Jumat, 17 April 2015
Penyebab Kelemahan Ummat
انَّ اْلحَقَّ يَضْعُفُ بِاْلإِخْتِلاَفِ وَاْلإِفْتِرَاقِ وَاَنَّ اْلبَاطِلَ قَدْ يَقْوى بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِتِّفَاقِ
“Sesungguhnya kebenaran dapat menjadi lemah karena perselisihan dan perpecahan dan kebathilan sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan dan kekompakan" (Kalam Sayyidina 'Ali Karramallahu Wajhah, disebutkan didalam kitab Qanun Asasi Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari)
Yang Baik jadi Rising Star
"Sesungguhnya kebaikan itu memancarkan cahaya pada wajah seseorang, dan cahaya pada hati, keluasan dalam rezeki, kekuatan pada badan, kecintaan di tengah makhluk. Dan keburukan akan mengakibatkan kehitaman pada wajah, kegelapan dalam hati, kelemahan badan dan kekurangan rezeki, serta kebencian di dalam hati para makhluk Allah.'' (Abdullah bin Abbas Radliyallah ‘anh)
Jadilah Guru yang Sebenarnya
Mengajar adalah profesi yang mulia, tidak dapat disamai oleh profesi lain apapun dalam hal keutamaan dan kedudukan. Semakin bermanfaat materi ilmunya maka semakin tinggi pula kemuliaan dan derajat pemiliknya. Dan ilmu yang paling mulia secara mutlak adalah ilmu syari’at, baru kemudian ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, masing-masing sesuai dengan tingkatannya. Tugas seorang pengajar tidak sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik saja bahkan ia merupakan tugas yang berat dan sulit –tetapi akan mudah bagi siapa yang dimudahkan Allah-. Tugas tersebut menuntut seorang pengajar bersifat sabar, amanah, ketulusan, dan mengayomi yang di bawahnya. Hendaklah seorang pengajar yang baik itu, meneladani cara mengajar ala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena beliaulah suri teladan bagi umat manusia.
Mengikhlaskan Mengajarkan Ilmu untuk Allah
Ini adalah sebuah perkara yang agung yang dilalaikan banyak kalangan pengajar dan pendidik, yaitu membangun dan menanamkan prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal hanya untuk Allah. Berapa banyak ilmu yang bermanfaat dan amalan-amalan yang mulia untuk umat, namun pemiliknya tidak mendapat bagian manfaat darinya sedikitpun dan hilang begitu saja bersama hembusan angin bagaikan debu yang beterbangan.
Ibnu Rajab rahimahullaah berkata,
“ Adapun jika dia melakukan sebuah amalan, murni untuk Allah, kemudian Allah melemparkan pujian baik baginya di hati orang-orang Mukmin dengan hal itu, lalu dia merasa senang dengan anugerah dan rahmat Allah serta merasa gembira dengannya, maka hal itu tidak mengapa baginya. Pada makna ini terdapat hadits Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau ditanya tentang laki-laki yang melakukan sebuah amalan ikhlas untuk Allah berupa kebaikan, yang lantaran itu ia dipuji oleh orang-orang, maka beliau bersabda, ‘Itu adalah berita gembira orang beriman yang disegerakan’. “(HR. Muslim)
Jujur
Sifat jujur adalah mahkota di atas kepala seorang guru pengajar. Jika sifat itu hilang maka dia akan kehilangan kepercayaan manusia akan ilmunya dan pengetahuan yang ia sampaikan. Jujur adalah kunci keselamatan hamba di dunia dan di akhirat.
Karakter Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang berupa sifat jujur, memiliki pengaruh besar di dalam masuknya banyak manusia ke dalam agama Allah. Kejujuran seorang pengajar akan menanamkan rasa percaya anak didik kepadanya dan kepada perkataannya serta menghormatinya. Kejujuran seorang pengajar akan terlihat pada konsekuensi-konsekuensi tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya, yang diantaranya adalah mentransfer pengetahuan lengkap beserta dengan hakekat dan pengetahuan-pengetahuan yang dikandungnya kepada para generasi penerus, sehingga berdusta kepada siswa akan menjadi perintang dalam proses penyampaian ilmu dan menghilangkan kepercayaan dan efeknya juga akan merambat ke masyarakat.
Berakhlak Mulia dan Terpuji
Tidak diragukan lagi bahwa kata yang baik dan tutur bahasa yang bagus mampu memberikan pengaruh di jiwa, mendamaikan hati, serta menghilangkan dengki dan dendam dari dada. Demikian juga raut wajah yang tampak dari seorang pengajar, ia mampu menciptakan umpan balik positif atau negatif pada siswa karena wajah yang riang dan berseri merupakan sesuatu yang disenangi dan disukai jiwa. Adapun bermuka masam dan mengernyitkan dahi adalah sesuatu yang tidak disukai dan diingkari jiwa. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling agung akhlaknya, lemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan sosok yang bersikap keras lagi berhati kotor, tidak pula berlaku ekstrim.
Tawadhu‘ (Rendah Hati)
Tawadhu‘ adalah sikap terpuji, walaupun bentuk merendahkan diri, hal itu jika di sisi Allah, maka betapa nikmat dan lezatnya karena ubudiyah tidak akan terealisasi dan tidak akan sempurna kecuali dengan sikap merendahkan diri kepada Allah. Adapun sikap merendah kepada makhluk, maka hal itu khusus hanya pada orang-orang mukmin saja.
Langganan:
Postingan (Atom)