09/27/2013 (All day)
Jakarta
– Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan (Wamendik)
Musliar Kasim, menyampaikan dua materi di luar ujian nasional pada
penutupan konvensi UN, Jumat (27/9). Kedua materi tersebut adalah
kurikulum 2013 dan bantuan siswa miskin (BSM).
Tentang kurikulum 2013 Musliar mengatakan,
Kemdikbud membuka kesempatan kepada kabupaten/kota yang ingin
melaksanakan kurikulum 2013 secara mandiri. Hal tersebut dikemukakan
Musliar menanggapi banyaknya surat yang masuk ke kementerian dari
kabupaten yang ingin melaksanakan kurikulum 2013 secara mandiri. “Yang
ingin melaksanakan mandiri silahkan saja, tapi kami beri catatan di
situ, kabupaten boleh melaksanakan mandiri asal tidak membebani orang
tua,” katanya.
Saat ini terdapat 6.326 sekolah sasaran yang
melaksanakan kurikulum 2013 dengan biaya dari pemerintah pusat.
Guru-guru di sekolah-sekolah tersebut telah dilatih oleh instruktur
nasional sebelum tahun pelajaran dimulai. Untuk itu, kata Musliar, bagi
kabupaten yang ingin menerapkan kurikulum 2013 secara mandiri,
guru-gurunya harus dilatih dari pelatih atau instruktur yang telah
disiapkan. “Untuk buku dan pelatihan guru harus disediakan dari APBD
kabupaten, tapi instruktur atau pelaksananya atau pelatihnya mesti
pelatih yang sudah disiapkan, baik dari narsum atau instruktur nasional
yang sudah ada,” tuturnya.
Sedangkan untuk BSM, Wamendik menghimbau kepada
seluruh peserta konvensi UN yang terdiri dari pegiat di dunia pendidikan
agar ikut menyosialisasikan BSM kepada masyarakat. Karena hingga 17
September, penyerapan dana BSM baru 21 persen. “Kita di Kemdikbud dan
Kemenag mendapat alokasi BSM ini 16,5 juta anak. Hanya saja amat
disayangkan daya serapnya sangat rendah,” kata Musliar.
Pola penyaluran BSM tahun ini berbeda dengan tahun
lalu. Jika tahun sebelumnya pendataan penerima BSM dilakukan oleh
kepala sekolah untuk kemudian diteruskan ke dinas pendidikan di
kabupaten dan pusat, maka tahun ini pemberian BSM dilakukan langsung
kepada orang tua yang memiliki kartu penjaminan sosial (KPS). “Orang tua
harus mendaftarkan anaknya kemana dia sekolah, apa di SD, SMP, atau
SMA, dibawa KPS nya,” ujar mantan rektor Universitas Andalas ini.
Dari dana yang disiapkan Rp 7 triliun untuk BSM,
baru lebih kurang Rp 2 triliun yang terserap. Padahal, jika BSM ini
dapat tersalurkan dengan baik akan sangat membantu keluarga yang kurang
mampu untuk menyekolahkan anaknya, dan meningkatkan angka partisipasi
kasar siswa yang bersekolah. “Karena APK saat ini terutama SMA masih
rendah, 78 persen, (BSM) ini diharapkan dapat membantu mereka
menyekolahkan anaknya ke sekolah yang mereka inginkan,” pungkasnya. (AR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar