Di salah satu keluarga Bani Israel,
hidup seorang anak perawan cantik nan rupawan serta beradab. Begitu banyak para
pemuda yang datang untuk melamarnya. Di antara mereka dua sepupunya sendiri;
salah satunya adalah pemuda bertakwa dan berpendidikan tapi kere alias miskin,
sedangkan sepupu satunya kaya raya namun kosong dari spiritualitas dan agama.
Di benak sang gadis hanya dua pemuda ini yang terlintas. Akhirnya dia meminta
waktu satu Minggu untuk menentukan pilihannya.
Dalam kurun waktu itu, dia selalu berpikir
demikian:” Jika sepupuku yang beragama itu yang ku pilih, maka aku harus siap
hidup melarat, namun aku akan ditemani oleh orang yang baik dan cinta tuhan.
Jika aku memilih sepupuku yang kaya, bisa jadi dalam beberapa waktu, aku akan
hidup dalam kesejahteraan, akan tetapi aku akan menjauh dari keutamaan moral
dan terjerembab dalam kesengsaraan abadi.”
Setelah berpikir dan berembuk dengan kedua orang
tuanya, akhirnya si gadis mengambil keputusan untuk kawin dengan sepupunya yang
beragama. Sepupu yang kaya raya, saat menyadari bahwa pujaan hatinya memilih
orang lain, dirinya merasa hancur, perasaan iri dan dengki merebak. Kemudian
dia berencana untuk membinasakan rivalnya tersebut.
Diundanglah saingannya yang tak lain sepupunya
sendiri tersebut ke rumahnya, setelah acara jamuan makan selesai, dia memohon
tamunya untuk menginap. Akhirnya pada penghujung malam dia melaksanakan rencana
busuknya untuk membunuh sepupunya tersebut. Hal itupun terjadi, dan untuk
menghilangkan jejak, mayatnya diletakkan di kawasan elite Bani Israel. Dengan
ini dia merasa seperti orang yang memanah dan mengenai dua bidikian dengan satu
anak panah; pertama, sang gadis terpaksa akan jatuh ke pelukannya, kedua uang diyah akan mengalir kepada dirinya
karena korban tidak memiliki Ahli waris selain dirinya dan dengan itu dia dapat
mengadakan acara resepsi perkawinan.
Saat orang-orang pada pagi hari keluar dari
rumahnya, mereka melihat sebuah jasad yang berlumuran darah. Upaya apapun yang
mereka lakukan tetap tidak mampu mengidentifikasi mayat tersebut, sehingga
mereka melaporkan hal ini kepada Nabi Musa a.s. Untuk itu, beliau melarang Bani
Israel untuk pergi pergi ke tempat kerja mereka dan hendaknya mengidentifikasi
pembunuh dan korban. Hal ini disebabkan pembunuhan saat itu di kalangan bani
Israel sangat penting. Mereka berupaya semaksimal mungkin untuk menjalankan
perintah Nabi Musa a.s., akan tetapi usaha mereka tidak membuahkan hasil.
Mendekati waktu zuhur, si pembunuh keluar dari
rumahnya dan melihat kondisi kota dalam keadaan kacau balau, masyarakat
akhirnya menyerah tak mampu melakukan apa-apa lagi. Dengan berpura-pura tidak
mengetahui peristiwa yang terjadi, anak muda itu bertanya yang kemudian dijawab
bahwa tadi malam ada seseorang yang telah dibunuh dan di temukan di salah satu
perkampungan . Nabi Musa memerintahkan untuk mencari pembunuh tersebut sehingga
keluarga korban dapat mengqishasnya.
Si pemuda mulai mendekati jenazah itu dan membuka kain penutup jenazah sambil
melihat wajahnya. spontan dia berteriak seperti orang yang tertimpa musibah,
dia memukuli kepala dan wajahnya sendiri seraya berkata: Ohoii… Ohoii.. ini
adalah sepupuku, carilah pembunuhnya, aku sendiri yang akan mengqishasnya atau diyahnya yang aku ambil.
Ketika jasad dihadirkan dihadapkan nabi Musa dan
setelah beliau mengetahui bahwa pemuda ini ada hubungan kekeluargaan dengan
korban, beliau berkata: “Penduduk tempat itu harus menemukan pembunuh aslinya
atau 50 orang dari mereka bersumpah bahwa mereka tidak mengetahui pembunuhnya
dan membayar diyah.”
Bani Israel berkata: “Wahai Nabi, kenapa kita yang
tidak bersalah harus membayar diyah,
tanyakanlah kepada tuhanmu supaya kita mengetahui siapa pembunuh sebenarnya dan
kita akan bebas dari tuduhan ini.” Nabi Musa menjawab: “Untuk saat ini, inilah
hukum Allah dan aku tidak mau melanggar hukum-Nya.” Saat itu juga, wahyu datang
kepada nabi Musa: “Wahai Musa! sekarang mereka tidak setuju dengan hukum
dzahirmu maka sekarang perintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi lalu
pukulkanlah sebagian dari anggota badan sapi pada jasad tersebut, niscaya Aku
akan menghidupkannya kembali dan dia sendiri yang akan menentukan pembunuhnya.”
Allah Swt menuturkan kisah ini dalam al-Quran seraya berkata:
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada
kaumnya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyembelih seekor sapi
betina (lalu pukulkanlah bagian dari sapi itu ke tubuh jenazah yang tidak
diketahui pembunuhnya itu sehingga ia bangun dari kematiannya dan
memberitahukan siapa pembunuhnya yang sebenarnya)”. Mereka berkata, “Apakah
engkau memperolokkan kami?” Ia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar
tidak termasuk golongan orang-orang yang bodoh”
“Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu
agar Ia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu!” Musa menjawab,
“Sesungguhnya Allah berfirman bahwa ia adalah sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda; pertengahan di antara itu. Maka kerjakanlah apa yang telah
diperintahkan kepada kalian.”
Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu
agar Ia menerangkan kepada kami apa warnanya”. Musa menjawab, “Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa (warna) sapi betina itu adalah kuning tua (yang merata)
nan menyenangkan orang-orang yang memandangnya.”
Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu
agar Ia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan jika Allah menghendaki
(dengan keterangan yang telah kau berikan) kami akan mendapat petunjuk (untuk
memperoleh sapi itu).”
…Musa berkata,
“Sesungguhnya Allah berfirman bahwa ia adalah sapi betina yang belum pernah
digunakan untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak
bercacat (dan) tidak ada belangnya.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau
menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”…
Setelah mendengar ciri-ciri sapi tersebut, Bani
Israel mencari sapi yang memiliki ciri-ciri ini, usaha apapun yang mereka
lakukan tetap tidak membuahkan hasil hingga pada akhirnya mereka mendapatkannya
di rumah seorang pemuda. Ia, pemuda itu adalah penjual gandum yang kami
ceritakan di awal tadi.
Bani Israel datang ke rumah sang pemuda dan
bermaksud untuk membeli sapi tersebut. Pemuda ini merasa senang ketika
mendengar apa yang terjadi, dia berkata: “kalau begitu aku harus meminta izin
dari ibuku.” Diapun datang ke ibunya dan bermusyawarah dengannya. “juallah
dengan harga dua kali lipat” ujar sang ibu. Bani Israel ketika mengetahui harga
sapi tersebut berkata: “Apa-apaan ini mana mungkin sapi biasa dijual dua kali
lipat dari harga pasaran?!” Kemudian mereka mengadu kepada Nabi Musa seraya
melaporkan hal tersebut.
“Kalian harus membelinya karena ini adalah perintah
Allah.”, Kata beliau. Mereka kembali lagi dan berkata kepada pemuda tersebut:”
tak ada jalan lain, kita harus membelinya walaupun harganya dua kali lipat,
pergi dan ambillah sapi itu!” Lagi-lagi pemuda itu meminta izin kepada ibunya.
Ibunya menjawab:” Wahai anakku juallah sapimu dengan dua kali lipat dari harga
sebelumnya. Ketika mendengar ungkapan itu mereka terheran-heran dan marah
seraya berkata: “kita tidak akan membeli seekor sapi dengan 4 kali lipat dari harga
pasaran.”
Akhirnya mereka kembali lagi kepada nabi Musa dan
menceritakan apa yang mereka hadapi. Beliau berkata: “kalian harus membelinya,
karena ini adalah perintah Allah.” Kemudian mereka kembali lagi. Untuk kesekian
kalinya, ibu itu berkata:” Anakku sayang! Katakan kepada mereka, karena kalian
pergi dan tidak membeli sapiku kemarin, maka sekarang aku mau menjualnya dengan
dua kali lipat dari harga sebelumnya (8 kali lipat dari harga asli). Bani
Israel kembali lagi dan tidak mau membelinya. Dan setiap kali mereka kembali
untuk membelinya, harga sapi tersebut bertambah dua kali lipat. Mungkin hal
inilah yang membuat Allah berfirman di penghujung ayat terakhir: “… dan hampir saja mereka tidak dapat melaksanakan perintah itu.”
Sehingga akhirnya sapi itu dibeli juga dengan harga
yang mahal yaitu sejumlah emas yang cukup untuk ditempel di badan sapi. Setelah
membelinya, mereka menyembelih sapi tersebut, menguliti kulitnya dan
memenuhinya dengan emas dan kemudian diserahkan kepada pemiliknya (pemuda).
Nabi Musa datang kemudian shalat seraya mengangkat tangannya ke langit lalu
berdoa:” Ya Allah aku bersumpah demi kehormatan Muhammad dan keluarganya
hidupkanlah kembali jasad ini.!” Kemudian sebagian dari ekor sapi itu diambil
dan dipukulkannya ke jenazah tersebut, pada akhirnya jasad tersebut hidup
kembali dan menunjuk pembunuhnya dan menjelaskan kronologi pembunuhan.
Setelah mukjizat terjadi, Bani Israel saling berkata
satu sama lain: “kita tidak tahu mana yang penting sebenarnya, mukjizat
dihidupkannya orang mati ini atau proses menjadikan anak muda kampung itu menjadi kaya raya?!.
Nabi Musa a.s. memerintahkan untuk mengqishas
pembunuh tersebut. Dan pemuda yang tidak berdosa itu hidup kembali, dia meminta
kepada Alloh melalui nabi Musa untuk diberikan umur kembali. Allah Swt memberi khabar gembira
kepada nabi Musa bahwa pemuda itu akan hidup selama 70 tahun. Kemudian nabi Musa mengawinkannya dengan gadis suci
dan terhormat itu. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah Swt pada hari
kiamat tidak akan memisahkan dua pasangan ini dan status mereka di surga tetap
sebagai suami istri.
Ibrah dan poin-poin penting dari kisah ini
Dalam kisah ini, terdapat beberapa pelajaran penting
yang dapat diambil:
1- Kisah ini menceritakan pentingnya menghormati
ayah dan ibu, di mana Allah Swt sangat memperhatikan orang yang menghormati
kedua orang tuanya dan Allah memberi pahala khusus kepada mereka yang
menghormati kedua orang tuanya baik dunia maupun di akhirat.
2- Dari kisah ini kita juga memahami bahwa wanita
salihah akan diperuinting oleh pemuda-pemuda salih.
3- Khianat kepada sesama, berakibat fatal di dunia
dan di akhirat.
4- Dalam kisah ini Kita bisa melihat salah satu dari
mukjizat Allah Swt.
5- Kehendak Ilahi lebih didahulukan dari pada keinginan
manusia.
6- Kerelaan Tuhan lebih penting dari semua
pekerjaan, bahkan perdagangan atau perniagaan yang banyak menghasilkan laba.
7- Dalam memilih suami, wanita hendaknya berpikir
jernih, jangan sampai terjerumus ke dalam lembah syahwat dan tidak silau
terhadap kemilau harta benda.
8- Orang-orang yang salih dan cinta tuhan pada
akhirnya akan menang dan berhasil, walaupun kemenangan tersebut tertunda dan
diliputi oleh masalah, karena Allah Swt bersabda:
“sesungguhnya setiap kesulitan akan diakhiri dengan
kemudahan.”Semoga kita semua dapat mencerna poin-poin di atas.
Menurut sebagian mufassir, motif pembunuhan yang
terjadi dalam kisah tersebut adalah seorang anak muda yang “sebel” menunggu
pamannya yang tidak mati-mati. Keselnya sang pemuda cukup beralasan, karena
pamannya yang kaya raya itu tidak memiliki ahli waris lain selain dirinya. Oleh
Karena itu untuk mempercepat proses perpindahan harta benda tersebut, dia
membunuh sang paman.
Beberapa Ulama mengatakan dalam hal membawa dua
kemungkinan di atas; motif pembunuhan karena wanita atau harta. Ditambahkan
pula bahwa pada dasarnya hal ini ingin mengabarkan kepada umat manusia bahwa
dua hal ini; harta dan wanita sama-sama berbahaya dan sanggup menyeret manusia
kepada tindakan apapun termasuk pembunuhan sanak keluarga.