah yang salah jika remaja bermasalah sementara kita hanya bekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan saja saat kanak-kanak?
Mengenali dan menerima sepenuhnya kelebihan dan kekurangan ini sangat penting bagi anak agar tidak minder tatkala berada di tengah-tengah teman sebaya. Jika pengenalan diri ini disertai dengan empati (dan ini perlu kita tumbuhkan dalam diri mereka, bukan hanya berharap) anak akan lebih mudah menghargai orang lain, ringan hati memberi tahniah (ucapan selamat) saat ada teman yang meraih prestasi, dan ringan langkah membantu temannya yang lemah. Dalam lingkup kelas, ini memudahkan pembentukan iklim kelas yang positif (positive classroom climate) dimana yang cemerlang akan berkembang, sementara yang lemah akan memperoleh dukungan dari teman sekelas untuk mengatasi kelemahannya. Mereka merasa menjadi “satu keluarga”. Inilah yang agaknya kerap terlalaikan dari sekolah-sekolah kita.
Pertanyaannya, bukankah buku-buku psikologi modern menyatakan bahwa krisis identitas sebagai keniscayaan? Ya. Dan inilah akibat arogansi Amerika yang menganggap fakta di negerinya sebagai realitas yang berlaku untuk warga seluruh dunia. Padahal di banyak negara, terutama negeri-negeri timur, remaja tidak mengalami itu. Yang menarik kita perhatikan, remaja di Timur Tengah tak mengalami krisis identitas sampai negeri mereka mengadopsi model pendidikan a la Amerika. Lebih lanjut, silakan baca buku The 50 Great Myths in Popular Psychology.
Empat Sebab Kenakalan
Di luar masalah krisis identitas, bisa saja remaja maupun anak-anak melakukan perilaku yang tidak patut secara sengaja. Ada empat sebab anak bertindak demikian.
Pertama, anak melakukan tindakan-tindakan tidak menyenangkan tersebut untuk memperoleh perhatian. Dalam hal ini, yang dapat kita lakukan adalah menunjukkan kepada mereka apa yang perlu mereka lakukan untuk memperoleh perhatian. Disamping itu, kita berusaha memberi perhatian yang memadai.
Kedua, anak bertingkah karena motif kekuasaan, yakni mereka bertingkah untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak dapat dipaksa. Anak semacam ini antara lain dapat “dikendalikan” antara lain dengan memberinya tanggung-jawab mengatur.
Ketiga, anak bertingkah sebagai balas dendam. Tindakan dilakukan untuk maksud menyakiti hati (orangtua atau guru) dan bahkan sampai ke taraf ingin mempermalukan. Anak tak peduli resiko yang dihadapi.
Keempat, anak bertingkah karena merasa dirinya tidak akan berhasil. Ia merasa pasti gagal. Maka, untuk menjadikan kegagalan (yang belum tentu menimpanya) sebagai hal yang wajar terjadi, ia justru nakal. Dalam hal ini, kenakalan terjadi untuk“menghindari kegagalan”.
Salah satu kunci untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengetahui secara tepat apa yang menjadikan anak melakukan kenakalan. Ada empat sebab, tetapi hanya ada satu yang benar-benar mendorong anak bertingkah tidak patut; apakah untuk mencari perhatian, kekuasaan, balas dendam atau menghindari kegagalan. Mengetahui sebabnya dengan pasti memudahkan kita mengambil langkah penanganan.
Alaa kulli haal, kitalah yang bertanggung-jawab mengantarkan anak-anak memasuki masa remaja dengan orientasi hidup yang jelas, tujuan hidup yang kuat serta orientasi belajar yang mantap. Jika anak-anak menampakkan gejala melakukan kenakalan, kita perlu berbenah agar anak tak salah arah.
Terakhir…. Ada satu pertanyaan serius. Anak-anak kita telah tampak kehebatannya saat usia TK atau SD kelas bawah. Mereka sudah pandai membaca dan terampil berhitung, di saat teman-temannya yang di Jepang dan berbagai negara lain bahkan belum mampu mengeja. Tetapi, mengapa para remaja di Jepang mencapai kegilaannya belajar setelah memasuki SLTA dan terutama saat kuliah? Sementara anak-anak di negeri kita yang semata wayang ini justru memperoleh kemerdekaan sebesar-besarnya setelah lulus SLTA. Sekolah menjadi penjara, sehingga kelulusan mereka rayakan dengan hura-hura!
Penulis adalah motivator dan penulis buku-buku parenting. Twitter Mohammad Fauzil Adhim @Kupinang
Rep:
Anonymous
Editor: Cholis Akbar

Indonesia tak Butuh Pemimpin Gagah, tapi Pemimpin yang Mensejahterakan


null

TERKAPARNYA nilai tukar Rupiah atas Dolar Amerika yang sangat ditentukan dengan kebijakan The Fed terkait dengan subsidi di Amerika, ditambah kesulitan yang dialami rakyat membuktikan bangsa Indonesia butuh pemimpin yang mensejahterakan.
Namun fakta yang sebenarnya cukup menyakitkan tersebut seolah hanya mendapat porsi yang sewajarnya saja dalam benak para pengambil kebijakan di negeri ini. Buat mereka Pemilu yang akan berlangsung pada 2014 mendatang jelas mendapat porsi yang lebih penting dibandingkan kesulitan rakyat kecil di negeri ini.
Mulai dari Presiden hingga para pembantunya (baca : Menteri) seolah menempatkan tugas dan tanggung jawab mereka atas negeri ini di posisi yang kesekian setelah kepentingan pribadi mereka atas kursi, jabatan dan posisi politik pada Pemilu nanti.
Konvensi Partai Demokrat misalnya yang diikuti oleh 2 Menteri aktif di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, lebih menyita perhatian dibanding pemadaman listrik yang masih sangat sering terjadi, yang sangat tidak imbang dibanding penetapan kenaikan tarif listrik (kembali) pada Oktober mendatang.
Juga krisis bahan pangan yang seolah hanya menjadi peristiwa rutin bagi rakyat negeri ini yang ujung-ujungnya justru "menguntungkan" bagi para pencari rente dengan kebijakan yang juga biasa diambil oleh para menteri dan pemimpin di negeri ini, yaitu impor dan impor lagi dari luar negeri.
Mungkin jika peristiwa ini baru sekali terjadi, maka impor adalah cara cepat untuk mengatasi masalah dan kemudian membangun konsep baru agar masalah ini tidak kembali berulang.
Namun kenyataan yang dihadapi adalah kebijakan para pemimpin tak ubahnya langkah pemadam kebakaran, masalah selesai, maka persoalan utama dilupakan. Ketahanan pangan, swasembada di berbagai lini, kecintaan terhadap produk dalam negeri dan kesejahteraan buruh, petani dan nelayan, mereka yang menjadi ujung tombak bagi produksi pangan dan kebutuhan industri di Republik ini, semua luput dari perhatian.
Politik Pencitraan
Siapa yang patut disalahkan dalam situasi genting tersebut, Menteri kah?
Atau justru sang pemimpin utama, Presiden RI yang mendapat mandat khusus dari seluruh rakyat negeri ini untuk membawa Indonesia menuju cita-cita bersama, sesuai amanah yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 sebagai berikut :
"...untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia ..."
Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dua tugas yang tidak sederhana, namun kali ini faktanya gagal diemban dengan baik dan bahkan terkesan diabaikan dengan catatan panjang hampir dua periode memerintah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata gagal dalam menciptakan Indonesia yang mandiri dan berdaulat secara ekonomi.
Berbagai kalkulasi yang berulangkali disampaikan mengenai pertumbuhan ekonomi negeri ini tahun demi tahun terbukti langsung termentahkan ketika kebijakan stimulus nun jauh di Amerika Serikat akan dihentikan oleh The Fed, rupiah terpuruk, neraca bergejolak dan imbasnya suku bunga kredit harus dinaikkan demi mempertahankan nilai tukar.
Bukan Sekedar Ganteng
Saya masih ingat, ketika pemilu capres 2004 lalu, kaum perempuan khususnya ibu-ibu sangat mengidolakan sosok SBY. Pamor SBY saat itu seperti imbas dari puber kedua kalangan perempuan baya. Ganteng, begitu penilaian sebagian besar kaum ibu tentang SBY. Ini pula sepertinya yang mendasari pemilih perempuan memberikan suaranya kepada suami dari Kristiani Yudhoyono ini.
Setiap nama SBY disebut dalam penghitungan suara, sorak-sorai kaum perempuan di lingkungan saya sangat membahana. Suasana ini tidak ubahnya sebuah konser rock, dimana SBY adalah rockstar-nya, sementara mereka hanya groupies yang tidak memusingkan karya pujaannnya, melainkan sekedar memandang fisiknya bak sebuah poster artis yang dipajang di kamar remaja putri belasan tahun.
Belakangan, kondisi berakhir ironis. Kebanyakan para ‘groupies’ yang dulu bersemangat meneriakan nama ‘rockstar’ kesayangannya justru terlihat berdesak-desakan dan saling tarik-menarik dalam sebuah antrian. Mereka begitu bukan karena dalam suasana konser melainkan sebuah dagelan bernama BLT, sebuah kebijakan yang menurut saya semakin meneguhkan bahwa pemerintah lebih senang melihat rakyatnya bermental pengemis dibandingkan produktif.
Padahal, wacana yang digulirkan sebagai antitesi dari BLT adalah pemberian modal usaha jangka panjang, bukan sebuah dana yang sifatnya hanya memanjangkan nafas sekian hari saja.
"Groupies" ini pula yang belakangan harus bersusah payah menghadapi kenaikan berbagai bahan pangan kebutuhan rumah tangga meski mereka juga mungkin tidak peduli ketika persoalan tersebut diatasi dengan membuka keran impor seluas-luasnya dan bahkan membebaskan pajak impor untuk bahan tertentu atas nama rakyat.
Hal yang belakangan ini disadari rakyat sebagai sebuah pencitraan politik semata, memperbanyak janji manis namun kurang berani mengambil aksi nyata yang tidak populis namun berakhir manis untuk rakyat. Hal yang parahnya ditiru oleh sebagian pembantunya, seperti yang saya baca di media pagi ini, di mana sang Menteri yang rajin impor itu mendadak tampil di acara Inbox SCTV di hari kerja, Jumat 27 September 2013.
Saya kira cukup, Indonesia tidak butuh yang hanya mengandalkan paras ganteng dan kemampuan memperdaya kaum hawa dengan pamor dan keluwesannya saja. Tapi Pemimpin yang tangguh, berani membangun pondasi berbangsa dan bernegara dengan sebuah konsep yang matang yang membawa negeri ini bisa berdaulat dan tidak bergantung pada pihak lain di semua sektor.
Adakah pemimpin seperti itu di 2014?
Penulis adalah peneliti Indonesia Economic Develpment Institute

Kamis, 26 September 2013

Manajemen dan Disiplin

Ketika aku memasak dan mengiris bawang, aku berpikir bahwa seorang ibu harus punya thinking skill dan juga managerial skill, agar hal ini tidak membuat hari-harinya habis hanya untuk urusan rumah tangga saja mulai  dari mengurus anak, cucian, jemuran, masak nasi yang kelebihan dan lain-lain. Syifa, anak gadisku dan aku ketika kami baru masuk garasi melihat ke kebun tempat kami menjemur pakaian, “Ya Allah, aku stress deh Mi lihat pakaian dimana-mana, ada yang di kamar, di jemuran, di keranjang cucian, kok kerjaan rumah ga habis-habis ya mi. Ini si Zaki sih pakai baju banyak, sebentar-sebentar ganti, disini tuh gak ada pembantu Zak, kalau gak perlu ga usah ganti baju lah” ucap Syifa merungut. “Ha.. ha.. ha..” aku hanya tertawa perlahan dan menjawab “ya udah Syifa, kerjakan semampunya saja, sisanya Umi yang mengerjakan.”
Ku Tanya lagi, “Syifa mampu menyetrika berapa lembar baju hari ini? Lima yah?” Tanyaku. Syifa mengatakan “tidak, Syifa setrika semuanaya saja Mi, baju kalau tidak disetrika kan gak enak, Umi masak saja Ok.” Aku mengerti perasaan Syifa anakku dan mungkin banyak ibu rumah tangga lainnya yang sudah stress duluan melihat kerja rumah tangga yang menumpuk.
Intinya adalah manajemen waktu, manajemen pekerjaan dan jangan menunda melakukan segala sesuatu. Bila bisa dikerjakan hari ini, yaa kerjakan segera, juga disiplinkan semua anggota keluarga agar masing-masing membereskan dan merapikan barangnya masing-masing. Intinya semua adalah manajemen, manajemen dan disiplin. Sebagai contoh, aku tidak mengiris bawang setiap hari, aku mengiris bawang seminggu sekali dan semua irisan aku simpan di kotak plastik, simpan di kulkas dan ketika mau dipakai tinggal ambil saja lalu kembalikan kembali ke kulkas, juga waktu memasak aku batasi hanya 45 menit sehari tidak lebih. Beres-beres rumah hampir tidak pernah, karena tidak ada barang di rumah, bila ada mainan anak-anak, maka dia wajib membereskan kembali semua mainan dan dikembalikan pada kotak mainannya kalau tidak, maka anak tidak boleh main lagi pada hari itu. Namun anak harus diajarkan dimana harus membuang sampah, dimana harus makan, dimana harus meletakkan mainan dan mengembalikannya.

Maddi Jane Imposible


Dalam Waktu Dekat Ulama Madura Keluarkan Pernyataan kasus Sunni-Syiah Sampang

Ulama Madura membahas persoalan Syiah
Hidayatullah.com--Ulama Madura yang tergabung di Badan Silaturrahmi Ulama dan Pesantren Madura (Basra) dalam waktu dekat akan mengeluarkan pernyataan tentang usaha rekonsiliasi atau islah, sekaligus  menjelaskan usaha islah yang dilakukan kelompok tidak resmi yang menamakan dirinya sebagai Gerakan Perdamaian Rakyat (GPR).
“Prinsipnya ulama Madura menginkan islah (rekonsiliasi), yang penting adalah rekonsiliasi akidah, “ demikian pernyataan salah wakil Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA kepada hidayatullah.com, Kamis, (26/009/2013).
Menurut Ahmad Fauzi, pernyataan para ulama nanti sekaligus akan menjelaskan duduk persoalan adanya kelompok bernama
GPR yang mengklaim mengumpulkan inisiatif dari aktor-aktor warga Kampung Blu’uran, Karang Gayam dan Panden, tempat warga pengungsi Syiah berasal di Rusunawa Puspo Agro belum lama ini.
“Tidak ada rekonsiliasi yang terjadi pada Senin, 23/09/2013. Mereka yang datang bukanlah warga  Blu’uran, Karang Gayam dan Panden, ini adalah rekayasa dan berusaha menipu publik,” ujar Ahmad Fauzi.
Ia juga sangat menyayangkan sikap kelompok GPR yang telah melakukan tindakan di luar koordinasi ulama Madura, yang selama ini sedang sangat hati-hati menyiapkan persoalan ini.
Menurutnya, usaha-usaha kelompok yang menamakan GPR adalah usaha rekayasa yang berusaha membohongi publik.
Meski demikian, para ulama Madura, menurut Ahmad Fauzi telah menyerahkan persoalan ini ke pihak berwajib.
“Jika dari hasil penyelidikan terdapat pelanggaran, kami akan mengajukan tuntutan hukum  kepada mereka yang telah mencoba membohongi rakyat,” ujarnya.
Menurutnya, ishlah yang diharapkan para ulama dan masyarakat adalah islah akidah yang  harus melibatkan semua pihak. Dan itu menurutnya sangat tidak mudah. Karena itulah ulama Madura sangat berhati-hati.
Tanpa Ulama
Sebelumnya hari Senin 23 September 2013 sore, kaum Syiah di pengungsian Rusunawa Puspa Agro Sidoarjo mendapat kunjungan dari sejumlah warga  Desa Karanggayam, Blu’uran, dan Panden Sampang, yang mengklai perwakilan Sunni (NU).
Kedatangan mereka  dalam rangka mengajak islah (berdamai) dengan warga Syiah yang saat ini masih mengungsi. Menariknya, acara islah ini tidak disetai perwakilan ulama, pesantren, dan pemerintah.

Sepanjang Jalan Aku Mengenal Cinta…


Oleh   : Khoirul Insan
 
Cobalah Sejenak memejam mata akan Kehidupan ini yang penat, yang tampak semua berlalu begitu cepat, hingga terpikir kah apa yang telah kita dapat, sampai kita terenyuh berjuta pertanyaan apa yang telah kita berbuat? Sudahkah kita menjadi sesuatu yang bermanfaat?
kita tentu punya Berjuta alasan untuk terus bertahan, Berjuta harapan untuk terus melangkah ke depan, Berjuta mimpi untuk terus melampaui setiap tepi, seperti hal terang nya pagi yang selalu mengisyaratkan untuk selalu  berbagi. tentu kita memiliki CINTA di hati sebagai tanda kuasa dari Sang illahi, Allah.SWT.
jika kita membahas cinta, yang Pasti tak akan pernah ada habisnya. meski terurai kan panjang lebar, meski terjabarkan A sampai dengan Z, tak kan pernah bisa tergambar kan oleh apa pun setiap episode yang di rasakan. Sedang Allah.SWT Berfirman dalam Q. s Al Hujurat : 7
“Dan ketahuilah olehmu, bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu, serta membuat kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, “- (QS.49: 7)
hanya kemauan mu atau kah Cinta-Nya?
inilah sepanjang jalan aku mengenal Cinta…
Bak perjalanan yang membuat semua orang tersentuh seperti halnya hati yang terus bergemuruh, namun seakan lupa terkadang pun membuat lumpuh. Ibarat sebuah perjalanan pada Rute-Nya. sedang kita senantiasa di ingatkan selalu oleh Allah.SWT untuk terus meminta dalam Q.S Al-Fatihah (“Tunjukilah kami jalan yang lurus”) dan : 

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S 3 : 31).
Coba deh bayangkan betapa banyak jutaan Milyar lebih manusia di muka bumi ini, berapa banyak puluhan lebih permintaan dari masing-masing insan. Bayangkan mereka dan semua permintaan mereka di kumpulkan semua dalam 1 rute jalan. Tentu betapa padatnya bukan? Betapa penuhnya kita semua? membuat tampak seperti semuanya  berjalan lambat. Lantas kita sering bertanya-tanya “ kenapa tidak cepat terkabul doa ku?, kenapa aku begini, sedang mereka begitu? mengapa tak kunjung tiba apa yang aku harap-harapkan?
Yang lebih aneh lagi mereka yang mendekati Makhluk yang padahal mereka sama-sama sedang terhambat sambil bilang ( Tenang Sayang, aku akan selalu ada di sampingmu , hehe), dari pada mendekati Allah.SWT Sang Khalik Sang Pengatur jalannya kehidupan. yang Dalam firman-Nya Allah.SWT selalu berucap :
 وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [QS. Qaaf : 16].
Tapi Allah.SWT hanya meminta mu sabar, Allah.SWT hanya ingin hendak menguji mu sebagai tanda Cinta -Nya kepada mu. Sedang kita sering tak tegar dalam sabar. ada yang mendzholimi diri nya sendiri dan orang lain, melanggar rambu-rambu yang sudah Allah.SWT tetapkan, mengambil jalur alternatif  yang salah,  melawan arus jalan dari yang di inginkan-Nya. hanya karena ingin segera memenuhi kemauan kita sedang kita tak pernah memahami adakah Cinta-Nya di selipkan untuk kita.
Jadi ingat Mantra anak-anak Pesantren Madani dari Novel Ahmad Fuadi ‘ Man Saara ala darbi Washala ‘.( Siapa yang berjalan di jalan Nya akan sampai). maksudnya siapa saja yang terus mengikuti jalan untuk menggapai tujuannya pada akhirnya akan sampai pada tujuannya ( dengan izin Allah.SWT tentunya ).
Cinta kita memang seharusnya bagai Rantau 1 Muara. Sebagai mana alirnya bagai sungai yang mendambakan samudera, yang kita tahu pasti kemana kan kita semua bermuara…
Bersyukurlah kepada Allah.SWT yang masih mengizinkan menapaki cinta di jalan-Nya, berlindunglah kita dari cinta yang melalaikan dan memalingkan kita dari-Nya.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia mendekatkan mu bukan menjauhkan dari-Nya.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia meninggikan mu bukan merendahkan mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia membukakan mata mu bukan menutup mata mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia membangunkan mu bukan menjatuhkan mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia memuliakan mu bukan menghinakan mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia membahagiakan mu di dunia dan menyelamatkan mu di akhirat.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta…
Bagi yang ingin mendapatkan kumpulan karya oase Iman di rubrik eramuslim, bisa kunjungi link di bawah ini : Resensi Buku : Cerita yang Menjadi Guru, miliki Menembus Batas Logika, Kisah Terbaik Oase Iman…

Resensi Buku : Tafsir Ibnu Abbas, Tafsir Tertua, Bahkan Imam Ahmad bin Hambal pun Mencari Tafsir ini…

Inilah tafsir tertua di jagat ini yang ditulis dan dibukukan. Ia berisi tafsir ayat ayat Al Quran yang disusun sesuai dengan urutan surah dalam Mushaf. Ia berasal dari pakar dan dikumpulkan oleh pakar.
Ibnu Umar (sahabat yang terkenal kezuhudannya) berkata,” Ibnu Abbas adalah umat Muhammad yang paling mengetahui apa yang diturunkan kepada Muhammad”
Ibnu Abbas adalah seorang sahabat yang pernah Rasulullah SAW tepuk dadanya lalu mendoakannya, “Ya Allah, ajarkanlah dia al Hikmah!” Bahkan, Malaikat Jibril AS (Pemimpin para malaikat Allah) pernah mewasiatkan kepadanya,” Sesungguhnya dia adalah tinta umat, maka mintalah nasihat yang baik kepadanya.”
Tidak seorang pun sahabat yang diberi gelar “Lautan ilmu” kecuali Ibnu Abbas, hingga Ali bin Abi Thalib (Sahabat yang dijuluki kunci gudang ilmu) berkata,” Dia seolah olah melihat yang ghaib dari balik tabir yang tipis.”
Dalam hal ini, Abdullah Ibnu Mas’ud (Sahabat yang paling ahli dalam hal fikih dan didoakan oleh Rasul akan mahir dalam hal hikmah dan 70 surah dari lisan Rasul) berkomentar,  ”Benar, juru bahasa Al Quran adalah Abdullah bin Abbas.”
Tak hanya itu, Umar bin Khattab (Khalifah yang cerdas dan penuh Ijtihad) juga angkat hormat kepadanya dan memilihnya, sekalipun waktu itu masih muda, “ Aku tidak mengetahui makna ayat yang kutanyakan, kecuali seperti yang kamu katakan.”
Imam Ahmad bin Hambal berkata,” Di Mesir terdapat lembaran tafsir yang diriwayatkan oleh Ali Bin Abi Thalhah. Jika ada orang yang bepergian ke negeri itu, maka banyak di antara mereka yang mencari tafsir tersebut. Itulah yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalhah, sebuah kumpulan tafsir dari Abdullah bin Abbas, lalu menjadi sebuah kitab yang sangat pantas untuk di baca, dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan kita…
Imam Ahmad Bin Hambal saja mencari dan berjibaku mendapatkan tafsir Abdullah Bin Abbas ini…Bagaimana dengan kita..?
Judul buku : Tafsir Ibnu Abbas
Karya : Abdullah Ibnu Abbas
Penerbit : Pustaka Azzam
Harga : Rp 165.000,- (Belum termasuk ongkos kirim)
Untuk pemesanan hubungi atau sms/email dengan dituliskan nama, alamat dan jumlah pemesanan ke: 085811922988 email : marketing@eramuslim.com

Rabu, 25 September 2013

Malam Minggu Miko 2 - Malam Baru Miko


Indonesia-Iran Tingkatkan Kerja Sama Kebudayaan

Teheran, Iran -- Dalam kunjungan kerjanya di Iran dari tangal 21 hingga 23 September 2013, Mendikbud melakukan serangkaian kegiatan. Diantaranya melaksanakan pertemuan dengan Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran. Pertemuan juga dilakukan dengan Kementerian Riset dan Teknologi Iran.
Usai diterima Dekan Fakultas Hukum dan Politik, Universitas Teheran, Mendikbud menyampaikan ceramah ilmiah. Selanjutnya, membuka Festival Kebudayaan Indonesia sebagai penanda 1000 Tahun Hubungan Indonesia dengan Iran.
Mendikbud juga bertemu dengan Menteri Pendidikan Iran. Kunjungan kerja diakhir dengan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Teheran.
Dalam konferensi pers Menteri Nuh menekankan pentingnya hubungan budaya. "Kita bersahabat dengan siapapun. Apalagi basisnya kebudayaan yang sifatnya bisa lintas etnis, primordialisme, dan dalam batas tertentu lintas agama," ujarnya.
Nuh mengatakan, yang paling mendasar dalam membangun hubungan adalah mencari persamaan. Dimulai dari menemukan titik persamaan, menjadikannya garis persamaan, kemudian bidang persamaan. "Tidak berhenti di situ, tapi harus mewujudkannya menjadi ruang persamaan," imbuhnya.
Sebaliknya, kata Menteri, jika dimulai dari perbedaan, apalagi kalau tak ada dialog, maka akan muncul kekerasan. "Karena itu manakala ada perbedaan harus diselesaikan dengan dialog," pungkasnya. (PIH)

Potret pendidikan indonesia



Usia Anda Hanya Satu Hari, Hari Ini adalah Hari Anda

Jika anda terbangun hari di pagi hari, maka janganlah lagi anda menanti sore segera menjelang. Hari ini Anda akan hidup, hanya hari ini. Tidak ada hari kemarin yang telah pergi bersama suka dukanya. Tidak ada hari esok yang sampai saat ini belum kunjung datang. Matahari hari inilah yang kini menaungi anda. Hari ini adalah hari anda , HANYA HARI INI. Usia anda hanya satu hari ini. Tumbuhkan semangat hidup dalam jiwa anda hanya untuk hari ini. Berfikirlah bahwa Anda lahir hari ini dan mati hari ini.

Dengan jalan seperti itu, hidup Anda tidak akan gagap untuk meraba antara kecemasan, kesedihan, dan duka masa lalu dengan khayalan masa depan, lengkap dengan potret suramnya yang mengerikan serta segudang problematika hidup yang siap menerkam anda.
Untuk satu hari ini saja, curahkan konsentrasi , perhatian, prestasi terbaik , kerja keras dan kesungguhan anda. Hanya untuk hari ini saja anda harus siap melaksanakan shalat dengan khusyu, bacaan Al Qur’an, zikir dengan penuh kehadiran hati, (Aidh Al Qarni)

Presiden Tidak Mau Perdamaian Syiah Formalitas


TEMPO.CO, Surabaya -  Ketua Tim Rekonsiliasi Syiah Sampang Abdul A'la mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan persoalan Sampang cepat selesai dan kedua belah pihak yang berkonflik bisa kembali berdamai dan hidup rukun menjadi tetangga meskipun berbeda keyakinan. "Tetapi bukan perdamaian yang sifatnya hanya formalitas di atas kertas saja, melainkan benar-benar damai. Tidak ada rekayasa, itu keinginan pak presiden," katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 25, September 2013.
Menurut A'la, meskipun piagam perdamaian telah ditandatangani oleh warga Syiah dengan beberapa orang yang mengatasnamakan perwakilan masyarakat Sampang. Dia menyebutkan masih akan menelusuri yang terlibat langsung dalam penandatangan perdamaian merupakan masyarakat yang terlibat konflik atau tidak. "Jika dalam penandatanganan tersebut dilakukan oleh kelompok diluar pihak yang berkonflik, maka piagam perdamaian hanya akan menjadi formalitas dan tidak bisa menyelesaikan persoalan," ujarnya.
A'la melanjutkan informasi yang di dapat dari bawah, belum semua pihak yang berkonflik mau menerima warag Syiah untuk kembali ke kampung halamannya. "Masih ada pihak yang terlibat konflik maupun yang menjadi korban dalam konflik masih menyimpan rasa dendam," katanya.
Strategi tim rekonsiliasi, kata dia, untuk mendamaikan mereka yang masih dendam dengan dengan pendekatan secara kekeluargaan. Caranya yaitu akan melibatkan kerabat dekat kedua belah pihak untuk silaturahim untuk mencari solusi agar persoalan ini bisa selesai. "Kedepan, mereka akan terus kita ajak untuk berkunjung ke warga Syiah," katanya.

Bagi Siapapun Pejuang Kebaikan, Pasti Akan Menemui Kawan Maupun Lawan

Memanglah orang yang hendak membawakan kebenaran itu, siapapun juga ,  ibarat orang berdiri antara dua pihak. Kawan dapat, musuh pun dapat. Keduanya datang bersama sama. Hanya orang yang tidak mempunyai musuh yang tidak mempunyai kawan. Jadi kalau saudara mau mempunyai banyak kawan, maka musuh saudara pun akan banyak. Tidaklah Allah memberikan kepada orang yang berjuang itu kawan saja tanpa lawan. Kalau memang lawan sudah tidak ada, tentu tidak ada lagi perjuangan.
Sukarnya, orang yang sedang memperjuangkan yang haq itu bila matanya hanya tertuju kepada banyaknya lawan lawan saja. Yang dilihatnya hanyalah dimana mana orang mengejek dan orang memaki lalu dia menjadi sesak nafas dan putus asa. Akan tetapi dia harus melihat juga bahwa Allah SWT mengadakan tiap tiap sesuatu dalam pasangan. Ini pun ada pasangannya. Sebagaimana ada wanita dan ada pria, ada negatif dan ada positif, ada haq dan batil, begitu pula ada kawan ada musuh.
Selama kita masih hidup dalam undang undang (sunnatullah) yang berlaku di dunia ini, kita harus yakin bahwa apabila kita bergerak dalam masyarakat manusia biasa, bukan malaikat, maka ketahuilah bahwa pekerjaan kita itu tidak akan terlepas dari orang yang setuju dengan orang yang tidak setuju.
sumber : http://www3.eramuslim.com/nasehat-ulama/bagi-siapapun-pejuang-kebaikan-pasti-akan-menemui-kawan-maupun-lawan.htm

Orangtua Jangan Diamkan Penggunaan BOS


JAKARTA, KOMPAS.com - Orangtua siswa harus lebih kritis mengawasi penggunaan dana bantuan operasional sekolah (BOS), demi terciptanya transparansi BOS. Dengan berdiam diri, transparansi penggunaan BOS tidak akan terwujud dengan baik.
Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan hal itu dalam diskusi tentang akses informasi publik di Jakarta, Kamis (14/10/2010). Dikatakannya, Kementerian Pendidikan Nasional sebetulnya sudah membuka secara transparan mengenai penyaluran dana BOS ke sekolah-sekolah di Tanah Air. Namun, keterbukaan penggunaan dana tersebut kerap berhenti di tingkat sekolah yang memiliki kewenangan otonomi atas pemanfaatan BOS tersebut.
Informasi mengenai penggunaan BOS ini hanya diketahui oleh kepala sekolah dan komite sekolah. Bahkan, katanya tidak semua guru mengetahui anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS) yang di antaranya melibatkan dana BOS.
Orangtua siswa juga berhak mengetahui penggunaan dana BOS tersebut dengan menanyakan kepada pihak sekolah. Akan tetapi, hal ini seringkali diabaikan karena putra-putri mereka justru mendapat sanksi atau tudingan dari pihak sekolah. Akibatnya, banyak orangtua siswa memilih diam dan tak memedulikan hal tersebut agar pendidikan anaknya tak terganggu.
"Masalah (keterbukaan informasi) dana BOS ini ada dua, yakni manajemen sekolah yang tidak terbuka dan sikap masyarakat yang tidak acuh," kata Darmaningtyas.
"Orangtua jangan jadi penakut. Kalau melihat ada pelanggaran (pemakaian BOS), tanyakan dan laporkan," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat (KIP) Henny S. Widyaningsih mengatakan, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 menjamin masyarakat untuk menerima informasi dari pejabat publik, termasuk mempertanyakan keterbukaan penggunaan dana BOS. Pejabat publik pun wajib memberikan informasi yang diperlukan kepada pemohon dan bahkan bisa dikenai hukuman penjara atau denda jika mengabaikan permohonan keterbukaan informasi itu.

Kurikulum 2013 : Tidak Menghapus Mata Pelajaran

Ada kekhawatiran pada masyarakat jika Kurikulum 2013 diterapkan akan ada penghapusan beberapa mata pelajaran. Kekhawatiran ini dijawab Mendikbud Mohammad Nuh, bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran, yang ada hanya pengintegrasian mata pelajaran.
Mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Pengintegrasian ini dilakukan karena penting, serta menyesuaikan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat.
Hadirnya kurikulum baru bukan berarti kurikulum lama tidak bagus. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Pergeseran paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi pijakan di dalam pengembangan kurikulum 2013.
iklan3-gbr1
iklan3-gbr2
Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan kerangka komptensi abad 21 yang menjadi dasar di dalam pengembangan kurikulum 2013.
iklan3-gbr3
iklan3-gbr4
iklan3-gbr5
Ada empat standar dalam kurikulum yang mengalami perubahan, meliputi standar kompetensi lulusan, proses, isi, dan standar penilaian. Terhadap perubahan itulah maka rumusan standar kelulusan (SKL) pun berubah. Gambar 3 menunjukkan ruang lingkup SKL. Sedang gambar 4 dan gambar 5 berturut-turut tentang SKL Rinci dan SKL Ringkas.
Sumber : http://www.kemdikbud.go.id/uji-publik-kurikulum-2013-3.html

Berdoalah dengan Berendah Diri dan Lembut, InsyaAllah Keajaiban Tiba

“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut juga dengan rasa takut"

Oleh: M. Husnaini

NAMANYA Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhari (196 H/810 M-256 H/870 M). Siapa saja yang belajar hadis pasti mengenal ulama bernama populer Imam Bukhari ini. Lahir di Bukhara, Uzbekistan, dia adalah ahli hadis termasyhur sepanjang masa. Tetapi, tahukah Anda bahwa ulama yang hafal puluhan ribu hadis beserta detail sanadnya ini pernah mengalami kebutaan sewaktu kecil?
Adalah sang ibunda yang begitu sedih melihat kondisi Bukhari kecil. Ibnu Hajar dalam ‘Hadyu As-Sari’ meriwayatkan bahwa ibunda Imam Bukhari tiada henti berdoa untuk memohon kesembuhan putranya. Allah akhirnya mengabulkan doanya. Pada suatu malam, ibunda Imam Bukhari bermimpi melihat Nabi Ibrahim yang berkata, “Hai Fulanah, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan putramu karena seringnya engkau berdoa.” Pagi harinya, ibunda Imam Bukhari menyaksikan bahwa penglihatan putranya telah kembali normal.
Subhanallah. Itulah keajaiban sebuah doa. Simak pula kisah yang dialami Nabi Zakaria (91 SM-1 M) sebagaimana dituturkan al-Qur’an. Dalam usia senja, Nabi Zakaria gelisah karena belum juga dikaruniai keturunan. Kendati demikian, pantang bagi Nabi dan Rasul Allah ke-22 ini patah arang. Siang dan malam dia terus melabuhkan doa kepada Allah supaya memberinya seorang putra sebagai pewaris obor perjuangan.
“Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan telah menyala uban di kepalaku, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sungguh aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahkanlah aku seorang putra dari sisi Engkau, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub. Dan jadikan dia, Ya Tuhanku, seorang yang diridai.” (QS Maryam: 4-6).
Ajaib. Allah menjawab doanya. Padahal, usia Nabi Zakaria saat itu sudah mencapai sembilan puluh tahun dengan kondisi istri, Hannah, yang mandul. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Setiap doa yang keluar dari ketulusan nurani dan kebersihan jiwa akan mengubah segala yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin. Inilah kabar bahagia bagi kaum beriman. Apalagi Allah sendiri telah menegaskan akan mengabulkan setiap doa hamba sepanjang dia mau taat kepada-Nya.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah: 186).
Memahami ayat di atas, tentu tidak alasan bagi kaum beriman untuk enggan berdoa. Jangan sampai ada anggapan bahwa peran doa sangat sedikit dalam pencapaian sebuah keberhasilan. Itulah pola pikir orang yang sombong dan tidak tahu diri. Merasa diri hebat sehingga perlu mengesampingkan campur tangan Allah dalam setiap tarikan gerak dan langkah. Termasuk pola pikir picik juga ketika orang mau berdoa tetapi minus kemantapan bahwa doanya itu akan didengar Sang Maha Penentu Keputusan.
Allah pasti mendengar setiap keluh kesah, sekalipun yang tidak pernah terucap. Tidak ada relung jiwa manusia yang tidak mampu ditembus Allah. Jarak antara Allah dan kita sangat dekat, melebihi urat leher.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui segala yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS Qaf: 16).
Itulah kenapa Islam adalah agama yang sangat kaya doa. Tiada laku kehidupan Muslim yang tidak dimulai dan dipungkasi dengan doa. Menurut Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ada dua macam doa: doa ibadah (penghambaan) dan doa masalah (permintaan). Seluruh ibadah dalam rukun Islam hakikatnya adalah doa. Karena, rangkaian gerakan dan ucapan di dalamnya berintikan permohonan rida Allah. Paketnya langsung dari nas. Kita tinggal pakai, tanpa boleh berkreasi. Lain lagi dengan doa masalah, seperti permintaan pengampunan, kebahagiaan, belas kasih, penghidupan, kesuksesan, dan semacamnya. Meskipun bacaan dari al-Qur’an dan hadis diutamakan, tetapi kita masih boleh berkreasi dengan bahasa sendiri. Terkabulnya doa jenis ini sangat bergantung kualitas doa ibadah kita.
Masih banyak kisah keajaiban doa yang tidak mungkin dikutip semua di sini. Atau boleh jadi malah sudah Anda alami sendiri. Pastinya, tidak ada makhluk di kolong jagat ini yang bisa mengerahkan secuil daya dan upaya sekalipun, tanpa belas kasih dan uluran pertolongan Allah. Tantangan Allah sebagaimana disampaikan kepada kaum kafir Makkah sudah jelas,
قُلِ ادْعُواْ الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً
 “Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang kalian anggap tuhan selain Allah, niscaya mereka tidak akan memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari kalian dan tidak pula memindahkannya’.” (QS Al-Isra’: 56).
Alangkah lebih mulia sekiranya kita sanggup merenungkan dan mengamalkan firman Allah berikut.
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sungguh rahmat Allah itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’raf: 55-56).*
Rep:
Anonymous
Editor: Cholis Akbar

Konvensi UN: Menjaring Pendapat Publik untuk Penyelenggaraan Terbaik

Mengawali pelaksanaan Konvensi Ujian Nasional (UN), 26 September 2013, tiga pra konvensi sudah digelar. Masing-masing di Bali, Makassar, dan Medan. Hasilnya, semua sepakat UN tetap diadakan, tapi tata kelola dan komposisi nilai kelulusan yang harus diubah.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, perdebatan terkait UN yang terus-menerus sangat menyita energi dan waktu. Pasalnya, aturan tentang UN sudah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan diturunkan dalam PP No. 19 Tahun 2005, tentang Standar Pendidikan Nasional, yang kini diganti dengan PP No. 32 Tahun 2013.
"Setiap Maret dan April selalu ramai urusan UN, meski sudah diatur melalui PP, tapi tidak bisa ada titik temu," kata Mendikbud M. Nuh.
Mendikbud mengatakan, UN tahun depan tetap akan berlangsung. Konvensi UN hanya akan mencari metode UN dengan pendekatan sesuai perkembangan situasi saat ini. Kemdikbud akan menampung semua aspirasi yang secara akademis dan teknis dapat diterima semua pihak. "Dengan demikian, tidak ada lagi kontroversi, dan tidak lagi terjebak pada pro-kontra," katanya.
Dijelaskan, dalam konvensi akan dibahas hasil-hasil atau rekomendasi dari tiga kota yang telah menyelenggarakan pra konvensi. Kemdikbud akan mengundang semua lapisan masyarakat yang menjadi stakeholder atau pemangku kepentingan di dunia pendidikan, seperti dinas pendidikan, guru, pemerhati pendidikan, dan akademisi. Target jumlah peserta yang akan mengikuti Konvensi UN adalah 350 orang.
Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdikbud, yang juga Ketua Pelaksana Konvensi UN, Bambang Indriyanto, mengatakan, Kemdikbud akan mengundang peserta yang mewakili kepentingan masyarakat, bukan individu. Karena keberadaan Kemdikbud bukan melayani individu, tapi kumpulan individu yang merupakan refleksi masyarakat dari Sabang sampai Merauke.
"Pra Konvensi UN diadakan sebagai salah satu strategi untuk menyiapkan diri di konvensi tingkat nasional. Sehingga dalam Pra Konvensi diharapkan peserta sudah melakukan analisis mengenai kebutuhan masyarakat di daerahnya untuk dibahas ke Konvensi UN di Jakarta," katanya.

Cari Solusi

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Musliar Kasim, mengatakan, pelaksanaan konvensi tidak lagi untuk memperdebatkan perlu tidaknya UN dilaksanakan. Namun, lebih ditujukan bagaimana mencari solusi terbaik dalam penyelenggaraannya sehingga UN bisa jadi alat ukur yang bisa diterima dan dipercaya masyarakat
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kata Musliar, secara tegas mengamanatkan perlunya dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran bagi anak didik di tiap satuan pendidikan. "Dengan UN inilah kita bisa melakukan pemetaan terhadap keberhasilan dan mutu pendidikan. Kita tidak ingin tiap tahun energi dihabiskan hanya persoalan pro-kontra terhadap UN. Masih ada persoalan strategis lain di bidang pendidikan yang mestinya kita pikirkan bersama," katanya.
Musliar Kasim menegaskan, Kemendikbud ingin menjaring masukan seluas-luasnya dari masyarakat agar didapat format pelaksanaan UN yang ideal dengan kualitas yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ditegaskan, UN secara nasional sangat perlu dilaksanakan guna mendapatkan standar kelulusan yang baik termasuk mengetahui standar masing-masing sekolah. “Kalau tidak ada UN, tidak mungkin kita bisa membandingkan antara ketercapaian sekolah tertentu di satu daerah dengan daerah lain. Katakanlah Bali dengan Jawa Timur tidak bisa dibandingkan kalau hanya ujian lokal apalagi ujian di sekolah masing-masing,
http://microsite.detik.com/display/kemendikbud2/

Stand Up Comedy Battle of Comics 22 November 2012 2/3



Selasa, 24 September 2013

Twinkle Twinkle Little Star Song For Children



LIRIK LAGU

twinkle, twinkle, little star
how i wonder what you are
up above the world so high
like a diamond in the sky
twinkle, twinkle, little star
how i wonder what you are

ARTI

binar, binar, bintang kecil
bagaimana saya bertanya-tanya apa yang Anda
di atas dunia begitu tinggi
seperti berlian di langit
binar, binar, bintang kecil
bagaimana saya bertanya-tanya apa yang Anda

RANTAI makanan vidio Pembelajaran Biologi


MUI Heran, ada 'Islah Sunni-Syiah' kok Ulama Madura Tidak Tahu


Hidayatullah.com-- Ketua Majelis Ulama
Indonesia Kabupaten Sampang, KH Buchori Maksum mengaku tidak tahu menahu soal pemberitaan islah (perdamaian) antara warga Sunni (dalam hal ini NU Sampang) dengan warga Syiah di pengungsian Rumah Susun Puspo Agro, Surabaya.
“Itu semua rekayasa dan manipulasi. Tidak ada yang hadir dengan menyebut islah (rekonsiliasi) tanpa kehadiran ulama dan umara,” demikian disampaikan Kiai Buchori Maksum kepada hidayatullah.com,  Selasa (24/09/2013).
Menurut Buchori Maksum, masyarakat Madura berbeda dengan masyarakat lain, di mana ummatnya begitu hormat dan taat pada para ulamanya.
“Ibaratnya, jika ada daun-daun yang jatuh di Madura, ulamanya pasti tahu,” tambahnya. Karena itu dirinya mengakut heran, mengapa ada acara sepenting ini, ulama-ulama Madura dan para umara (pemimpin pemerintah) tidak tahu-menahu.
Karenanya ia yakin, pasti ada rekayasa di balik peristiwa ini. Sebab, sebelumnya, bersama para tokoh, ulama/habaib dan umarah, pihaknya sudah menyusun masalah ini dengan berhati-hati. Bahkan sudah disampaikan draft tertulisnya kepada Presiden Susilo B Yudhoyono saat ke Surabaya akhir Juli 2013.
Hidayatullah.com juga menghubungi Haji Abdul Manan, Ketua Tanfidziyah Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Omben, Sampang dan KH Syaifuddin, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Omben soal berita ini.
Yang cukup mengagetkan, Abdul Manan dan Kiai Syaifuddin, mengaku tidak tahu-menahu ada acara sepenting ini.
“Sampai hari ini kami tidak tahu menahu acara ini (islah, red),” ujarnya kepada hidayatullah.com melalui sambungan telepon.
Seperti diketahui, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Omben, Sampang, Madura ini bulan Rabu (24/10/2012) pernah menjadi fasilitator kembalinya  30 pasangan keluarga pengikut Tajul Muluk, tokoh pembawa ajaran Syiah di Kecamatan Omben, yang menyatakan diri kembali pada keyainan semula, Ahlus Sunnah Wal Jamaah (NU).
“Lagi pula, jika ada acara sepenting itu, mengapa pilihan tempatnya di Puspo Agro, bukan di tempat netral dengan dihadiri banyak pihak,” ujar Abdul Manan.
Sementara Khanza, seorang relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur yang ikut dalam acara ini mengaku agak mengeragukan acara ini disebut deklarasi perdamaian, pasalnya tidak terlihat keterwakilan ulama, pemerintah dan tokoh-tokoh agama.
“Kalau deklarasi perjanjian seharusnya ada Kiai, tokoh, dan pemerintah, mereka hanya warga biasa,” ucap Khanza kepada hidayatullah.com.
Khanza bahkan meragukan identitas  rombongan yang datang hari Senin sore di Puspo Argo.
“Koordinatornya saja berasal dari Pemekasan bukan dari tempat kerusuhan terjadi, anggota yang datang  tidak ada yang membawa KTP,” ungkap Khanza.*
Baca berita sebelumnya: "Islah" Setengah Hati, Tanpa Kiai tanpa MUI
Rep:
Panji Islam
Editor: Cholis Akbar