
Mengajar adalah profesi yang mulia, tidak dapat disamai oleh profesi
lain apapun dalam hal keutamaan dan kedudukan. Semakin bermanfaat materi
ilmunya maka semakin tinggi pula kemuliaan dan derajat pemiliknya. Dan
ilmu yang paling mulia secara mutlak adalah ilmu syari’at, baru kemudian
ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, masing-masing sesuai dengan
tingkatannya. Tugas seorang pengajar tidak sebatas menyampaikan materi
pelajaran kepada anak didik saja bahkan ia merupakan tugas yang berat
dan sulit –tetapi akan mudah bagi siapa yang dimudahkan Allah-. Tugas
tersebut menuntut seorang pengajar bersifat sabar, amanah, ketulusan,
dan mengayomi yang di bawahnya. Hendaklah seorang pengajar yang baik
itu, meneladani cara mengajar ala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
karena beliaulah suri teladan bagi umat manusia.
Mengikhlaskan Mengajarkan Ilmu untuk Allah
Ini adalah sebuah perkara yang agung yang dilalaikan banyak kalangan
pengajar dan pendidik, yaitu membangun dan menanamkan prinsip
mengikhlaskan ilmu dan amal hanya untuk Allah. Berapa banyak ilmu yang
bermanfaat dan amalan-amalan yang mulia untuk umat, namun pemiliknya
tidak mendapat bagian manfaat darinya sedikitpun dan hilang begitu saja
bersama hembusan angin bagaikan debu yang beterbangan.
Ibnu Rajab rahimahullaah berkata,
“ Adapun jika dia melakukan sebuah amalan, murni untuk Allah, kemudian
Allah melemparkan pujian baik baginya di hati orang-orang Mukmin dengan
hal itu, lalu dia merasa senang dengan anugerah dan rahmat Allah serta
merasa gembira dengannya, maka hal itu tidak mengapa baginya. Pada makna
ini terdapat hadits Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau ditanya tentang laki-laki
yang melakukan sebuah amalan ikhlas untuk Allah berupa kebaikan, yang
lantaran itu ia dipuji oleh orang-orang, maka beliau bersabda, ‘Itu
adalah berita gembira orang beriman yang disegerakan’. “(HR. Muslim)
Jujur
Sifat jujur adalah mahkota di atas kepala seorang guru pengajar. Jika
sifat itu hilang maka dia akan kehilangan kepercayaan manusia akan
ilmunya dan pengetahuan yang ia sampaikan. Jujur adalah kunci
keselamatan hamba di dunia dan di akhirat.
Karakter Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang berupa sifat
jujur, memiliki pengaruh besar di dalam masuknya banyak manusia ke dalam
agama Allah. Kejujuran seorang pengajar akan menanamkan rasa percaya
anak didik kepadanya dan kepada perkataannya serta menghormatinya.
Kejujuran seorang pengajar akan terlihat pada konsekuensi-konsekuensi
tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya, yang diantaranya adalah
mentransfer pengetahuan lengkap beserta dengan hakekat dan
pengetahuan-pengetahuan yang dikandungnya kepada para generasi penerus,
sehingga berdusta kepada siswa akan menjadi perintang dalam proses
penyampaian ilmu dan menghilangkan kepercayaan dan efeknya juga akan
merambat ke masyarakat.
Berakhlak Mulia dan Terpuji
Tidak diragukan lagi bahwa kata yang baik dan tutur bahasa yang bagus
mampu memberikan pengaruh di jiwa, mendamaikan hati, serta
menghilangkan dengki dan dendam dari dada. Demikian juga raut wajah yang
tampak dari seorang pengajar, ia mampu menciptakan umpan balik positif
atau negatif pada siswa karena wajah yang riang dan berseri merupakan
sesuatu yang disenangi dan disukai jiwa. Adapun bermuka masam dan
mengernyitkan dahi adalah sesuatu yang tidak disukai dan diingkari jiwa.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling
agung akhlaknya, lemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan sosok yang
bersikap keras lagi berhati kotor, tidak pula berlaku ekstrim.
Tawadhu‘ (Rendah Hati)
Tawadhu‘ adalah sikap terpuji, walaupun bentuk merendahkan diri, hal
itu jika di sisi Allah, maka betapa nikmat dan lezatnya karena ubudiyah
tidak akan terealisasi dan tidak akan sempurna kecuali dengan sikap
merendahkan diri kepada Allah. Adapun sikap merendah kepada makhluk,
maka hal itu khusus hanya pada orang-orang mukmin saja.