Senin, 26 Januari 2015

Karomah Keajaiban Surat Khalifah Umar bin Khattab ra


Ibnu Katsir mengisahkan:

Amr ibn al-Ash RA atas perintah Khalifah Umar bin Khatthab RA berhasil menundukkan negeri Mesir dan mengislamkan penduduknya. Namun tidak selang beberapa lama, Amr ibn al-Ash dikejutkan oleh satu kejadian aneh.

Sungai Nil yang menjadi sumber penghidupan penduduk setempat, tiap tahun sekali harus diberi tumbal. Bila tidak, maka sungai Nil akan berhenti mengalir. Bukan sembarang tumbal, namun tumbal super istemewa, yaitu seorang anak gadis pingitan yang cantik jelita yang didandani secantik mungkin. Dan gadis tumbal tersebut diceburkan ke dalam sungai nil agar bisa mengalir kembali seperti sedia kala.

Tentu budaya ini ditentang oleh Amr ibn al-Ash.

Dan hampir selama tiga bulan sungai Nil kering-kerontang tanpa air setetespun, sampai-sampai penduduk setempat berencana untuk berhijrah.

Kondisi ini tentu membuat Amr ibn al-Ash kebingungan. Meneruskan tradisi penduduk setempat berarti berbuat syirik. Tidak melakukannya, berarti masyarakat akan mengalami kekeringan entah sampai kapan.

Karena belum juga menemukan solusi, maka Amr ibn al-Ash berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Al Khatthab RA guna meminta petunjuk.

Setelah membaca surat tersebut, Khalifah Umar segera membalas surat gubernurnya ini.

Beliau berkata: Keputusanmu menghentikan kebiasaan buruk itu benar adanya, dan bersama suratku kepadamu ini aku telah mengirimkan surat lain. Setelah sampai, segera lemparkan surat ini ke sungai Nil.

Sesampai surat balasan Khalifah Umar kepada Amr ibn al-Ash, segera ia membuka surat tersebut, dan ternyata didapatkan selembar kertas yang bertuliskan:
“Dari hamba Allah Umar
Pemimpin kaum mukminin
kepada sungai Nil negeri Mesir.
Amma ba’du:

bila selama ini airmu mengalir atas kehendakmu sendiri,
maka jangan pernah lagi engkau mengalir.

Namun bila Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa
yang menjadikan airmu mengalir,
maka kami memohon kepada Allah
agar mengalirkan airmu.”

SUBHANALLAH, WALLAHU AKBAR. Setelah surat itu diceburkan ke sungai Nil, maka sungai Nil menyemburkan airnya dan mengalir lagi seperti sedia kala. Tradisi syirik larung gadis cantik itupun sirna hingga saat ini.

Manusia paling membingungkan


RenunganSeorang ahlul hikmah sewaktu ditanya apakah yang paling membingungkan di dunia ini ?

Beliau menjawab Manusia

Mengapa?
Karena ia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang,

lalu ia mengorbankan uang nya demi kesehatan

lalu ia sangat khawatir dengan masa depannya,


sampai ia tidak menikmati masa kininya ,

seolah olah ia ingin hidup. dan tidak akan mati,

lalu ia Mati tanpa benar-benar menikmati apa itu hidup.

Astaghfirullah.
ampuni kami ya Allah…

Allah Sangat Memperhatikan Pembaca Al Quran

 “Allah lebih mendengarkan dengan penuh perhatian kepada pembaca al qur’an dari pada seorang tuan yang mendengarkan nyanyian hamba perempuannya.” (Hr. Ibnu Majah, Ibnu Haban, dan Hakim Berkata Sahih).

Telah menjadi fitrah dan adat kita menyukai nyanyian. Namun, karena syari’at agama telah melarangnya, maka orang-orang yang kuat beragama tidak akan mendengarkannya. Walaupun demikian, seorang tuan boleh mendengarkan nyanyian hamba sahaya wanitanya.

Tetapi al Qur’an tidak boleh dinyanyikan seperti lagu. Hal itu berdasarkan hadits: Hindarilah oleh kalian (membaca al Qur’an) dengan nada orang bercinta!

Maksudnya, jangan membaca al Qur’an dengan nada yang diatur oleh nada-nada musik dan suara penyanyi lagu cinta. Alim ulama menulis bahwa orang yang membaca al Qur’an seperti itu dianggap fasik dan pendengarnya berdosa besar. Al Qur’an hendaknya dibaca dengan merdu tanpa nada nyanyian, tanpa lagu yang berlebihan.

Diantara sekian banyak hadits yang menerangkan hal ini adalah hadits yang berbunyi, “Hiasilah al Qur’an dengan suara yang merdu.” Hadits yang lain menyebutkan, “Suara merdu melipatgandakan keindahan al Qur’an.”

Syaikh Abdul Qadir Jailani rahmatullah alaihi menulis di dalam al Ghunyah, ketika Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berjalan di Kufah ada sekelompok ahli maksiat yang sedang berkumpul di sebuah rumah. Dalam kumpulan itu, seorang penyanyi yang bernama Zadzan menyanyi dengan diiringi alat music. Mendengar suaranya yang merdu, Ibnu Mas’ud berkata, “Alangkah baiknya jika suara itu jika digunakan untuk membaca al Qur’an.” Lalu ia menutupkan kain dikepalanya dan meninggalkan tempat itu. Mendengar ucapan itu, Zadzan pun bertanya kepada orang lain, maka tahulah ia bahwa orang itu adalah Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wassalam.

Ucapan itu sangat berpengaruh kedalam hatinya sehingga ia hancurkan alat-alat musiknya dan mulai menjadi pengikut Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu. di kemudian hari, ia dikenal sebagai seorang ulama pada zamannya.

Banyak riwayat yang menganjurkan agar membaca al Qur’an dengan suara yang lebih indah, namun banyak juga riwayat yang melarang membacanya dengan suara seperti nyanyian sebagaimana riwayat diatas.

Hudzaifah radhiallahu anhu berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda, Bacalah al Qur’an dengan gaya Arab, jangan membacanya seperti seorang yang mabuk cinta atau seorang Yahudi atau Nasrani. Sebentar lagi akan ada suatu kaum yang membaca al Qur’an dengan dilagukan seperti para penyanyi dan seperti orang yang berteriak-teriak meratapi duka, bacaannya tidak akan bermanfaat sedikit pun baginya. Mereka akan mendapat fitnah dan orang-orang yang menganggap bacaan mereka itu bagus pun kan terkena fitnah.

Thawus radhiallahu anhu berkata, “Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Siapakah yang paling bagus suaranya dalam membaca al Qur’an?” Beliau shallallahu alaihi wassalam menjawab,

Seseorang yang jika kamu melihatnya membaca al Qur’an terasa bahwa ia takut kepada Allah, yakni dari suaranya terasa ia dalam keadaan takut.

Merupakan kenikmatan dari Allah bahwa Dia tidak membebani seseorang itu kecuali sesuai dengan kemampuannya. Sebuah hadits menyebutkan bahwa Allah mengutus malaikat dengan tugas khusus, yaitu jika ada seseorang yang membaca al Qur’an tetapi ia tidak mampu membacanya dengan benar, maka malaikat akan membawanya ke langit setelah ia memperbaiki bacaan orang itu terlebih dahulu.

“Ya Allah, aku tidak mampu menghitung pujian bagi-Mu