Selasa, 10 Februari 2015
"Suspended Coffees"
Saya memasuki sebuah kedai kopi kecil bersama seorang teman dan memesan kopi. Ketika kami sedang menuju ke meja ada dua orang yang datang kemudian mereka pergi ke counter: ‘Kami pesan lima kopi, dua untuk kami dan tiganya “ditangguhkan (suspended)". Mereka membayar pesanan mereka, mengambil hanya dua gelas saja kemudian pergi.
Saya bertanya kepada teman saya: "Apa itu ‘ kopi ditangguhkan (suspended coffees)’?" Teman saya berkata: "Tunggu dan kamu akan lihat."
Beberapa orang lagi masuk. Dua gadis memesan masing-masing satu kopi, membayar dan pergi. Pesanan berikutnya adalah tujuh kopi yang dipesan oleh tiga orang pengacara - tiga untuk mereka dan empat 'ditangguhkan’.
Terus terang saya masih bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan transaksi -kopi ditangguhkan- tadi. Sementara saya menikmati cuaca cerah dan pemandangan yang indah ke arah alun-alun di depan kafe, tiba-tiba seorang pria berpakaian lusuh yang tampak seperti seorang pengemis masuk melalui pintu dan bertanya dengan sopan kepada pelayan “apakah Anda memiliki ‘kopi ditangguhkan’? “.
Ini sederhana - seseorang membayar di muka pesanan kopinya kemudian diniatkan untuk membantu orang yang tidak mampu membeli minuman hangat. Tradisi kopi ditangguhkan ini dimulai di Naples, dan sekarang telah menyebar ke seluruh dunia bahkan di beberapa tempat Anda dapat memesan tidak hanya kopi ditangguhkan, tetapi juga sandwich atau makanan.
Alangkah indahnya, bila pemilik kedai kopi atau toko di setiap kota melakukan hal ini sehingga mereka yang kurang beruntung dapat menemukan harapan dan dukungan. Jika Anda adalah pemilik bisnis coba tawarkan hal ini kepada konsumen Anda…, kami yakin banyak diantara mereka yang mendukung dan menyukainya.
“Berilah makan yang lapar, kunjungi yang sakit dan bebaskanlah budak” (HR. Bukhori).
Sayembara Putri Raja
Di Suatu kerajaan tinggal seorang putri raja yang cantik, Namun sayangnya putri raja itu kesepian karena baru sebulan ditinggal mati sang pangeran. Akhirnya sang putri meminta kepada ayahnya untuk mencarikan pasangan untuknya.
Pastinya sang putri tidak sembarangan memilih calonnya. Ada 4 syarat untuk bisa mendapatkan sang putri.
Syarat pertama: Tidak boleh mata keranjang
Syarat kedua : tidak boleh ringan tangan
Syarat ketiga : Tidak boleh lari dari tanggungjawab
Dan syarat terakhir : Harus bisa memuaskannya diatas Ranjang.
Akhirnya sang raja membuat sayembara. Dan dalam waktu singkat Ratusan orang berbondong-bondong mendatangi sang putri, namun belum ada yang bisa sanggup dengan 4 syarart-syarat tadi.
Semingggu berlalu belum ada seorangpun yang bisa dan semakin sepi yang berdatangan untuk sayembara itu.
Pagi pagi buta terdengar Suara Orang mengetuk pintu. Tok…Tok…Tok…dan kebetulan sang puti sendiri yang membukakan pintu itu. Sang putri lalu terdiam, dia melihat bapak-bapak setengah tua yang duduk dikursi roda Kaki buntung,tangan buntung,dan matanya buta.
Sejenak sang putri terdiam memikirkan ada yang aneh” ko’ bisa bapak ini mengetuk pintu?” tidak lama si bapak bicara: selamat pagi putri
Putri : "Pagi juga pak!!"
Putri : "Ada apa bapak datang kemari?"
Bapak : "Saya datang untuk mengikuti sayembara dari sang putri"
Putri : "Tidak salah pak??"
Bapak : "Tidak, saya serius"
Putri : "Ok kalau begitu bapak sudah tau apa saja syarat-syarat dari saya?
Bapak : "Tentu putri, syarat pertama tidak boleh mata keranjang”bagaimana saya mau lirik sana-sini sedangkan mata saya buta. Syarat kedua : tidak boleh ringan tangan” bagaimana bisa saya memukul putri sedangkan tangan saja saya tidak punya. Dan Syarat ketiga tidak boleh lari dari tanggungjawab” tuan putri lihat sendiri saya sudah tidak punya kaki jadi saya tidak bakal meninggalkan sang putri.
Putri tampak cemas sambil berkata, "Ok tiga syarat tadi saya terima, tapi bagaimana bisa bapak dengan syarat saya yang ke 4: yang bisa memuaskan saya diatas ranjang??."
Sambil tersenyum si Bapak berkata "Apa saya harus bilang tadi saya ketuk pintu pake apa?"
Putri : ???????####!!!
Salah Tafsir
Suatu pagi di sebuah Madrasah Ibtidaiyah, seorang guru yang berdedikasi mengajar muridnya tentang betapa bahayanya
minuman keras terhadap mereka. Sebelum memulai pelajarannya pada hari itu
dia telah mengambil 2 ekor cacing yang hidup, sebagai sampel dan dua
gelas yang masing2 dia isi dengan air mineral dan arak..
“Coba perhatikan murid2.. lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan betul2. Cacing yang sebelah kanan saya, akan saya masukkan ke dalam air mineral sedangkan cacing yang sebelah kiri saya akan masukkan ke dalam arak. Perhatikan betul2.”
Semua mata tertuju pada kedua ekor cacing itu. Cacing yang berada dalam gelas yang berisi air mineral itu berenang di dasar gelas, sedangkan cacing yang berada di dalam arak tergeletak lalu mati. Si guru tersenyum lebar melihat anak2 muridnya memberikan perhatian pada pelajarannya.
“Baiklah murid2, apa yang kamu dapat dari pelajaran yang saya tunjukkan tadi??”
Dengan penuh yakin anak2 muridnya menjawab,
Untuk menghindari cacingan….. minumlah arak pak......
Wah itu salah tafsir namanya, maksud Bapak kalau minum air mineral walaupun sampai berenang tetap hidup dan sehat, kalo minum arak walau hanya seteguk matilah kau selama-lamanya, faham???
“Coba perhatikan murid2.. lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan betul2. Cacing yang sebelah kanan saya, akan saya masukkan ke dalam air mineral sedangkan cacing yang sebelah kiri saya akan masukkan ke dalam arak. Perhatikan betul2.”
Semua mata tertuju pada kedua ekor cacing itu. Cacing yang berada dalam gelas yang berisi air mineral itu berenang di dasar gelas, sedangkan cacing yang berada di dalam arak tergeletak lalu mati. Si guru tersenyum lebar melihat anak2 muridnya memberikan perhatian pada pelajarannya.
“Baiklah murid2, apa yang kamu dapat dari pelajaran yang saya tunjukkan tadi??”
Dengan penuh yakin anak2 muridnya menjawab,
Untuk menghindari cacingan….. minumlah arak pak......
Wah itu salah tafsir namanya, maksud Bapak kalau minum air mineral walaupun sampai berenang tetap hidup dan sehat, kalo minum arak walau hanya seteguk matilah kau selama-lamanya, faham???
Curhatan Ayam dan Sapi
Ayam : Guwe benci banget sama manusia.
Sapi : Lah, emang lho kenapa..yam??
Ayam : masa guwe baru makan beras dikit aja, langsung diusir, sampe di lempar-lempar batu segala. Padahal mereka hampir tiap hari makan telur dan daging guwe. Sebel!!! benci banget guwe sama yang namanya manusia.
Sapi : Emang lho doang yang benci???? Guwe lebih benci mereka dari siapapun!
Ayam : Emang lho kenapa.. pi?
Sapi : Coba ello bayangin, hampir tiap hari susu gue di elus-elus, dipencet-pencet, diremas-remas, tapi manusia durjana itu kagak pernah nikahin guwe, boro-boro ngelamar... Sakiiiittt banget batin guwe , emangnya guwe jablay.!!!!!
Belajar dari kisah anak pertama
Kisah Inspiratif yang menarik: “Suatu hari, seorang pemuda terpelajar sedang naik pesawat ke Jakarta.
Di sampingnya duduk seorang ibu yg sudah berumur. Si pemuda menyapa & akhirnya larut dalam obrolan ringan. “Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?”, tanya si Pemuda. “Oh… Saya mau ke Jakarta terus connecting flight ke Singapore nengokin anak saya yg kedua.”, jawab ibu itu.
“Wouw….. hebat sekali putra ibu!”, pemuda itu menyahut & terdiam sejenak. Pemuda itu dgn “keberanian” yg didasari rasa ingin tahu melanjutkan pertanyaannya, “Kalau saya tidak salah, anak yg di Singapore tadi, putra yg kedua ya Bu?
Bagaimana dgn kakak & adik2nya?”. “Anak saya yg ketiga seorang dokter di Malang, yg keempat kerja di perkebunan di Lampung, yg kelima menjadi arsitek di Jakarta, yg keenam menjadi kepala cabang bank diPurwokerto, yg ke tujuh menjadi dosen di Semarang”, si ibu menerangkan.
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak2nya dgn sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.
“Terus bagaimana dgn anak pertama Ibu?”, tanya pemuda itu penasaran. Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, “Anak saya yg pertama menjadi peternak di Godean Jogja, nak. Dia memelihara ayamnya sendiri yg tidak terlalu banyak“.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya bu, sepertinya ibu agak kecewa ya dgn anak pertama ibu? Adik2nya berpendidikan tinggi& sukses di pekerjaannya, sedang dia hanya menjadi peternak?”.
Dgn tersenyum ibu itu menjawab, ”Ooo tidak…, tidak begitu nak. Justru saya sangat bangga dgn anak pertama saya, karena dia lah yg membiayai sekolah semua adik2nya dari hasil dia beternak”
Langganan:
Postingan (Atom)