Sabtu, 25 April 2015

7 Jurus Test Jodoh


1. Lihat penghormatannya pada ayah ibunya (Jika ia baik pada keluarganya, ada kemungkinan besar iapun berbuat baik padamu dan keluargamu)

2. Lihat bagaimana kasihnya pada anak kecil (karena kelak kau kan punya keturunan, lihatlah apakah ia dekat dengan anak kecil? Karena ia kan menjadi ibu atau ayah bagi keluargamu)

3. Lihat sholatnya (Coba cari informasi tentang ibadahnya, khususnya mengenai sholat. Apakah ia sholat tepat waktu? Jika lelaki apakah ia suka ke masjid bahkan menjadi imam atau mu'adzin? Jika ya. poin plus untuknya. Karena ia insyaAllah mampu menjadi imammu)

4. Lihat karakternya (Selami lebih dalam kelebihan dan kekurangan sifatnya. Lalu tanya pada diri sendiri siapkah saya menoleransi kekurangannya?)

5. Tanya apa visi atau citanya dalam menikah (menikah itu bukan hanya satu dua hari, ia sebuah organisasi terkecil yang sangat penting. Maka, tanpa visi yang jelas yang ada hanyalah kehampaan dalam rumah tangga)

6. Tanya pada Sahabat terdekatnya (Orang terdekat biasanya mengatakan apa adanya tentang dirinya. Gali informasi sangat detil dari dirinya. Pastikan dapat dipercaya)

7. Jika semua poin di atas sudah terceklis. Jangan lupa tanya baik-baik, "Maukah dia menjadi jodohmu?" (Karena iapun menginginkan poin-poin yang sama darimu)

Adil tdk Harus Sama


Suatu pagi, saya memberi uang saku kepada adik saya. Kebetulan saya memiliki dua orang adik. Seorang adik perempuan kelas 6 SD dan seorang adik laki-laki kelas 3 SD. Saya memberikan uang saku dengan jumlah yang berbeda kepada mereka. Tentu saja adik perempuan saya mendapat jumlah uang saku yang lerbih banyak. Mengetahui hal ini, saat sepulang sekolah adik laki-laki saya protes kepada saya.

“Mas, kalo bagi uang yang adil donk! Masak uang sakuku lebih sedikit dari punyane kakak?”

Kemudian saya melemparkan sebuah pertanyaan kepadanya, “Menurutmu adil itu yang seperti apa?”

Dengan polosnya adik saya yang baru berusia 9 tahun itu menjawab, “Ya harus sama jumlahnya donk, Mas. Kalo kakak dapet sekian aku juga harus dapat jumlah yang sama juga.”

Dengan tersenyum saya meninggalkan dia. Sesaat kemudian saya menemui dia lagi dengan membawa dua buah gelas, literan, dan sebotol air. Kedua gelas itu memiliki ukuran berbeda. Yang pertama gelas besar dan yang kedua gelas kecil.

“Ok dik, sekarang aku minta, tolong masing-masing gelas kamu isi dengan air sebanyak 240 mL!”

Dengan sedikit pengarahan dari saya, dia mulai mengisikan air ke dalam literan hingga mencapai angka 240 mL dan menuangkannya ke dalam gelas besar. Pada gelas yang besar, air hampir memenuhi isi gelas. Namun, pada saat dia mengisi gelas yang kecil airnya tumpah.

Kemudian saya meminta dia untuk mengosongkan gelas-gelas tersebut. Dan sekarang saya memberi instruksi yang berbeda. “Sekarang isikan air ke dalam masing-masing gelas hingga penuh!”

Dia mulai menuangkan air ke dalam masing-masing gelas hingga penuh. Dan sekarang tidak ada air yang tumpah.

Sahabatku sekalian!

Satu pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita di atas : Keadilan itu bukan tergantung dari jumlahnya tetapi dari ukurannya.