
Dikisahkan bahwa setelah terlepas dari kejaran Fir'aun dan pengikutnya
yang tertelan lautan merah, Nabi Musa as bersama pengikut setianya
melanjutkan perjalanan hingga sampailah mereka di Gurun Sinai yang cukup
teduh dan nyaman untuk beristirahat. Di gurun itu banyak pepohonan yang
tumbuh tinggi dan rindang sehingga dapat terlindung dari sengatan
matahari yang cukup terik.
Selain itu, buah-buahan pun tumbuh dengan subur dilengkapi mata air yang
mengalir di tengah-tengahnya. Para kafilah yang sedang berada dalam
perjalanan jauh sering beristirahat di sana untuk melepaskan lelah, rasa
lapar dan dahaga.
Ketika rombongan Nabi Musa as tiba di sana, ternyata sumber mata air itu
sudah kering. Adanya rasa haus karena telah menempuh perjalanan panjang
terasa mencekik leher. Belum lagi sinar matahari yang begitu terik
membuat mereka tak kuasa melanjutkan perjalanan, tak kuat lagi menahan
rasa dahaga.
Tubuh mereka begitu lelah dan merasa tak sanggup lagi untuk meneruskan perjalanan.
Pengikut Nabi Musa as berkata,
"Wahai Nabiyullah, sesungguhnya kami teramat haus dan lapar. Kami tak sanggup lagi meneruskan perjalanan ini."
Nabi Musa as begitu iba melihat kondisi pengikutnya yang letih karena
kehausan dan kelaparan. Beliau pun berdoa kepada Allah SWT agar
diberikan petunjuk dimana mendapatkan air dan makanan agar bisa
mengembalikan kondisi pengikutnya menjadi sehat dan bugar kembali.
Setelah mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, Nabi Musa as menatap
tongkatnya dengan perasaan bahagia. Tanpa ada keraguan sedikitpun,
dipukullah sebuah batu besar dengan tongkat yang dipegangnya.
Subhanallah...
Sungguh suatu mukjizat yang sangat mencengangkan bagi Nabi Musa as dan
pengikutnya. Mereka melihat batu besar yang baru saja dipukul
memancarkan 12 belas mata air yang mengalir jernih dan sejuk. Mereka
segera berebut meminum air tersebut. Rasa dingin dan segar segera
mengalir ke dalam tubuh mereka.
Tenggorokan kering dan dahaga yang sudah menyiksa mereka pun hilang sat itu juga.
Nabi Musa as berkata,
"Berimanlah kepada Allah SWT karena semua ini atas kehendak-Nya."
Allah SWT ternyata memiliki maksud lain dibalik pancaran 12 mata air
tersebut. Kaum Bani Israil di kemudian hari terpecah menjadi 12 kelompok
sehingga air itu mengalir terus pada masing-masing kelompok dari Bani
Israil. Sungguh Allah SWT Maha Adil lagi Maha Mengetahui.