Senin, 29 September 2014

Terima Kasih atas kepercayaannya

Hari ini aljazirah-sampang.blogspot.com telah dikunjungi oleh 4004 pengunjung dan telah 252 tulisan diposkan, dan ini merupakan respon positif dari keluarga besar al-jazirah, teman-teman guru, dosen, karyawan, dan semua pihak yang terlibat di lembaga aljazirah, semoga kedepan aljazirah semakin bersemangat, dan semoga tulisan yang disuguhkan dapat memberi manfaat kepada semua pihak.
Akhirnya Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah sudi membuka laman website aljazirah, inilah yang dapat kami suguhkan, apabila ada yang baik itu semata-mata karunia ALLOH swt. adan apabila ada kesalahan dan kelemahan disana sini itu merupakan keterbatasan dari aljazirah mohon dimaafkan dan didoakan.

Wanita Kaya Raya

Hasil gambar untuk gambar wanita berdoa
Kaya…? Siapa di dunia ini yang tidak ingin kaya raya, baik dengan cara halal atau pun haram. Teringat kisah seorang bandar narkoba di Colombia yang akhirnya tewas di sebuah troatoar.
Ia merupakan orang terkaya ke-7 versi majalah Forbes di seluruh dunia. Hidupnya penuh kekelaman, kemaksiatan dan bergelimang harta haram, namun akhir hidupnya sungguh mengenaskan. Tidak ada yang mau mengikuti pola dan gaya hidupnya, dicerca seluruh dunia karena perbuatannya yang mengerikan.
Ratu Elizabeth juga dikenal sebagai wanita ke 111 terkaya diseluruh dunia, dan beberapa wanita lainnya dari india juga terkenal dengan kekayaannya. Namun ada satu wanita hebat yang diam dan sederhana dan merupakan wanita paling kaya dan kalau mau bisa menjadi wanita terkaya di dunia.
Namun keimanan di dadanya yang tinggi membuat dirinya menjadi nampak biasa saja, namun karena ketaatannya kepada Allah membuat dia menjadi seorang wanita yang sosoknya dikenal seluruh umat yang jumlahnya bermilyar-milyar dari jaman dahulu hingga sekarang.
Allah pun meninggikan dirinya dengan menjadikan tingkah lakunya berjalan mondar-mandir sejauh beberapa kilometer dalam kepanasan dan ketegangan, menjadi sebuah rukun syariah yang diikuti semua orang di seluruh dunia.
Subhanallah Siti Hajar, wanita solehah penemu air zam-zam, sumur yang tak pernah kering, sumur ajaib yang muaranya tidak diketahui berasal dari mana. Sumur yang berisi air yang diminati banyak orang, bahkan di Indonesia ada beberapa toko yang menjual se-dirigen air zam-zam dengan harga 50 ribu rupiah.
Bila air zam-zam dijual, dan menyebar distribusinya diseluruh dunia, betapa kaya rayanya Siti Hajar, dan kita wajib memasukkan beliau sebagai wanita terkaya diseluruh dunia tanpa harus melakukan tindakan maksiat untuk mendapatkan kekayaannya.
Wanita yang mulia itu adalah simbol ketaatan pada Allah, dengan status yang kurang menguntungkan sebagai hamba sahaya Nabi Ibrahim dan istri kedua dari sang nabi, beliau ketika diperintahkan oleh sang suami untuk tinggal di gurun tanpa air tanpa makanan. Awalnya beliau menolak karena wanita mana yang mau ditinggal di gurun tanpa apapun. Kita saja kalau ditinggal di mal tanpa uang, mungkin juga tidak akan mau, padahal di mal sudah jelas dingin dan banyak orang, sedangkan ini di gurun, bayangkan…!
Jawaban Siti Hajar kepada sang suami hanyalah “bila Allah yang menyuruh, maka aku taat.” Subhanallah, ketaatannya berbuah hadiah yang manfaatnya dirasakan oleh sangat banyak orang dari sejak jamannya sampai jaman anak cucu kita. Sumur ajaib yang airnya mengalir tiada henti, tidak akan pernah kering, itu adalah bukti mukjizat Allah sampai hari ini.
Dengan bekal taat, maka Siti Hajar menjadi wanita yang patut diambil hikmah dari kehidupannya sebagai seorang wanita yang sederhana.
1. Taat kepada Allah walaupun secara logika terasa sangat berat.
2. Perbuatannya yang sungguh-sungguh dan hanya berharap pada Allah, yaitu berlari mencari air kehidupan untuk anaknya, diikuti semua orang dari seluruh dunia, berbagai bangsa, berbagai usia, bahkan Obama sekalipun bila masuk Islam dan naik haji, wajib mengikuti perbuatan Siti Hajar, sosok wanita sederhana.

Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan Telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. Al-Baqarah [2] : 125)
3. Dialah wanita yang dicintai Allah, dan berusaha untuk hidup dan menghidupkan kesejahteraaan umat (terbukti akhirnya banyak kafilah dagang yang membuat perkampungan di sekitar sumur zam-zam).
Siti Hajar, dialah wanita yang tidak punya apa-apa, hanya iman di dada yang akhirnya membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada.

Menikah, Haruskah didasari CINTA?

cinta1
Assalamu’alaikum.
Mbak Ucaila, saya mau tanya. Ketika kita menikah maka yang harus dilihat adalah empat kriteria tapi yang utama adalah agamanya. Masalahnya ketika ada yang ta’aruf dengan saya, saya melihat bahwa tidak ada alasan yang syar’i untuk menolaknya dan yang penting agama dan akhlaknya baik. Tapi, secara perasaan, saya belum ada rasa suka. Padahal dalam surat Ar-Rum ayat 21 kan bunyinya, .”.supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya…”
Kalau sekarang belum ada rasa suka sementara dalam surat Ar-Rum itu saya menafsirkannya bahwa dengan calon kita, kita harus ada rasa tentram ketika bersamanya dan menurut saya itu adalah rasa suka. Bagaimana ya? Saya mohon penjelasannya. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum.
Hasmale-Padang
Jawaban
Assalammu’alaikum wr. wb.
Saudara Hasmale yang dimuliakan Allah,
Saya dapat mengerti kebingungan anda saat ini. Rasanya memang sulit ya jika harus menikahi seseorang sedangkan tidak ada perasaan suka atau kecenderungan yang membuat kita ingin menikahinya, meskipun kriteria yang lain sudah terpenuhi.
Satu saat pernah ada sahabat Rasulullah yang mau menikahi seorang wanita dan Rasulullah menanyakan kepadanya, “Apakah kamu sudah melihatnya” dan ketika sahabat itu mengatakan belum maka Rasulullah menyuruhnya kembali dan melihat dulu wanita tersebut. Mengapakah Rasulullah meminta sahabat itu untuk melihat wanita yang akan dinikahinya? Mungkin juga untuk menumbuhkan perasaan yakin dan tak ada penyesalan setelahnya.
Artinya memiliki kecenderungan hati kepada wanita yang akan dinikahi juga dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung pernikahan itu sendiri. Saya sendiri setuju akan hal itu, meskipun di sini bukan selalu bermakna rasa cinta tapi memiliki alasan lain yang menguatkan untuk menikahi seseorang, seperti perasaan nyaman atau suka dan cocok dengan pasangan yang akan dinikahi memang hal yang penting.
Dan setiap orang tentu punya kriteria sendiri untuk bisa mencari pasangan hidupnya. Ketika kriteria yang anda yakini adalah memiliki kecenderungan hati terhadap wanita yang akan dinikahi maka itu bukan hal yang dilarang, itu hak anda. Namun akan lebih baik memang ketika semua itu juga diiringi dengan apa yang dianjurkan dalam agama, yaitu akhlak dan ibadahnya dalam beragama. Wallahu’alambishawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.

Membedakan Tangisan Bayi

Bayi berkomunikasi dengan orang dewasa dengan cara menangis, karena hanya itu yang dia bisa. Membedakan tangisan karena marah, takut atau kesakitan tidaklah mudah atau malah hampir mustahil. Untungnya, sebuah penelitian berupaya mencari petunjuknya.

“Menangis adalah sarana utama bayi untuk dapat mengkomunikasikan emosi negatif dan dalam sebagian besar kasus adalah satu-satunya cara untuk bisa mengungkapkannya,” kata Mariano Choliz, peneliti dari University of Valencia seperti dilansir Medical Xpress. Bersama rekan-rekannya, Choliz mencoba mengamati perbedaan pola tangisan 20 bayi berusia 3 – 18 bulan akibat tiga emosi utama, yaitu takut, marah dan sakit. Peneliti juga mengamati kemampuan orang dewasa untuk mengenali emosi penyebab bayi menangis.Dalam laporan yang dimuat Spanish Journal of Psychology, peneliti menemukan bahwa cara membedakannya ada pada gerakan mata dan intensitas teriakan bayi. Sayangnya, kebanyakan orang dewasa kesulitan mengenali tangisan akibat marah dan takut.”Meskipun tidak dapat mengenali penyebabnya dengan benar, bayi yang menangis karena sakit akan menimbulkan reaksi afektif yang lebih intens daripada ketika menangis karena marah atau takut,” papar Choliz.Menurut peneliti, rasa sakit paling mudah dikenali disebabkan karena menangis merupakan peringatan adanya ancaman bagi kesehatan atau kelangsungan hidup. Oleh karena itu, tangisan karena sakit membutuhkan respons yang segera dari pengasuh atau orang dewasa. Ketika bayi menangis, terjadi banyak ketegangan di otot dahi, alis dan bibir sehingga membuat mulut terbuka dan pipi terangkat. Adapun perbedaan pola yang ditampilkan bayi saat menangis karena 3 emosi negatif antara lain:
1. Menangis karena marah
Ketika marah, kebanyakan bayi akan membuat matanya setengah tertutup, bisa sambil mencari-cari ke arah tertentu atau melakukan gerakan-gerakan tertentu. Mulutnya terbuka atau setengah terbuka dan intensitas teriakannya semakin kencang.
2. Menangis karena takut
Ketika ketakutan, mata bayi terbuka hampir sepanjang waktu. Selain itu, terkadang bayi menampakkan tatapan yang tajam dan menggerakkan kepalanya ke belakang. Teriakannya semakin membahana jika ketakutannya semakin meningkat.
3. Menangis karena sakit
Ketika merasa sakit atau nyeri, mata bayi terus ditutup. Matanya terbuka hanya untuk beberapa saat dan menatap jarak jauh. Bayi juga menampakkan sedikit ketegangan di daerah mata dan mengerutkan kening. Tangisan langsung dimulai dalam intensitas maksimum segera setelah terkena penyebab nyeri atau sakit.

Kamis, 25 September 2014

Doa Nabi Daud Alaihissalam


 

Nabi Daud ’alihis-salaam merupakan seorang hamba Allah yang sangat rajin beribadah kepada Allah. Hal ini disebutkan langsung oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Nabi Daud ’alihis-salaam sangat rajin mendekatkan diri kepada Allah. Beliau sangat rajin memohon kepada Allah agar dirinya dicintai Allah. Beliau sangat mengutamakan cinta Allah lebih daripada mengutamakan dirinya sendiri, keluarganya sendiri dan air dingin yang bisa menghilangkan dahaga musafir dalam perjalanan terik di tengah padang pasir.  Inilah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai doa Nabi Daud tersebut:

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Di antara doa Nabi Daud ’alihis-salaam ialah: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.” Dan bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah.” (HR Tirmidzi 3412)

Setidaknya terdapat empat hal penting di dalam doa ini. Pertama, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon cinta Allah. Beliau sangat faham bahwa di dunia ini tidak ada cinta yang lebih patut diutamakan dan diharapkan manusia selain daripada cinta yang berasal dari Allah Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Apalah artinya seseorang hidup di dunia mendapat cinta manusia –bahkan seluruh manusia- bilamana Allah tidak mencintainya. Semua cinta yang datang dari segenap manusia itu menjadi sia-sia sebab tidak mendatangkan cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebaliknya, apalah yang perlu dikhawatirkan seseorang bila Allah mencintainya sementara manusia –bahkan seluruh manusia- membencinya. Semua kebencian manusia tersebut tidak bermakna sedikitpun karena dirinya memperoleh cinta Allah Yang Maha  Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebab itulah Nabi Daud ’alihis-salaam tidak menyebutkan dalam awal doanya harapan akan cinta manusia. Beliau mendahulukan cinta Allah di atas segala-galanya. Beliau sangat menyadari bahwa bila Allah telah mencntai dirinya, maka mudah saja bagi Allah untuk menanamkan cinta ke dalam hati manusia terhadap Nabi Daud ’alihis-salaam. Tetapi bila Allah sudah mebenci dirinya apalah gunanya cinta manusia terhadap dirinya. Sebab cinta manusia terhadap dirinya tidak bisa menjamin datangnya cinta Allah kepada Nabi Daud ’alihis-salaam.
Dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beliau bersabda: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah berseru kepada Jibril: “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun mencintainya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah cinta penghuni bumi kepadanya.” (HR Bukhary 5580)
Kedua, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah cinta orang-orang yang mencintai Allah. Sesudah mengharapkan cinta Allah lalu Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah kasih-sayang dari orang-orang yang mencintai Allah, sebab orang-orang tersebut tentunya adalah orang-orang beriman sejati yang sangat pantas diharapkan cintanya.
Hal ini sangat berkaitan dengan Al-Wala’ dan Al-Bara’ (loyalitas dan berlepas diri).  Yang dimaksud dengan  Al-Wala’  ialah memelihara loyalitas kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman. Sedangkan yang dimaksud dengan Al-Bara’ ialah berlepas diri dari kaum kuffar dan munafiqin. Karena loyalitas mu’min hendaknya kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman, maka Nabi Daud ’alihis-salaam berdoa agar dirinya dipertemukan dan dipersatukan dengan kalangan sesama orang-orang beriman yang mencintai Allah. Dan ia sangat meyakini akan hal ini.
Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR muslim 4773)
Ketiga, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan cinta Allah. Setelah memohon cinta Allah kemudian cinta para pecinta Allah, selanjutnya Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar ditunjuki perbuatan dan amal kebaikan yang mendatangkan cinta Allah. Ia sangat khawatir bila melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah. Beliau sangat khawatir bila berbuat dengan hanya mengandalkan perasaan bahwa Allah pasti mencintainya bila niat sudah baik padahal kualitas dan pelaksanaan ’amalnya bermasalah. Maka Nabi Daud ’alihis-salaam sangat memperhatikan apa saja perkara yang bisa mendatangkan cinta Allah pada dirnya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah mencintai Ash-Shobirin (orang-orang yang sabar). Siapakah yang dimaksud dengan Ash-Shobirin? Apa sifat dan perbuatan mereka sehingga menjadi dicintai Allah?
”Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran ayat 146)

Keempat, Nabi Daud ’alihis-salaam memohon kepada Allah agar menjadikan cinta Allah sebagai hal yang lebih dia utamakan daripada dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin. Kemudian pada bagian akhir doa ini Nabi Daud ’alihis-salaam kembali menegaskan betapa beliau sangat peduli dan mengutamakan cinta Allah. Sehingga beliau sampai memohon kepada Allah agar cinta Allah yang ia dambakan itu jangan sampai kalah penting bagi dirinya daripada cinta dirinya terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarganya sendiri dan terhadap air dingin.
Mengapa di dalam doanya Nabi Daud ’alihis-salaam perlu mengkontraskan cinta Allah dengan cinta dirinya sendiri, keluarganya dan air dingin? Sebab kebanyakan orang bilamana harus memilih antara mengorbankan diri dan keluarga dengan mengorbankan prinsip hidup pada umumnya lebih rela mengorbankan prinsip hidupnya. Yang penting jangan sampai diri dan keluarga terkorbankan. Kenapa air dingin? Karena air dingin merupakan representasi kenikmatan dunia yang indah dan menggoda. Pada umumnya orang rela mengorbankan prinsip hidupnya asal jangan mengorbankan kelezatan duniawi yang telah dimilikinya.
Jadi bagian terakhir doa Nabi Daud ’alihis-salaam mengandung pesan pengorbanan. Ia rela mengorbankan segalanya, termasuk dirinya sendiri, keluarganya sendiri maupun kesenangan duniawinya asal jangan sampai ia mengorbankan cinta Allah. Ia amat mendambakan cinta Allah. Nabi Daud ’alihis-salaam sangat faham maksud Allah di dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At-Taubah ayat 24)

Cemburu Buta, Cara Mengatasinya?

 
Sakit hati dan cemburu sering berujung pada keadaan gelap mata. Kasus cemburu yang menimbulkan pembunuhan semakin marak. Di Samarinda, Kalimantan Timur seorang istri yang cemburu membakar suaminya hingga tewas, Pedagang tirai bambu di Jambi hampir tewas ditikam sang istri karena cemburu korban jarang pulang. Gara-gara kepergok selingkuh dengan wanita lain, seorang pria di kabupaten Kutai Kartanegara, dibakar istrinya sendiri hingga tewas. Seorang pemuda di Tasikmalaya, nekat membunuh seorang janda mantan kekasihnya yang dicemburuinya. Cemburu karena mantan istri kerap digoda, dua pemuda kakak beradik di Tuban, Jawa Timur, tega membunuh tetangganya sendir. Melihat isi sms mesra istrinya dengan seorang pria, warga Desa Mojokerto cemburu dan gelap mata hingga akhirnya membacok pria tersebut.

Bagaimana mengatasi cemburu dalam Islam agar tidak menjadi bencana?

Cemburu Menurut Islam


Wajib hukumnya bagi suami memiliki rasa cemburu kepada istrinya. Nabi bersabda: “Tiga golongan yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya,wanita yang menyerupai pria dan dayuts.” (HR. Nasa’i, Hakim, Baihaqi dan Ahmad).  Dayuts adalah suami/kepala keluarga yang tidak cemburu terhadap istrinya. 

Suami dituntut untuk memiliki cemburu kepada istrinya agar terjaga rasa malu dan kemuliaannya. Cemburu ini merupakan fitrah manusia dan termasuk akhlaq mulia. Cemburu ini dapat menjaga dan melindungi harga diri dan keluarga dari tindakan melanggar syariat. Kerusakan akhlaq dan moral atas nama modernitas telah mengikis rasa cemburu ini. Suami tidak lagi sensitif dengan penampilan istri yang mencolok, busana yang tidak menutup aurat, istrinya digoda orang lain, istrinya berkhalwat dengan pria lain Akibatnya pintu perselingkuhan terbuka lebar hingga berujung pada kehancuran rumah tangga.

Sa’ad bin Ubadah ra berkata: “Seandainya aku melihat seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan menebas pria itu dengan pedang." Nabi saw bersabda: “Apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Sa`ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa`ad dan Allah lebih cemburu daripadaku” (HR Bukhari Muslim). 
"Sesungguhnya Allah cemburu, orang beriman cemburu, dan cemburuNya Allah jika seorang Mu'min melakukan apa yang Allah haramkan atasnya" (HR. Imam Ahmad, al-Bukhari dan Muslim).

Kisah Cemburu Istri-Istri Nabi

Nabi sebagai seorang suami memaklumi rasa cemburu istri dan tidak menghukumnya selama dalam batas kewajaran. Aisyah berkata:“Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Rasulullah seperti cemburuku kepada Khadijah, karena Rasulullah banyak menyebut dan menyanjungnya” (HR Bukhari Muslim). 
Aisyah berkata: “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita kecuali Khadijah?”. Nabi menjawab, “Dia beriman kepadaku ketika semua manusia mengkufuriku, dia membenarkan aku ketika semua manusia mendustakanku, dia mendukungku dengan hartanya ketika manusia menahannya dariku, dan Allah memberi rezeki kepadaku berupa anak darinya ketika aku tidak mendapatkan anak dari istri-istriku yang lain” (HR Ahmad).
Aisyah berkata dengan amarah akibat cemburu: “Allah telah menggantikan untukmu wanita yang lebih baik darinya”.  Rasulullah hanya menjawab, “Allah  tidak pernah menggantikan untukku wanita yang lebih baik darinya”.

Ketika Nabi berada di rumah seorang istrinya, istri beliau yang lain mengirimkan sepiring makanan untuknya. Istrinyatersebut segera memukul tangan pelayan yang membawa piring makanan hingga terjatuh. Nabi pun mengumpulkan pecahan piring dan makanan yang berserakan seraya berkata, “Ibu kalian sedang cemburu”.  Beliau lalu mengganti dengan piring yang masih utuh milik istri yang memecahkannya, sementara piring yang pecah disimpan. (HR Al Bukhari). 

Bila cemburu itu mendorong perbuatan yang diharamkan seperti mengghibah, maka Rasulullah tidak membiarkannya. Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, cukup bagimu Shafiyyah, dia itu begini dan begitu (pendek)”.  Rasulullah berkata: “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata, yang seandainya dicampur dengan air laut, niscaya akan dapat mencemarinya” (HR Abu Dawud). 

Ketika mendapatkan Shafiyyah menangis Nabi bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?."  Shafiyyah menjawab, “Hafshah mencelaku dengan mengatakan aku putri Yahudi”. Nabi berkata menghiburnya, “Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi, pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau adalah istri seorang nabi. Lalu bagaimana dia membanggakan dirinya terhadapmu?”.  Kemudian beliau menasihati, “Bertakwalah kepada Allah, wahai Hafshah” (HR An Nasa’i).

Bahayanya Cemburu Buta (Berlebihan)

Rasulullah bersabda: “Rasa cemburu ada yang disukai Allah dan ada pula yang tidak disukai-Nya. Kecemburuan yang disukai Allah adalah yang disertai alasan yang benar. Sedangkan yang dibenci ialah yang tidak disertai alasan yang benar (cemburu buta).” (HR. Abu Daud).

Menurut Mu’awiyah terdapat tiga macam kemuliaan, yaitu sifat pemaaf, mampu menahan lapar dan tidak berlebihan dalam memiliki rasa cemburu buta, karena berlebihan itu merupakan hal melampaui batas dan merupakan suatu kezhaliman terhadap pasangannya. 

Ciri cemburu buta: memonitor pasangan setiap waktu (kemana, dengan siapa, sedang apa), tidak mau mengakui kesalahan, tidak tenang, ingin selalu diajak ke mana pun dan kapan pun, kasar (sering marah, berteriak, memukul, merusak barang).

Cemburu buta itu merugikan, menyiksa jiwa, merusak kehidupan rumah tangga, mendorong pelanggaran syariat, seperti banyak mengeluh, mencela, berprasangka buruk sehingga menuduh orang yang tidak bersalah, curiga terhadap sesuatu yang belum jelas dan pasti, rasa was-was yang berasal dari setan (QS. An-Naas:3-6), pembunuhan, bahkan kekafiran karena membenci ketentuan hukum yang Allah syariatkan.  Allah swt berfirman, “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada ketentuan (syariat) yang diturunkan Allah sehingga Allah membinasakan amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).

Tips Mengatasi Cemburu Buta

Penyebab timbulnya cemburu buta adalah: lemahnya iman dan lalai dari mengingat Allah swt, godaan provokasi setan, hati yang berpenyakit, hanya fokus pada kekurangan pasangan, rasa minder dan kurang percaya diri, kurang menjaga syariat yang berkaitan dengan pergaulan pria dan wanita. Bisa juga pengalaman masa lalu yang kurang perhatian dari orang terdekatnya, atau terlalu dimanja. Akibatnya, setelah menikah ingin mendapatkan perhatian yang berlebihan dari pasangannya.

Cara mengatasi cemburuan buta: bertakwa kepada Allah swt, tenangkan hati dengan zikrulloh, bersihkan jiwa dari cemburu buta, jauhi perilaku menyakiti hati pasangan, mengumpulkan pahala yang besar dalam bersabar mengendalikan cemburu, menjauhi pergaulan yang buruk, berprasangka baik (positif thinking), hitung semua kebaikan pasangan, bersikap qana’ah (menerima segala ketentuan Allah swt dengan lapang dada), selalu mengingat kematian dan hari akhirat, berdoa mohon pertolongan Allah swt, sibukkan diri dengan amal sholeh, bangun kepercayaan dan keterbukaan terhadap pasangan, telfon monitoring yang berkali-kali jawablah sekali saja dengan tegas dan lugas lalu matikan, saling memberikan pujian pada pasangan. Wallahu a’lam.

Love in the age of forty


Ada cinta diusiaku yang ke 40, anakku yang bungsu bercerita, ditengah buka puasanya dengan mulut yang penuh, “Umi ada surprise dari kakak-kakak buat Umi, katanya kak Irfan mau bikin surprise pada jam 12, dengan kakak-kakak lain, dan kem…”anak bungsuku yang polos menceritakan sejenak rahasia yang harusnya dirahasiakan oleh semua anak yang ingin membuat surprise untukku yang genap kan berusia 40 tahun pada tgl 17 Agustus besok, dan kaki kakak-kakaknya di bawah meja, berebut menendang kaki bungsuku si Zaki yang hanya diam dengan cemberut, nampak menyesali kepolosannya dalam membuka rahasia. Dan diiringi pelototan kakak-kakaknya, maka si bungsu menunduk dengan perasaan bersalah yang amat sangat dan melanjutkan mengunyah.
Disitulah peranku sebagai seorang ibu dan juga wasit yang menengahi dengan pura-pura tidak mendengar ucapan bungsuku, dengan langsung bercerita: “kalian tahu tidak di Palestina itu, kan masjidil aqsho akan diruntuhkan, namun sudah dua kali dibom ternyata tidak berhasil tahu gak kenapa, itu sebetulnya dalam hati orang yahudi mereka takut sama orang Islam, kalian tahu gak siapa yang akan membuat yahudi kalah, kata Rasululloh adalah sekelompok kecil orang yang tidak diperhitungkan, tidak diketahui dan sangat beriman, kira-kira siapa ya orang-orangtersebut..?” kataku dengan sungguh-sungguh dan mimik serius.
Alhamdulillah usahaku berhasil dan anak-anak segera beralih membicarakan yahudi dan palestina dan lain-lain yang membuat kami jadi bersatu lagi dalam pembicaraan dan si kecil walau tetap tidak berani lagi bicara, sudah nampak agak tenang dan terakhir bahkan bertanya dengan lucu: “Mereka kenapa tidak pindah saja ke Indonesia ya mi, bisa makan chiken wing, bisa makan mie ayam, kalau sudah kuat terus berjihad lagi,” demikain tuturnya.
Kakak yang khawatir bungsuku membuka rahasia lagi segera bangun dan bergegas cuci piring agar rahasia mereka tidakterbuka, namun dalam hati kecilku aku terharu, ternyata mereka sayang padaku, mereka sibuk bikin rahasia dan si kecil sibuk membuka rahasia agar Umi bahagia.. hmmm diusia menjelang 40, aku tidak ingin beroleh hadiah apa-apa, hanya rasa sayang dan cinta, yang mungkin susah untuk diungkapkan oleh suami dan anak-anak namun sangat terasa kasih sayangnya…kata orang life begin at forty… kataku love.. feel deeply at forty…

Al-Habib (pecinta) dan Arrohiem (Kekasih)


Allah S.W.T. Sang Kekasih mencintai sang pecinta,
Ketika semua orang melupakanNya, ia setiap saat selalu berdzikir, mengingat, dan merindukanNya.
Ketika semua orang meninggalkan dan melalaikan sholat lima waktu, ia tidak pernah meninggalkan dan selalu melaksanakannya di awal waktu.
Ketika semua orang mengabaikan sholat sunnah, ia selalu menjalankannya sebagai penyempurna sholat wajib.
Ketika semua orang tidak khusyu menjalankan sholat karena di hatinya dipenuhi pikiran dan nafsu dunia, ia menjalankannya dengan khusyu seolah melihatNya, penuh kerinduan ingin bertemu Allah S.W.T., kekasihnya.
Ketika semua orang merasa terpaksa, bermalas-malasan, dan menunda menjalankan sholat, ia segera melaksanakannya karena ingin bertemu, mengadu, dan merasa bahagia bersama Sang Kekasih.
Ketika semua orang tidur terlelap di malam hari yang dingin, ia gelisah dan terbangun untuk menjalankan sholat tahajjud karena kerinduan yang sangat untuk bertemu, berbicara, berkeluh kesah, dan menangis di hadapan kekasihnya.
Ketika semua orang meninggalkan masjid, ia selalu merindukan dan memakmurkannya karena ingin memuji dan mencintai Sang Kekasih, Allah S.W.T., ingin bertemu dan berkasih sayang dengan sesama saudara muslim.
Ketika semua orang meninggalkan Al Quran, ia selalu ingin dan rindu membaca “surat cinta” dari kekasihnya itu dan memenuhi keinginan dan nasihatNya dalam surat itu.
Ketika semua orang tidak peduli dan begitu mudah membuat murka Allah S.W.T., ia sangat berhati-hati dalam setiap perbuatan lahir dan batinnya agar Sang Kekasihnya itu tidak bersedih dan marah.
Ketika semua orang takut mati, ia menghadapi kematian dengan penuh senyum dan kebahagiaan karena ia akan bertemu dengan Allah S.W.T dan RasulNya, para kekasihnya yang ia sangat rindukan dalam hidupnya.
Ketika semua orang menginginkan dan memperebutkan dunia, ia justru mencampakannya dan memilih kehidupan akhirat yang kekal, tempat dimana ia akan bertemu dengan Sang Kekasih dan tidak ada lagi kesedihan, kesusahan, dan penderitaan.
Ketika semua orang berkeluh kesah, memprotes, dan marah pada Allah S.W.T. atas musibah, ujian, kesulitan, dan penderitaan yang ditakdirkan kepadanya, ia justru bersyukur, bersabar, ikhlas dan bahagia karena semua itu sebagai tanda bukti cinta Sang Kekasih Allah S.W.T padanya untuk menghapus segala dosanya.
Ketika semua orang gelisah, tertekan, takut, dan sedih karena dunia, ia merasa tenang, tentram, dan bahagia karena Allah S.W.T. kekasihnya selalu dekat, menghibur, melindungi, menemani, dan bersamanya dalam setiap nafas kehidupan.
Ketika semua orang berbuat karena manusia dan nafsu dunia, ia berbuat segala sesuatu karena dan hanya untuk Sang Kekasih, Allah S.W.T.
Ketika semua orang melihat manusia, makhluk, dunia dan segala isinya, ia hanya melihat Allah S.W.T., Sang Kekasih yang ia sangat cintai dan rindukan dalam hidupnya.

Ya Allah, jadikanlah aku pecinta dan kekasih sejatiMu di dunia dan di akhirat!

Senin, 22 September 2014

Uwais Al Qarni Menggendong Ibunya Naik Haji


 
Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Bila Ibu Terlalu Sayang

Hasil gambar untuk kartun ibu tersayang
“Jadi begini bu, gigi geraham anak ibu sudah mulai tumbuh, nah proses gigi geraham sampai sempurna itu kira-kira setahun. Namun belum sampai setahun saat  pertumbuhan baru setengah, gigi geraham ini sudah bolong setengah,” ucap dokter gigi yang bertubuh besar namun lembut  menerangkan dengan perlahan-lahan kepada sang ibu. Dokter gigi itu pun nampak gemas dengan mengatakan kepada sang ibu; “ini pasti karena anaknya malas sikat gigi yah Bu, harusnya dikontrol anaknya Bu, paling kurang dua kali sehari menggosok giginya dan cara membersihkan giginya itu harus rapih dan teratur, kurangi makan yang manis-manis, minuman panas, minuman dingin karena dikhawatirkan akan membuat gigi menjadi rapuh.”
Sang ibu yang dikenal dengan Bunda Esti, yang siang terik itu membawa anaknya yang bernama Ihsan berobat ke dokter gigi, hanya bisa termangu dan kemudian mencubit kecil lengan anaknya. “Tuh kan, apa bunda bilang, kamu sih malas benar gosok gigi, maunya makan coklat melulu…” ucap Bu Esti kepada anaknya.
Ihsan kecil yang bertubuh gembul dan berwajah lucu hanya bisa meringis kesal. “Aduuuuuh… sudah sakitnya setengah mati, dokter malah cermah lagi, bunda juga malah marah-marah terus, gimana sih gak pengertian amat,” gerutu kecil Ihsan. Namun tak lama kemudian “astagfirullahaladzhim, astagfirullahaladzhim”  ucap Ihsan. Ihsan teringat kata ustadz Tarkim yaitu kalau ada yang sakit, banyak-banyak istighfar karena ketika kita sakit namun kita  ikhlas maka dosa-dosa akan dihapusakan. “Yaa Allah, cuma Engkau yang bisa menolong aku, dokter dengan bunda malah marah-marah saja,” doa Ihsan dalam hati.
“Oke, oke aku akan gosok gigi lima kali sehari bunda, pagi lalu sore lalu ketika selesai makan nasi dan ayam goreng, tapi cepet dong bunda sakittt nih…” keluh Ihsan sambil tangannya yang bulat memegang pipinya yang terlihat kemerahan karena membengkak. Dokter Riko tidak bisa melakukan perawatan apapun karena gusi yang berada dibelakang gigi Ihsan membengkak sehingga Ihsan harus pulang dulu dan mengempiskan bengkaknya dengan obat yang ditulis dokter Riko.
Dokter Riko menyalahkan bunda, bunda menyalahkan Ihsan lalu ketika ayah pulang, ayah menyalahkan bunda karena menurut ayah, bunda terlalu memanjakan Ihsan. Ayah juga mengatakan bahwa bunda juga tidak disiplin, bunda tidak tegaan, mentang-mentang Ihsan anak bungsu, dan kebetulan Ihsan berwajah bulat lucu, kalo Ihsan merengek minta makanan dan cemilan apa saja dan pada jam berapa saja, bunda selalu kabulkan. Seringkali Ihsan keasyikan nonton film kartun sampai jam 8 malam, sehingga ketika selesai makan malam, lalu film kartunnya selesai, Ihsan pun lalu mengantuk dan terlelap di sofa. Bunda dengan penuh kasih sayang menggendong Ihsan ke dalam kamar lalu menyelimutinya, mematikan lampu, lalu membisikkan doa mau tidur, terakhir mengecup kening Ihsan tanpa menyuruh Ihsan untuk menggosok gigi sebelum tidur.
Begitupun di pagi harinya, bunda tidak menyuruh Ihsan menggosok gigi dengan semua alasan Ihsan yang selalu ditoleransi bunda. Ihsan merasa kedinginan giginya kalau pagi-pagi menggosok gigi. Menurut ayah kenapa bunda tidak berpikir kalo memang itu alasan Ihsan tidak mau sikat gigi, mengapa bunda tidak menyuruh Ihsan untuk menggosok gigi dengan air hangat saja..? Menurut ayah bunda terlalu sayang pada Ihsan sehingga kasih sayang bunda membuat Ihsan kehilangan gigi graham disaat usianya masih kecil. Dan sakitnya menurut Ihsan luarbiasa dan” akh bunda… cintai aku dengan serius dong…”
Sesuatu yang berlebihan memang biasanya tidak baik. Begitu pula dengan kasih sayang yang berlebihan akan membuat anak tidak mandiri dan mungkin tidak disiplin seperti Ihsan. Semua itu Allah telah berikan kadarnya, begitu pula dengan kasih sayang. Allah mengajarkan kasih sayang dengan tanggung jawab dan juga kelembutan. Bunda Esti dapat mengajarkan Ihsan bertanggung jawab  terhadap kesukaannya memakan yang manis-manis dengan mengajarkannya untuk menggosok gigi setelahnya. Begitu pula dengan hal lainnya yang dapat diterapkan untuk memberikan kasih sayang pada buah hati kita.

Malam Penganten Helah


Tak ada makhluk lain yang kuserapahi selain Ma’il. Muak mengenang nama lelaki pincang itu. Aku yang sejak dulu merasa selalu menjadi orang baik-baik dibuatnya menjelma seorang pemanggul dendam; mengutuk seraya hendak mencincang tubuhnya selayak penjual daging sapi kiloan di pasaran.
“Katakan pada Ma’il jangan sekali-kali menindak tanah desa ini atau sampai kutemui batang hidungnya bila tak ingin kupenggal lehernya dengan celurit!” olokku pada setiap warga Pangsonok, desa kelahiran anak pengecut itu, yang kerap kujumpai di pasar Kemisan.
Matahari menggantung di atas pasar semakin mengaduk tempurung kepalaku. Remeh temeh transaksi. Merah mataku karena terik itu. Terbakar serasa sekujur badan seperti kayu kering terpanggang di pembaraan. Sejak Ma’il menjadi helah,[1] ingin rasanya betapa kumis rimbunnya kujadikan sangkar burung ketitit.
“Katakan pada pengecut itu, hai orang-orang Pangsonok! Kutunggu carok besok siang di pekuburan Ki Agung Langkar! Ingat, besok tepat siang bolong! Awas kalau tak kalian sampaikan, kalian juga akan turut menerima amarahku!” Sengakku berkali-kali, tetapi  mereka tetap merespon seperti biasa: memandang sinis sebagai orang tak waras.
Sial! Kepalaku serasa meledak, harus mencari perteduhan. Aha, loak penjual perkakas besi. Lumayan di sana. Kulihat-lihat ratusan celurit mana yang kira-kira pas memenggal leher anak pengecut itu. Betapa bagus semua segala jenis tempaan besi melengkung itu. Geramku menyengat. Ah, bayangan Ma’il turut melengkung. Jatuhlah pilihan pada sebuah celurit paling besar, keras, tajam dan mengkilap. Celurit takabuwan.
Lokana dheging bisa ejai’, lokana ate tada’ tambena kajabana ngero’ dara (daging yang terluka masih bisa dijahit, tapi jika hati yang terluka, tidak ada obatnya kecuali minum darah). Kubayangkan bidang tajam takabuwan mengorok leher Ma’il. Mencincang-cincang tubuhnya menjadi daging kiloan yang akan kujual eceran ke neraka.
E..e…hus…hus. Jangan sentuh barang itu. Pergi sana. Dasar orang gila!” Seketika si penjual merampas celurit itu. Berkali-kali tangannya digerakkan maju-mundur.
***
Ma’il adalah orang yang kupercaya sebagai malaikat yang bisa menolong biduk perkawinanku yang telah retak. Aku mengemis kesudiannya mengawini Marhani, isteriku yang di luar kesadaran kumenjatuhkannya talak tiga. Benar-benar di luar kesadaran. Aku sangat mencintai Marhani. Sumpah, karenanya, dulu aku berani mati sekedar mengais tanda restu orangtua sampai berani bertandang hendak meminang meski sejelasnya jelas berulangkali ditolak mentah-mentah.
“Besar juga nyalimu, Cong! Marhani itu anakku, juragan tembakau! Juragan tembakau! Juragan tembakau!” Geram. Melotot. “Kau orang miskin, berandal, pengangguran. Silsilahmu juga yang tak jelas!” Nyaliku carut-marut tertindas. Kakiku menunduk menjauhi rumah mentereng itu.
Suatu hari pada hari pasaran, Marhani tiba-tiba memanggilku dari jauh. Aku setengah tak percaya mengajak duduk di bawah pohon ketapang. Di pinggiran ujung-ujung jagung menguning di tegalan.
“Maaf karena sikap orangtuaku, Cak,” katanya setengah terbata. Malu, mungkin. “Aku tahu Cacak ke rumahku. Aku senang Cacak hendak meminangku,” Ujung sampirsarungnya dipintal-pintal. Bias matanya menghablur pada batang dan daun jagung.
“Senang? Estoh![2]”Aku kaget campur lega-bahagia. Tekadku tak bertepuk sebelah tangan. Kupikir ia tak suka karena kerap mengindahkan sapaanku.”Oh, berarti kau juga mencintaiku?!” Marhani mengangguk pelan.
Saban hari setelah itu, aku sering menemui Marhani di pasar, di pinggir jalan, atau di tegalan. Merajut tangkai-tangkai asmara secara rahasia. Lain itu, akal terus berjalan memikirkan bagaimana cara mendapatkannya secara ‘halal’. Betapa di desa Pangsenok keagungan norma dan adat desa tak bisa ditolerir dengan apa pun.
Lagi. Kuberanikan diri menemui orangtua Marhani. Lagi. Selalu. Berakhir sama. “Kacong alas, apa yang bisa kau berikan, hah? Pulang, pulang!” Ah, aku diumpatnya lagi.
Sejurus, sisa belajar agama di pesantren berkelindan. Kawin lari! Ya, Kawin Lari! Perbuatan demikian diperbolehkan oleh agama asalkan menempuh jarak perjalanan jauh yang telah ditentukan. Di sana, di tempat pelarian, aku bisa mengawininya melalui wali hakim. Ya! Wali hakim.
Berbulan-bulan aku dan kekasihku Marhani tinggal di luar pulau kelahiran, meninggalkan Madura, menjadi perantau. Melupakan semua kerisauan, termasuk orangtua Marhani akan anak perawan kesayangannya yang raib karenaku. Kami menjadi sepasang suami-istri dan menghabiskan seluruh waktu bersama di perantauan. Sampai kami memutuskan pulang kampung, setelah berpikir matang, guna menjelaskan segala ihwal peristiwa. Mulanya, orangtua Mrhani mendampratku dan menggunjing kepada setiap orang bahwa diriku adalah ahli neraka. Umpatan itu kuterima adanya. Lama-kelamaan restunya menguap meski cukup berat.
“Kau harus membangun rumah sendiri, dan membelikan istrimu perhiasan yang banyak! Kalau gagal, kugali sendiri kuburanmu. Ingat itu, Cong!” Ancam orangtua Marhani. Serasa kelelakianku dilecehkan. Aku tertantang. Kalaupun tidak karena cinta, aku takkan rela dijadikan bahan umpatan dan bahan makian.
Malam larut. Suara jangkrik saling pagut. Angin berdesir di pelepah siwalan. Aku mengiba meminta izin istriku barang satu atau dua tahun merantau guna memenuhi persyaratan itu. Mata Marhani berkelindan haru. Separuh wajahnya terpotong cahaya dhemar talempek.[3] Ia terisak sedang aku mendengus.
Setahun lebih dalam perantauan, cukup ampuh menjadikan kulitku gelap arang tempayan. Tapi aku senang. Setidaknya beberapa lembar uang berwarna merah campur biru langit sudah cukup tebal masuk kantong. Sedikit lagi. Ya, sedikit lagi. Oh, Bagaimanakah kekabar istriku di sana?
Kuterima sepucuk surat darinya. Terperanjatlah aku. Hamil muda setelah kutinggal setahun lebih? Ah, rasanya tak masuk akal! Apakah ia telah selingkuh? Berzinakah dengan lelaki lain? Keputusanku pulang kampung disimbahi letupan amarah. Di dalam perjalanan menuju pulau Madura, mataku selalu panas. Selalu Awas. Geraham tek berhenti beradu. Ingin rasa, sesampai di rumah, kuceraikan Marhani. Dua tahun kutinggalkan, kenapa baru hamil muda? Aneh. Selingkuh!
Dugaanku tak meleset! Marhani tengah bersenda-gurau dengan seorang lelaki muda di teras depan ketika kutapakkan kaki di halaman.”Marhani…! Dasar kau istri durhaka! Neraka!” Kalap tanpa salam. Marhani dan lelaki muda itu terperanjat, panik dan tanya. Kuperhatikan perut istriku ternyata tak sebuncit orang hamil.
“Cak, kau sudah pulang?” Layaknya orang yang seakan tanpa dosa bergegas ia menghampiriku.
“Alah, Jangan memanggilku Cak lagi! Kau istri durhaka! Kualat! Ahli neraka jahanam!”
Kenapa kau berkata demikian, Cak?” heran.
“Istri biadab! Tega kau bermain belakang!”
“Aku tidak mengerti, Cak.
“Alaaah… Kau berbuat selingkuh ketika aku di rantau, bukan? Lihatlah, bersama siapa kau saat ini, hah?! Siapa lelaki itu!” Apa peduliku Marhani terkaget atau tidak. Apa peduliku dengan suaranya tersengal dan nyaris tak dapat berbicara karena guruhan tuduhanku. Dalam situasi semacam ini mustahil keperempuannya melangkahi kelelakianku.
“Buu..bukan. Dia… dia… Dia keponakanku!” Marhani gugup.
“ Alah, banyak alasan! Kucerai saja kau! Talak! Talak! TALAK TIGA!” tuntaslah apa yang hendak kupungkas. Marhani terisak dan minta ampun. Aku tak menolehnya sedikit pun. Segera, kutinggalkan pergi. Ah, apa peduli.
***
Betapa yang bercokol di otakku ternyata tak berbanding lurus dengan apa yang terjadi: surat yang kuterima saat di rantau adalah sepucuk surat basi yang dikirim Marhani setahun sebelumnya, saat ia hamil muda yang kemudian janinnya gugur. Surat itu telat datang. Dan, adalah benar lelaki muda bersamanya bukanlah seorang selingkuhan, melainkan keponakan jauhnya sendiri yang kebetulan sedang bertamu, yang tak kuingat sama sekali. Sesal dan kesal merajam. Semua jadi berantakan!
Kutemui kiaiku sewaktu dulu guna meminta solusi. Beliau menyarankan harus ada pernikahan helah setelah masa ‘iddah.[4] Helah adalah seorang lelaki perantara yang dapat menghalalkan kembali rujukan orang yang sudah ditalak tiga. Ia harus menikahi perempuan yang ditalak tiga itu kemudian harus wathi’.[5] Setelah itu, sesudah helah menceraikannya, lelaki yang pernah menjatuhkan talak tiga boleh rujuk kembali.
Seperti sebuah pelor lepas, jawaban itu merajam jantung. Sakit. Perih. Tak mungkin perempuan yang kucintai dihadiahkan secara cuma-cuma kepada lelaki lain, terlebih dalam pernikahan. Suka tidak suka jalan ini harus kutempuh jika ingin bergaul lagi dengan istriku.
Aku mencari seorang lelaki yang kira-kira tak mungkin dicintai sesiapa saja, termasuk Marhani. Kupilih lelaki paling jelek, dan kalau bisa cacat. Sampai kutemukan Ma’il, anak muda desa Pangsonok bertubuh dekil, kerempeng, dan pincang. Kupinta ia menjadi helah dengan iming-iming seekor sapi jantan. Ia mau bersepakat, bersegera menceraikan setelah mewathi’ istriku.
“Ingat, kau cuma helah, hanya perantara!” ancamku.
Lumayan bisa tenang, walau sebetulnya begitu terpukul dan hasut kepada Ma’il manakala menyatakan ijab-kabul kepada modin di depan kelopak mataku sendiri. Lebih-lebih ketika kuintip malam pertamanya melalui celah-celah tabing.[6] Kusaksikan Ma’il menyantap tubuh istriku. Ma’il mengecup bibirnya, dagunya, dan seterusnya…
Ah, tak tahan! Kesabaran ambruk. Cemburu meletup.
“Dasar pincang! Bajingan kau Ma’il!” Kulabrak pintu kamar, mengobrak-abrik malam pertama mereka. Marhani dan Ma’il yang cuma bertabirkan seutas selimut mendadak terperangah.
“Patek! Bajingan kau!” umpatku. Kugampar sepotong kayu seadanya ke arah kepala Ma’il. Rupanya ia cukup gesit berlari, terpincang-pincang ke luar kamar dengan sehelai sampirsarung.
Kupandangi Marhani. Melongo. Tak percaya.
“Pernikahan ini kehendakmu! Kenapa kau lakukan ini?! Apa sebenarnya yang kau inginkan?”
“Rujuk.”
“Tapi kau buat penikahan ini berantakan!”
“Aku cemburu!”
“Tak bisa kau merujukku tanpa perantara Ma’il!”
Ah, persetan itu agama!”
“Bajingan kau!” umpatan yang pertama kali kudengar seumur hidup dari perempuan yang kugandrungi.
“Aku cemburu, Marhani…! Si pincang mau mencumbui istriku di mataku.”
“Istrimu? Siapa? Aku? Bukankah kau telah mentalak tiga? Aku sekarang bukan istrimu lagi. Istri Ma’il. Aku kini istri Ma’il, bukan istri lelaki biadab macam dirimu!” Kutampar keras pipinya. Tubuhku gemetar dalam penyesalan, tapi egoku tak sudi minta maaf. Kutinggalkan saja dirinya, mengejar si pincang.
Berwaktu-waktu, berhari-hari, berbulan-bulan kuhabiskan memburu jejak Ma’il yang kurang ajar membawa kabur Marhani. Perbincangan orang-orang di pasar, muak kutelan: Ma’il dan Marhani, berdua lebih akur ketimbang denganku. Jelaslah tersinggung. Ma’il tetaplah si pincang pengecut yang lari dengan perempuan kualat. Maka, kerap kali kujumpai orang-orang Pangsonok, tentulah aku menitipkan salam padanya.

Kamis, 18 September 2014

Cinta Sejati yang Barokah


 

Istriku tidak cantik, standar dan biasa saja. Aku juga sadar bahwa dia tidak cantik dan kalau bersanding denganku maka aku nampak lebih rupawan dari dia. Badannya kecil ada dibawah dadaku, juga kulitnya agak hitam, lebih putih kulitku, satu lagi kakinya agak pincang, yang kanan lebih kecil sedikit daripada yang kiri. Aku menyadarinya ketika aku sudah menikahinya, namun aku sadar bahwa aku telah memilih dia dengan ikhlas dihatiku, kan aku yang memilih, bukan dia yang memaksa, dan walau istriku tidak cantik, namun aku mencintainya. Allah taburkan rasa cinta itu ketika malam pertama aku bersamanya.
Dimataku dia tetap tidak cantik, namun aku nyaman bila melihat senyumannya. Dia selalu menerima apa adanya aku, sempat aku pulang tidak bawa gaji seperti yang dijanjikan di lembar penerimaan karyawan bahwa gajiku tertera 4 juta sekian-sekian, namun karena aku selalu terlambat dan juga sering bolos lantaran mengantar si kecil ke rumah sakit dan juga si sulung ke sekolah maka hampir 40 % gajiku dipotong. Subhanallah dia tidak bersungut, malah segera bersiap menukar menu makanan dengan yang lebih sederhana dan bersikeras meminjam komputer butut kami untuk menulis artikel yang dikirimkannya ke beberapa majalah yang terkadang satu atau dua artikel ditayangkan, dan baginya itu sudah Alhamdulillah bisa menambah sambung susu anakku.
Istriku tidak cantik, namun aku ingat, banyak sekali sumber daya alam yang buruk bahkan legam dan membuat tangan kotor namun tetap dicari, diburu dan dipertahankan orang, seperti batubara. Istriku mungkin bukan emas, dia mungkin batubara, keberadaannya selalu menghangatkan hatiku dan selalu membuatku tidak merasakan resah. Aku membayangkan bila aku menyimpan batubara satu kilo dirumahku dibandingkan dengan menyimpan emas satu kilo dirumahku, maka aku tidak akan dapat berjaga semalaman bila emas yang kusimpan. Namun bila batubara yang ku simpan, aku masih punya izzah ada barang yang ku simpan yang cukup berharga, namun aku tetap dapat tidur nyenyak dengannya.
Bayangkan bila istriku sangat cantik, mungkin aku tidak akan tenang membayangkan dia ke pasar dilirik semua lelaki, membayangkan dia sms-an dengan bekas pacar-pacarnya dulu, membayangkan mungkin dia bosan padaku. Akh.. aku bersyukur istriku tidak cantik sehingga aku bisa tidur nyenyak walau banyak nyamuk sekalipun. Istriku tidak cantik, namun dia adalah istri terbaik untukku.
Pesanku: aku selalu melihat sisi baik dari istriku yang membuatku merasa sama dan nyaman dengannya.

Al-Jazirah Foundation


Dengan membaca : BISMILLAHIRROHMANIR ROHIEM, Yayasan Al-Jazirah membuka Tabungan Umum untuk masyarakat luas dan Insya-Alloh dengan banyak menabung kita akan dapat meraih masa depan dengan lebih terencana dan barokah. amien...

Petaka Cinta Remaja


 

Kasus larinya seorang mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri karena mengejar sang pacar, cukup menghebohkan. Pasalnya ia nekad menghilang dari rumah dan meninggalkan kuliahnya, padahal sang ayah berani mati-matian menjual ginjalnya untuk pendidikan masa depannya.

Begitupula beberapa saat yang lalu, kita dikejutkan dengan pembunuhan Angelina Sara oleh mantan kekasihnya yang membuat kita menggelengkan kepala. Mahasiswi ini meregang nyawa, saat dirinya disekap dan disiksa dalam mobil pribadi tersangka. Lucunya, kekasih dari tersangka ikut membantu aksi pelaku, lantaran dibakar api cemburu.

Di kemudian hari, hal yang serupa tapi tak sama juga terjadi dikalangan pemuda ibukota lainnya. Seorang pemudi tewas dihabisi oleh mantan kekasih yang dibantu oleh rekan-rekannya, karena sakit hati yang diderita. Sungguh ironi, merujuk bahwa cinta berujung dengan bahagia, bukan dengan petaka.

Fenomena cinta remaja yang terjadi di sekitar kita, seolah membuka mata bahwa banyak orangtua yang melalaikan tugasnya. Fungsi pengajaran dan pengawasan, kini mulai terserabut dari akar didikan norma para orangtua. Orangtua lebih suka menyerahkan anaknya, untuk dididik oleh pihak lain seperti sekolah atau bahkan yang lebih buruk lagi, pembantu rumah tangga. Lemahnya sikap serta perilaku mendidik yang diberikan orangtua kepada anaknya kini, menjadikan pribadi sang anak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Walhasil, muncullah generasi ‘cabe-cabean’ dan ‘terong-terongan’ dikalangan remaja belia, sebagai buah dari kelalaian orangtua.

Sebagai muslim, tentu kita sadar betul bahwa mengembalikan fungsi parenting adalah kewajiban. Kegagalan orangtua dalam mendidik anaknya, akan menjadi hal yang mesti dipertanggungjawabkan kepada sang Khalik. Bahkan dalam suatu riwayat, para orangtua bisa saja masuk neraka, meski mereka telah melakukan banyak amalan ibadah. Mengapa? Sebab mereka tak mampu menularkan ‘semangat beribadah’ kepada sang anak serta mendidik anaknya untul rajin beribadah. Olehkarena itu, menjadi faktor terpenting bagi para orangtua untuk mendidik anaknya dengan pemahaman agama.

Sepintas memang tidak mudah untuk memulai mendidik anak-anak generasi masa kini. Tak tersekatnya batas pergaulan serta media informasi pengetahuan, menjadikan beberapa orangtua merasa kelimpungan terhadap sikap dan perilaku sang anak. Namun, melalui cinta ,pemahaman serta karakter yang kuat dari para orangtua, mendidik anak bisa saja menjadi hal yang sesulit dibayangkan. Hal tersebut dapat dicapai oleh tingkat keimanan orangtua, dan luasnya wawasan terhadap sendi-sendi nilai kehidupan. Dengan demikian, kedepan kita tentu boleh berharap bahwa ummat ini bangkit karena mental keimanan para orangtua.

SEJARAH JAWA (History Of Java)

java
Ada satu buku yang sudah lama hilang, dan sulit mencarinya. Buku itu adalah  “The History of Java” (karya analisa Thomas Stamford Raffles, 1817). .
Buku History of Java telah menjadi salah satu sumber sejarah paling awal dan paling penting untuk mengetahui kehidupan beragama, budaya , aturan  masyarakat Jawa pada masa lalu. Raffles yang sangat terobsesi dengan eksotisme  Jawa merekam dengan sangat baik dan detail keragaman dan keunikan tanah Jawa dan penduduknya serta segala perkembangan Agama agama saat itu, budayanya dan aturan aturan yang ada.
Buku asli Raffles (1817) sebenarnya terdiri atas dua volume. Volume pertama merupakan uraian inti tentang Jawa secara lengkap. Volume kedua berisi informasi tambahan dan lampiran-lampiran. Di dalam terjemahan ini, kedua volume telah disatukan menjadi satu buku.
Karier awal Raffles (1781-1826) sebagai juru tulis sebuah perusahaan Hindia-Timur (1795) memberikan latar belakang ketekunannya sebagai penulis. Raffles berada di Jawa pada 1811-1816, pertama kali sebagai Lieutenant Governor of Java yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal Inggris di India yaitu Lord Minto (nama aslinya Sir Gilbert Elliot Murray-Kynynmond). Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Jawa sampai 1816. Saat Jawa kembali ke tangan Belanda, Raffles tengah menggagas dan mengerjakan proyek arkeologi dan botani di Jawa. Kemudian sampai tahun 1823 Raffles menjadi Gubernur di Bengkulu. Beberapa wilayah di Sumatra (Belitung, Bangka dan Bengkulu) memang berdasarkan suatu perjanjian tak diserahkan ke tangan Belanda.
Hati Raffles sebenarnya telah tertambat dengan Jawa dan ia benci Belanda kembali berkuasa di Jawa. Tahun 1819 Raffles menggagas pusat perdagangan di Pulau Singapura dalam kerja sama dengan Tumenggung Sri Maharaja penguasa Singapura. Inggris diizinkan mendirikan koloni di Singapura dengan syarat Inggris melindungi para pedagang Singapura dari Belanda dan Bugis. Raffles bersumpah Singapura akan dijadikan koloni baru yang meskipun kecil, namun akan jauh lebih maju dari Tanah Jawa yang dikuasai Belanda.
Karena situasi politik, tahun 1823 Raffles meninggalkan Indonesia (Bengkulu) dan tiga tahun kemudian meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45. Dan  ia meninggal dalam usia yang masih tergolong muda. Raffles juga yang menggagas pendirian Kebun Raya Bogor dan membantu botanist Prof. Reindwardt (Belanda) dengan ahli2 dari Inggris untuk menyelesaikannya dan meresmikannya pada tahun 1817. Kebun Raya dan kebun binatang di Singapura yang terkenal itu juga didirikan oleh Raffles.
Semua jejak dan karya Raffles terekam dalam buku History of Java. Buku ini adalah referensi komprehensif tanah Jawa, dan sebuah buku yang membahas buku-buku tentang Indonesia yang terbit pada abad ke-19.

Rabu, 17 September 2014

Amirul Mu'minin itu Tidur di Masjid

 
Panglima perang yang memimpin penyerangan ke Persia, Utbah bin Ghazwan, menerima surat perintah Amirul Mukminin, Khilafah Umar bin Khatthab, meminta agar mengirim sepuluh orang prajurit utama dari pasukannya yang telah berjasa dalam perang. Perintah itupun segera dilaksanakan oleh Utbah. Beliau mengirim sepuluh orang prajuritnya yang terbaik kepada Amirul Mukminin di Madinah, termasuk Ahnaf bin Qais. Berangkatlah mereka ke Madinah menemui Amirul Mukminin Umar ibn Khatthab.
Ketika mereka tiba di Madinah langsung disambut oleh Amirul Mukminin dan dipersilahkan duduk di majelisnya. Amirul Mukminin Umar Ibn Khatthab menanyakannya dan kebutuhan rakyat semuanya. Mereka berkata : “Tentang kebutuhan rakyat secara umum Amirul Mukminin lebih tahu, karena Amirul Mukminin adalah pemimpinnya. Maka kami hanya berbicara atas nama pribadi kami sendiri”, ucap diantara prajurit yang hadir di majelis itu.
Saat itu, Ahnaf bin Qais mendapatkan kesempatan terakhir berbicara, karena ia terhitung yang paling muda, diantara para prajurit yang ada. Kemudian, Qais berkata : “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya tentara kaum muslimin yang dikirim ke Mesir, mereka tinggal di daerah yang subur menghijau dan tempat yagn mewah peninggalan Fir’aun", ucap Ahnaf.
"Sedangkan pasukan yang dikirim ke negeri Syam, mereka tinggal di tempat yang nyaman, bnayak buah-buahan dan taman-taman layaknya istana. Sedangkan pasukan yang dikirim ke Persia, mereka tinggal di sekitar sungai yang melimpah air tawarnya, juga taman-taman buah-buah peninggalan para kaisar”, ujar Ahnaf.
Namun kami dikirim ke Bashrah, mereka tinggal di tempat yang kering dan tandus, tidak subur tanahnya dan tidak pula menumbuhkan buah-buahan. Salah satu tepinya laut yang asin, tepi yang satunya hanyalah hamparan yang tandus. Maka perhatikanlah kesusahan mereka wahai Amirul Mukminin. Perbaikilah kehidupan mereka perintahkan gubernur Anda di Bashrah untuk membuat aliran sungai agar memiliki air tawar yang dapat menghidupi ternak dan pepohonan. Perhatikanlah mereka dan keluarganya, ringankanlah penderitaan mereka, karena mereka menjadikan hal itu sebagai sarana untuk berjihad fi sabilillah”, tambah Ahnaf.
Umar merasa sangat takjub mendengar uraian Ahnaf, kemudian bertanya kepada utusan yang lain. “Mengapa kalian tidak melakukan seperti yang dia lakukan”, tanya Umar. “Sungguh dia (Ahnaf) adalah seorang pemimpin”, ujar seorang diantara prajurit itu.
Kemudian Umar mempersiapkan perbekalan mereka dan menyiapkan perbekalan untuk Ahnaf. Namun, Ahnaf berkata: “Demi Allah wahai Amirul Mukminin, tiadalah kami jauh-jauh menemui Anda dan memukul perut onta selama berhari-hari demi mendapatkan perbakalan. Saya tidak memiliki keperluan selain keperluan kaumku seperti yang telah saya katakan kepada Anda. Jika Anda mengabulkannya, itu sudah cukup bagi Anda”, tegas Ahnaf. Rasa takjub Umar semakin bertambah, lalu Umar berkata : “Pemuda ini adalah pemimpin penduduk Bashrah”, tegas Umar.
Usai mejalis itu dan para utusan meninggalkannya, dan pergi ke tempat menginap yang sudah disediakannya. Umar melayagkan pandangannya ke barang-barang mereka. Dari salah satu bungkusan tersembul sepotong pakaian. Umar menyentuhnya sambil bertanya : “Miliki siapa ini?”.
Ahnaf menjawab : “Milik saya Amirul Mukminin”, jawabnya. Kemudian Umar bertanya : “Berapa harganya baju ini tatkala kamu membelinya?”. Ahnaf berkata : “Delapan dirham”, sahutnya. Ahnaf tidak pernah berbohong, kecuali kali ini, yang sesungguhnya baju itu dia beli dengan harga 12 dirham.
Umar menatapnya dengan penuh kasih sayang. Dengan halus dia berkata : “Saya rasa untukmu cukup satu potong saja, kelebihan harta yang kau miliki hendaknya kamu pakai untuk membantu muslim lainnya”. Selanjutnya, Umar berkata kepada para prajurit pilihan itu, yang hendak kembali ke Bashrah : “Ambillah bagi kalian yang diperlukan dan gunakan kelebihan harta kalian pada tempatnya, agar ringan beban kalian dan banyak mendapatkan pahala”, Ahnaf tertunduk malu mendengarkan nasihat Amirul Mukminin itu.
Perjumpaan Ahnaf dengan Umar berlangsung satu tahun. Umar merasa bahwa Ahnaf adalah kader yang memiliki kepribadian yang mulia setelah mengujinya. Kemudian Amirul Mukminin mengutus Ahnaf untuk memimpin pasukan ke Persia. Umar berpesan kepada panglimanya, Abu Musa al-Asy’ari : “Untuk selanjutnya ikutkanlah Ahnaf sebagai pendamping, ajak dia bermusyawarah dalam segala urusan dan perhatikanlah usulannya”, ujar Umar.
Ahnaf memang masih sangat belia. Tetapi, Ahnaf salah seorang tokoh dari Bani Tamim yang sangat dimuliakan kaumnya. Kaum Bani Tamim sangat berjasa dalam menaklukkan musuh, dan mempunyai prestasi yang cemerlang dalam berbagai peperangan. Termasuk dalam peperangan besar menaklukan kota Tustur dan menawan pemimpin mereka, yaitu Hurmuzan.
Humurzan adalah pemimpin Persia paling berani dan kuat serta keras. Hurmuzan juga ahli dalam strategi perang, dan berkali –kali menghkhianati kaum muslimin.
Tatkala dalam posisi terdesak di salah satu bentengnya yang kokoh di Tustur, dia masih bisa bersikap sombong. “Aku punya seratus batang panah. Dan demi Allah, kalian tidak mampu menangkapku sebelum habis panah-panah ini”, ujarnya. Kemudian pasukan Islam bertanya kepadanya : “Apa yang engkau kehendaki?”. “Aku mau diadili dibawah hukum Umar bin Khatthab. Hanya dia yang boleh menghukumku”, ucap Hurmuzan. Pasukan Islam itu menjawab : “Baiklah. Kami setuju”. Lalu, Humurzan meletakkan panahnya ke tanah, sebagai tanda menyerah.
Pasukan Islam yang dipimpin panglima Anas bin Malik dan Ahnaf itu, membawa Humurzan ke Madinah, dan menghadap Amirul Mukminin. Setibanya dipinggiran kota Madinah, mereka menyuruh Humurzan menggunakan pakaian kebesarannya, yang terbuat dari sutera mahal bertabur emas permata dan berlian. Di kepalanya bersemanyam mahkota yang penuh dengan intan berlian yang sangat mahal.
Humurzan langsung dibawa ke rumah Amirul Mukminin Umar bin Khatthab, tetapi beliau tidak ada di rumah. Seseorang berkata, beliau pergi ke masjid. Rombongan itu pergi ke masjid, namun tak terlihat ada didalam masjid. Saat rombongan mondar-mandir mencari Amirul Mukminin, salah seorang penduduk berkata: “Anda mencari Amirul Mukminin?” “Benar, di mana Amirul Mukminin?”, ujarnya mereka. Lalu, seorang anak diantara penduduk itu, menyahut: “Beliau tertidur di samping kanan masjid dengan berbantalkan surbannya”.
Rombongan itu mendapatkan Amirul Mukminin sedang lelap disamping masjid. Tanpa mendapatkan penjagaan. Memang Umar sangat terkenal kezuhudan dan kesederhanaannya. Tetapi, sesungguhnya lelaki yang zuhud dan sederhana ini telah menaklukan Romawi dan raja-raja lain, dan tidur tanpa bantal dan tanpa pengawal.
Kemudian, Humurzan melihat isyarat dari ‘Ahnaf, dan bertanya : “Siapakah orang yang tidur itu?”, tanya Hurmuzan. “Dia Amirul Mukminin Umar bin Khatthab”, jawab Mughirah. Betapa terkejutnya Humurzan, lalu dia berkata : “Umar? Lalu, di mana pengawalnya atau penjaga?”, tambah Hurmuzan. “Beliau tidak memiliki pengawal”, tambah Mughirah. “Kalau begitu, pasti dia nabi”, tambah Hurmuzan. “Tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam”, tegas Mughirah.
Saat Umar terbangun, dan melihat Hurmuzan, dan berkata : “Aku tak sudi berbicara dengannya sebelum kalian melepas pakian kemegahan dan kesombongan itu”, tegas Umar. Mereka melucuti kemewahan pakaian Hurmuzan, kemudian memberikan gamis untuk menutup auratnya. Sesudah itu Umar menjumpainya, dan berkata : “Bagaimana akibat pengkhianatan dan ingkar janjimu itu?”
Dengan menunduk lesu, Hurmuzan serta penuh dengan kehinaan ia berkata : “Wahai Umar, pada masa jahiliyah, ketika antara kalian dengan kami tidak ada Rabb, kami selalu menang atas kalian. Tapi begitu kalian memeluk Islam, Allah menyertai kalian, sehingga kami kalah. Kalian menang atas kami memang, karena hal itu, tetapi juga karena kalian bersatu, sedangkan kami bercerai berai”, ungkap Hurmuzan.
Penguasa yang sudah kalah dan menyerah itu, merasakan kasih dalam Islam, dan akhirnya mengucapkan dua kalimah syahadah, dan masuk Islam. Inilah kebesaran Islam, yang telah diteladai para pemimpinnya, dan menjalankan Islam dengan sungguhnya. Tidak sedikitpun mereka berkhianat terhadap Islam, sampai akhirnya musuhpun memeluk Islam, karena merasa mendapatkan kemuliaan dalam Islam. Wallahu’alam.

Tampamu Apalah Artinya Diriku


Aku bingung dengan sikap guru-ku, yang selalu membuatku salah tingkah dan bersedih, hatiku ingin saat berjumpa dengannya ada senyum ramah, kerinduan dan pengertian terhadapku yang tidak punya apa-apa, nyatanya aku menjumpainya dalam kondisi yang sangat membingungkan.
Akhirnya aku datang pada guruku yang lain dan aku curhat dengannya mengenai sikap guruku itu, ternyata uraian beliau ini dapat membuka mata hatiku, beliau berkata : "jika engkau punya tiga digit angka nol, berapa nilainya? " aku menjawab : tidak ada nilainya. Guruku melanjutkan : "begitulah jika tiga digit angka nol itu didahului oleh angka 1 berapa nilainya?. aku jawab : seribu. Guruku menjelaskan : maka ibarat angka, murid-murid itu bagaikan angka nol yang berjejer mengharapkan nilai dan prestasi dan kehadiran guru ibarat angka 1 yang akan memberikan nilai tertentu pada deretan angka berikutnya, begitu berharganya angka 1 itu dan betapa pentingnya angka nol yang mendampinginya, maka semua angka itu akan ada nilai yang besar jika hidup secara berdampingi untuk saling melengkapi dan saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya". sejak saat itulah aku insaf dan mau menerima guruku dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Ketika Anak Yang Soleh Lupa Berdoa


 

Ingat maupun tidak, tapi hadist mengenai anak soleh akan mendoakan orangtua, atau anak yang soleh doanya dikabulkan dan akan menolong orangtua ketika di akhirat kelak sangat familiar ditelinga bu Nisa.
Orang tua mana yang tidak mau punya anak yang soleh, segala cara terus dilakukan untuk mendapatkan anak yang soleh. Baik menyekolahkan ditempat yang mahal, yang agamanya bagus, sampai mengantar jauh keluar kota untuk mendapatkan anak yang soleh.
Ya,anak yang soleh harus diupayakan dan sudah merupakan kewajiban orangtua untuk men-solehan anaknya dengan cara yang benar.
Belajarlah anak yang soleh ini, dengan segenap kemampuannya, tawa riangnya membuat dia mampu atau tidak mampu menjadi anak yang soleh. Ada anak yang sebentar saja langsung menjadi soleh, ada anak yang lama sekali baru soleh, ada juga anak yang dipukulin dulu baru soleh. Ada juga anak yang setelah ibu atau ayahnya meninggal baru soleh, memyesal dan teringat semua kata-kata dan nasehat orang tua-nya ketik masih hidup. Selain itu, ada juga anak yang sama sekali tidak soleh, atau gagal menjadi anak yang soleh, bahkan mental dan membenci semua yang berbau Islam, berbau agama, naudzubillhmindzalika.
Orangtua memang harus lelah untuk menjadikan anaknya soleh, bahkan bagi oangtua yang sudah bersusah payah menjadikan anaknya soleh; berdoa setia malam, dan mendatangkan guru dan ustad untuk mengajari anaknya dengan harapan dapat mensolehkan anaknya. Namun, ternyata anak soleh tidak kunjung juga didapatkan, jangan bersedih hati, percayalah Allah tidak tidur.
Panci yang dipakai untuk masak rendang berhari-hari, tentu saja dasar panci akan mengeras dan berwarna hitam, walau akhirnya dipakai untuk sup sekalipun, sang panci tetap berwarna hitam bekas rendang. Maka walau anak yang soleh pada akhirnya tidak sesoleh yang diinginkan, semua pelajaran dan pendidikan untuk mensolehkan anak itu, tetap membekas dalam lubuk hatinya dalam pikirannya, dalam bawah sadarnya.
Gerakan sholat yang pernah diajarkan, setiap kebaikan yang selalu dibisikkan, keinginan berbuat baik, ilmu-ilmu tersebut sudah tertanam dan membekas dalam dirinya! Hanya saja lingkungan yang akan mempengaruhinya, bila lingkungan buruk dan kurang nuansa agama, maka akan membuat sang anak tetap soleh dengan versi berbeda. Misal; anak yang dulunya dipesantren lalu menjadi artis sinetron atau penyanyi, maka lagu-lagu yang dibawakan masih religius, tidak liar juga, walau Iingkungannya adalah lingkungan perfileman/entertainment. Namun, keinginan untuk menjadi orang baik dalam lingkungan tersebut tetap ada, masih ada rambu- rambu dalam dirinya. Tidak ada kata sia-sia dalam mendidik anak yang soleh, yang sia sia adalah bila tidak mendidik.
Hanya saja yang suka lupa didengungkan para guru dan orangtua terhadap anaknya adalah menanamkan kebiasaan mendoakan orangtua, bukan dengan doa yang rutin; Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.” Namun, doa yang betul-betul untuk orang tua yang dihayati dan dipahami, dan menanamkan betapa pentingnya arti doa kita bagi orangtua. Doa anak yang soleh bukan doa anak biasa, pertama soleh dulu, kedua adab berdoa dan pentingnya doa tersebut, kalau perrlu sebuah sekolah bagus juga bila mengadakan rutinitas pagi berupa doa bagi orangtua, dimana anak-anak diajarkan dulu menulis dan berpikir doa apa yang sebaiknya dilantunkan buat orangtua.
Tiga hari lagi bu Nisa ulang tahun, dan yang dipikirkannya bukan hadiah dari anak-anak berupa kado ini atau kado itu, tetapi berupa doa yang sudah disiapkn anak-anak sejak minggu lalu, doa yang berkualitas bukan doa yang dihafal beramai-ramai didalam kelas. Doa spesifik yang hanya anak kita lantunkan untuk orang tua tersayangnya