Minggu, 06 Oktober 2013

INFORMASI

 Kepada Yth :
Wali Murid/Guru/Siswa/Siswi
Yayasan Al-jazirah
Di-
TEMPAT


DIHARAP KEHADIRANNYA HARI SENIN TANGGAL 07 OKTOBER 2013 BERTEMPAT DI YAYASAN AL-JAZIRAH SUMBER PENANG GUNUNGKESAN SAMPANG DALAM RANGKA GOTONG ROYONG PENYELESAIAN PEMBANGUNAN GEDUNG SMP AL-JAZIRAH ATAS PERHATIAN DAN KEHADIRANNYA DISAMPAIKAN TERIMAKASIH

Barang siapa ikut andil dalam membangun tempat / sarana maka Allah akan membangunkannya istana di tengah - tengah surga (Al-Hadist)

Hikmah Sikap Sebuah Pohon

pohon
by: Echiey Hisaan, Pekanbaru Pengelola Rumah Tahfidz dan Aktivis
Ada begitu banyak pohon di negeri ini, tapi mungkin barangkali sedikit yang mengambil pelajaran dari kehidupan sebatang pohon. Jika anda berpergian, apakah itu dalam rangka kerja, wisata, silaturahim, ataupun hanya sekedar jalan-jalan menghabiskan waktu, tidakkah anda perhatikan bagaimana sebuah pohon mengarungi kehidupannya. Baiklah kita mulai belajar dari sebatang pohon saja. kita lihat dan perhatikan betapa ia mahluk yang tabah dan sabar, ikhlas dalam menjalani cobaan-cobaan dalam hidupnya.
Ketika ia mulai tumbuh, meskipun ia tidak di pedulikan oleh siapapun, ia tidak patah semangat untuk tetap tumbuh lebih baik. Tidak menangis minta di perhatikan dan tidak menuntut makanan yang lezat-lezat. Ketika mulai dewasa, ia tidak suka berjalan-jalan, tidak minta pindah tempat, juga ia tidak minta untuk populer agar dapat dikenal diseluruh penjuru bumi.
Ketika ia mulai berprestasi, menghasilkan daunnya yang segar dan cabang-cabangnya yang menawan, ia tidak menuntut adanya upah kerja, dan tidak minta penghargaan maupun minta apresiasi dari lembaga pohon di dunia ini. Ketika hujan datang, ia tidak meminta di payungi, tidak keberatan dengan suhu yang dingin dan selalu bersahaja menghadapi kedinginan oleh derasnya hujan yang menerpa tubuhnya.
Ketika panas terik membakar bumi, ia juga tidak pernah mengeluh, tidak marah-marah dan protes atas nasibnya yang harus selalu di terpa panasnya cuaca dan sinar matahari, tanpa bisa menghindar atau setidaknya pindah sesaat hingga mendung datang. Ketika di ludahi, dikencingi, dan di paku-paku kulitnya oleh orang-orang yang iseng, ia tidak pernah balik meludahi, tidak mengajak berkelahi, dan tidak pernah menuntut akan harga dirinya.
Ketika malam datang, ia tidak khawatir oleh keadaan yang sendirian, tidak minta tukar nasib, tidak sedih karna gelapnya malam dan terjauh dari sinar cahaya, tidak takut pada mahluk lainnya. Ketika ia di kerubuti pasukan serangga yang menjarah dirinya, malah ia sediakan buahnya dan ia korbankan dirinya bahkan mesti harus lapuk dan mati. Ketika ia di ganggu, di lempari batu, ia tidak menangis apalagi mengumpat, malah ia berikan buahnya kepada orang-orang yang melemparinya. Dalam keadaan demikian dan terus menerus berulang pada hari-harinya, ia terus menjalani kehidupannya dengan sabar dan ikhlas. Tidak pula ia pertanyakan batas waktu sampai kapan semua akan berakhir. Begitulah kuat dan tabahnya sebatang pohon dalam menjalani hari-harinya.
Kebungkaman dan kediamannya bukan karna ia lemah dan penakut, melainkan karna ia mengerti akan tugas dan fungsinya selama berada di dunia ini. Dan tentunya masih banyak lagi sikap positif dari sebatang pohon yang dapat kita rangkaian dalam kata-kata selain dari yang ada pada tulisan ini.
Hikmah dari kekuatan kesabaran yang di miliki oleh pohon tersebut adalah wujud dari kepasrahan dan keikhlasannya kepada sang pencipta. Ikhlas menjalani tugas dan fungsinya, semata-mata karna mencintai dan mewujudkan penghambaannya kepada sang pencipta. Manusia, jika mampu bersabar dan ikhlas pada setiap apa yang menimpanya, tentulah tidak ada celah duka dan nestapa yang masuk ke dalam hatinya. Tidak ada marah dan kecewa yang mengganggu ketenangan jiwanya. Tidak ada mengumpat dan memaki dalam pikirannya. Dan tidak pula ia menuntut terlalu banyak dalam kehidupannya.
Keikhlasan dan kepasrahan dalam menjalani apa saja yang menimpanya dalam kehidupan ini pasti akan terasa ringan olehnya. Dadanya menjadi lapang, batinnya tabah, jiwanya menjadi tenang, karna mengerti akan tugas dan fungsinya berada dalam kehidupan ini. Sehingga akhirnya ia dapat mengerti hakikat hidup di dunia ini adalah cobaan demi cobaan.
“Dialah yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya,…” (QS. AL-MULK:2).
Semoga sedikit demi sedikit kita dapat menjalani sikap sabar dari sebatang pohon, hari demi hari kita tambahkan lagi kepahaman kita akan hakikat cobaan dan ujian yang menerpa hari-hari kita. Sehingga kita mengerti akan hidup ini dan dapat merasakan manisnya sikap ikhlas. Insyallah……..
Bagi yang ingin mendapatkan kumpulan karya oase Iman di rubrik eramuslim, bisa kunjungi link di bawah ini : Resensi Buku : Cerita yang Menjadi Guru, miliki Menembus Batas Logika, Kisah Terbaik Oase Iman…

Empat Panduan Hidup Seorang Muslim (2)

Oleh: Shalih Hasyim
Keempatal-Salamah (kemananan dan keselamatan).
Di antara indikator mutu keislaman seseorang adalah mudah harmonis dan mudah diharmoniskan, tiada kebaikan sedikitpun keimanan seorang yang tidak mudah jinak dan mudah dijinakkan dengan sesama (al-Hadits).
Karena orang beriman itu hanya menomorsatukan kepentingan Allah Subhanahu Wata’ala , ridha Allah. Ia siap lebur untuk didominasi oleh kepentingan itu. Slogan orang bermiman “Allahu Ghoyatuna” (Allah puncak tujuan hidup kami). Orang beriman itu bagaikan lebah, jika ia mengkonsumsi sesuatu berupa putik bunga mawar dan bila mengeluarkan sesuatu berupa madu, dan jika hingga di daun tidak merusaknya (al-Hadits).
Di manapun kaum muslimin berada, maka lingkungan sosialnya selamat dari mulutnya, tangannya. Dan dalam sebuah komunitas, sifat yang dikedepankan adalah berbicara yang baik atau diam. Suka menghormati tetangga dan tamu. Ia yakin jika sukses menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekatnya, merupakan modal untuk berinteraksi dengan lintas golongan, etnis, suku dan partai.
Sedangkan orang Yahudi pada ayat di atas bagaikan lalat. Tempatnya di sekitar sampah dan tempat pembuangan kotoran, kemanapun ia pergi membawa penyakit. Ada dua konsep yang menjadi term utama komunitas Yahudi. Pertama, farriq tasud (mereka suka membuat konflik), Kedua, farriq, tu’rof (berbeda, supaya dikenal).
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعاً إِلَّا فِي قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَاء جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعاً وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ
“Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok  permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Hasyr (59) : 14).
Rasulullah bersabda : “Persatuan adalah rahmat (kasih sayang) dari Allah dan perpecahan adalah siksa.” (al-Hadits).
Karakter utama orang Islam senang mewujudkan, memelihara dan membela eksistensi ukhuwwah Islamiyah. Karena ia yakin karunia terbesar dalam kehidupan ini persaudaraan setelah nikmat Iman.
Lebih baik kalah, tetapi tetap solid daripada menang tetapi bercerai. Kemenangan yang tidak melahirkan persatuan, melahirkan konflik baru yang lebih dahsyat. Sedangkan karakter dasar orang Yahudi suka merawat dan melestarikan persatuan. Karena ia memposisikan diri sebagai srigala bagi yang lain. Pameo mereka, hari ini apa yang bisa dimakan, dan besok siapa yang kita makan.
Kelima, al-Islam bermakna penyerahan diri secara total kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Jadi berislam itu mengajarkan sikap independen. Ia hanya bersedia sebagai hamba Allah  . Bukan hamba kepentingan, hamba kekuasaan, hamba wanita, hamba perut, hamba farji, hamba mayoritas dan hamba minoritas. Ia hanya mengakui kebenaran mutlak itu bersumber dari-Nya.
Muslim memahami cara berakhlak kepada Al-Khaliq. Mencintai, mengagungkan, beribadah (ngawula), sami’na wa ‘atha’na terhadap segala ketentuan yang ditulis maupun yang tidak tertulis (kalimatullah dan khalqullah).
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al Anam (6) : 162).*
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah