Minggu, 01 Februari 2015

Jalan Sukses Dunia Akhirat


Ketika orang dilahirkan di dunia ini, walaupun mereka semua dilahirkan dengan cara yang sama yaitu dari rahim seorang ibu, tetapi mereka dilahirkan dengan membawa status yang berbeda-beda.

Inilah cara Allah memberi pelajaran pada manusia, walaupun mereka lahir dalam keadaan yang berbeda-beda tetapi semuanya harus tunduk dengan keputusan Allah jika mau mendapatkan yang namanya kebahagiaan. Semuanya dari yang miskin, yang kaya, yang sehat, yang cacat, semuanya kalau mau mendapatkan kebahagiaan harus ikut cara Allah, yaitu dengan agama, tidak ada cara lain.

Untuk bisa menjadikan Agama sebagai jalan mendapatkan kebahagiaan ini diperlukan Hidayah dari Allah. Penting saat ini kita fikirkan bagaimana kita berusaha untuk mendapatkan Hidayah. Tidak ada seorangpun yang bisa mendapatkan Hidayah tanpa ada usaha untuk mendapatkannya. Berbeda dengan kekayaan yang bisa didapatkan tanpa usaha seperti melalui warisan dan keturunan dalam tahta kerajaan.

Tetapi Hidayah ini hanya bisa didapat dengan melakukan usaha atas hidayah. Jadi usaha yang paling penting bukan usaha atas keduniaan, tetapi usaha atas hidayah. Usaha atas hidayah inilah yang namanya Jalan keselamatan. Apa itu Jalan keselamatan yaitu Jalan Hidayah atau Sunnanul Huda. Allah telah berikan kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam Sunnanul Huda : jalan-jalan petunjuk atau jalan-jalan hidayah, agar manusia bisa mendapatkan yang namanya kebahagiaan dan keselamatan.

Siapa saja yang berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya mereka akan tersesat dan jauh dari petunjuk Allah. Jika kita tidak diberi petunjuk maka kita akan sengsara hidup di dunia ini dan di akherat nanti. Seperti orang buta yang kehilangan tongkat, jalannya akan menderita, nabrak sana nabrak sini, terjatuh-jatuh. Begitulah orang yang hidup tanpa hidayah.

Hari ini orang islam banyak yang hidup dengan cara Yahudi dan Nasrani, padahal satu-satunya kehidupan yang di ridhoi Allah dan yang Allah telah jamin hanya kehidupan Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Kehidupan Nabi ini adalah suatu kehidupan yang didasari atas wahyu Allah, langsung petunjuknya dari Allah. Sehingga ketika Nabi Shallallahu alaihi wassalam mengamalkan petunjuk atau wahyu itu dengan sempurna maka kehidupan Nabi penuh dengan keberkahan dan pertolongan Allah.

Utsman Bin Affan Suri Teladan kita


Rekening Utsman. Inspirasi kedermawanan sahabat Utsman bin Affan. radhiallahu anhu (Allah telah ridho kepada beliau)
Ikuti kisahnya berikut ini. Barangkali kita dapat mengambil pelajaran.
1. Setelah hijrah ke Madinah 1400 tahun yang lalu, jumlah kaum Muslimin di Madinah semakin bertambah banyak. Salah satu kebutuhan dasar yang mendesak adalah ketersediaan air jernih.
2. Kala itu sumur terbesar dan terbaik adalah sumur yang bernama Bi’ru Rumah, milik seorang Yahudi pelit dan oportunis. Dia hanya mau berbagi air sumurnya itu secara jual beli.
3. Mengetahui hal itu, Usman bin Affan mendatangi si Yahudi dan membeli ‘setengah’ air sumur Bi’ru Rumah. Usman lalu mewakafkannya untuk keperluan kaum Muslimin.
4. Dg semakin bertambahnya penduduk Muslim, kebutuhan akan air jernih pun kian meningkat. Karena itu, Usman pun akhirnya membeli ‘sisa’ air sumur Bi’ru Rumah dengan harga keseluruhan 20.000 dirham (kurang lebih sebesar Rp 5 M,-). Untuk kali ini pun Usman kembali mewakafkannya untuk kaum Muslimin.
5. Singkat cerita, pada masa-masa berikutnya, wakaf Usman bin Affan terus berkembang. Bermula dari sumur terus melebar menjadi kebun nan luas.
Kebun wakaf Usman dirawat dengan baik semasa pemerintahan Daulah Usmaniyah (Turki Usmani).
6. Setelah Kerajaan Saudi Arabia berdiri pada tahun 1940-an, perawatan berjalan semakin baik. Alhasil, di kebun tersebut tumbuh sekitar 1550 pohon kurma.
7. Kerajaan Saudi, melalui Kementrian Pertanian, mengelola hasil kebun wakaf Usman tersebut. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Sedang separuhnya lagi disimpan dibank dengan rekening atas nama Usman bin Affan.
8. Rekening atas nama Usman tersebut dipegang oleh Kementerian Wakaf.

Dengan begitu ‘kekayaan’ Usman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah. Sampai pada akhirnya dapat digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi.