Minggu, 29 September 2013

Kuliah Umum Mendikbud di Universitas Teheran

09/27/2013 (All day)
Teheran-Iran--Salah satu kegiatan Mendikbud M. Nuh dalam kunjungannya di Iran adalah memberi kuliah umum.  Kuliah umum berlangsung di auditorium pertemuan Fakultas Hukum dan Ilmu Politik, Universitas Teheran, Minggu 22 September 2013.  
Di tengah 200 orang yang hadir dalam kuliah umum itu adalah Rektor Universitas Teheran, sekitar 40 dosen dan guru besar dari berbagai universitas di Iran,  serta mahasiswa Universitas Teheran dan mahahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di berbagai kampus di Iran. Dalam kuliah umum ini juga dilakukan dialog interaktif.
Dalam paparannya, Mohammad Nuh antara lain menguraikan tiga sekenario hubungan antara budaya secara global, yaitu dominasi yang kuat atas yang lemah, terjadinya benturan peradaban (clash of civilization) dan konvergensi budaya dan peradaban. "Yang kita inginkan adalah konvergensi budaya. Inilah yang ingin kita bangun dan garap antara kedua negara dan masyarakat kita," ujar Mendikbud.
Untuk menuju konvergensi budaya tersebut, papar M. Nuh, diperlukan pola pikir yang bukan hanya mengandalkan kemampuan bidang ilmu masing-masing (discipline mind),  kreativitas (creative mind), dan mamadukan antara bidang (synthesing mind); melainkan juga perlu mengembangkan cara berpikir yang berlandaskan etika (ethical mind) dan saling menghargai (respectful mind).
Sebelum kuliah umum berlangsung, Mendikbud beramah tamah dengan jajaran Universita Teheran. Kedua belah pihak sepakat mengenai pentingnya peningkatan pemahaman masyarakat kedua negara melalui pembentuk Indonesia Studies di Universitas-Universitas di Iran dan Iran Studies Universitas-Universitas di Indonesia. (PIH/IRIB)

Kabupaten Bisa Laksanakan Kurikulum 2013 Secara Mandiri dengan Catatan

09/27/2013 (All day)
Jakarta – Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan (Wamendik) Musliar Kasim, menyampaikan dua materi di luar ujian nasional pada penutupan konvensi UN, Jumat (27/9). Kedua materi tersebut adalah kurikulum 2013 dan bantuan siswa miskin (BSM).
Tentang kurikulum 2013 Musliar mengatakan, Kemdikbud membuka kesempatan kepada kabupaten/kota yang ingin melaksanakan kurikulum 2013 secara mandiri. Hal tersebut dikemukakan Musliar menanggapi banyaknya surat yang masuk ke kementerian dari kabupaten yang ingin melaksanakan kurikulum 2013 secara mandiri. “Yang ingin melaksanakan mandiri silahkan saja, tapi kami beri catatan di situ, kabupaten boleh melaksanakan mandiri asal tidak membebani orang tua,” katanya.
Saat ini terdapat 6.326 sekolah sasaran yang melaksanakan kurikulum 2013 dengan biaya dari pemerintah pusat. Guru-guru di sekolah-sekolah tersebut telah dilatih oleh instruktur nasional sebelum tahun pelajaran dimulai. Untuk itu, kata Musliar, bagi kabupaten yang ingin menerapkan kurikulum 2013 secara mandiri, guru-gurunya harus dilatih dari pelatih atau instruktur yang telah disiapkan. “Untuk buku dan pelatihan guru harus disediakan dari APBD kabupaten, tapi instruktur atau pelaksananya atau pelatihnya mesti pelatih yang sudah disiapkan, baik dari narsum atau instruktur nasional yang sudah ada,” tuturnya.
Sedangkan untuk BSM, Wamendik menghimbau kepada seluruh peserta konvensi UN yang terdiri dari pegiat di dunia pendidikan agar ikut menyosialisasikan BSM kepada masyarakat. Karena hingga 17 September, penyerapan dana BSM baru 21 persen. “Kita di Kemdikbud dan Kemenag mendapat alokasi BSM ini 16,5 juta anak. Hanya saja amat disayangkan daya serapnya sangat rendah,” kata Musliar.
Pola penyaluran BSM tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Jika tahun sebelumnya pendataan penerima BSM dilakukan oleh kepala sekolah untuk kemudian diteruskan ke dinas pendidikan di kabupaten dan pusat, maka tahun ini pemberian BSM dilakukan langsung kepada orang tua yang memiliki kartu penjaminan sosial (KPS). “Orang tua harus mendaftarkan anaknya kemana dia sekolah, apa di SD, SMP, atau SMA, dibawa KPS nya,” ujar mantan rektor Universitas Andalas ini.
Dari dana yang disiapkan Rp 7 triliun untuk BSM, baru lebih kurang Rp 2 triliun yang terserap. Padahal, jika BSM ini dapat tersalurkan dengan baik akan sangat membantu keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya, dan meningkatkan angka partisipasi kasar siswa yang bersekolah. “Karena APK saat ini terutama SMA masih rendah, 78 persen, (BSM) ini diharapkan dapat membantu mereka menyekolahkan anaknya ke sekolah yang mereka inginkan,” pungkasnya. (AR)