Senin, 25 Agustus 2014
Buktikan Kepedulianmu dengan Dakwah
Saya berani jamin, pasti setiap orang mengetahui bagaimana itu rasanya sakit. Baik itu Sakit kepala, sakit perut, hidung tersumbat, kaki lecet dan sakit-sakit lainnya dalam bentuk fisik maupun non fisik. Yaa bagian sakit nonfisik sejenis sakit hati lagi laah . . misalkan, saat nilai ulangan jelek, dijauhi temen, dicuekin gebetan (nah yang satu ini ati2 brasistah), dan bisajadi saaakiitt hati ketika setibanya di rumah, perut terasa lapar, buka ricecooker.. there’s nothing! Ciaaat.. benar2 menyakitkan. Ckckck. Ngga gitu juga sih, tapi kamu pastilah pernah merasakan bagaimana itu sesuatu yang namanya si “Pain”,”sick”, and ”hurt” itu. Gimana rasanya? Sakit, pastinya.
Nah saat kondisi seperti itu, secara otomatis pasti kegiatan kita terhambat, konsentrasi jadi buyar, berharap rasa sakit ini secepatnya reda. Namun apa daya, sakit itu kian menular hingga untuk tidurpun tak bisa..
Dia, bagian ‘tubuh’ yang tersakiti.
Teman-teman, hamper semua pasti tau tentang hadist yang menjelaskan bahwa ummat islam bagaikan satu tubuh.
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun ‘Alaih dari al-Nu’man bin Basyir)
Coba kita renungi dan bayangkan. Seorang perempuan muda belasan tahun, disakiti dan dizalimi karena keimanannya yang kuat kepada Allah Swt. Semangatnya dalam menegakkan Asma-Asma Allah dan kebenaran membuat ia ditangkap oleh pemerintah setempat yang tidak setuju jika aturan Tuhannya ditegakkan dibumi secara kaaffah. Amaanov Zulfia namanya.
Putri dari sang mujahid Amaanov Hamidullah. Ia sangat mencintai Islam sejak usia muda dan terus mempelajari Islam, Ilmu Fiqih bersamaan dengan ilmu-ilmu lainnya ia lahap dengan semnagat. Dia menghafal Al qur’an dengan tekun dan ia memiliki kemampuan mempelajari berbagai bahasa termasuk bahasa Arab sejak usia 5 tahun, Zulfia harus dipisahkan dengan ayahnya karena ayahnya berani memperjuangkan penegakan islam di negerinya. Pihak yang kontra (penguasa tiran ) pun menangkap sang ayah, menzalimi beliau selama 14 tahun hinga akhirnya dikabarkan, Amaanov Hamidullah telah meninggal dunia satu tahun kemarin. Dan keluarga pun tak menerima jasadnya.
Bayangkan jika salah satu keluarga kita, dikabarkan meninggal dunia, sedangkan jasadnya tidak diserahkan kembali pada kita, apa yang akan kita rasakan? Yang padahal sesuatu yang diperjuangkan keluarga kita tersebut adalah sesuatu yang benar dan untuk kebaikan ummat. Yaa begitulah keadaaan saat ini kawan, Yang salah di tegakkan sedangkan yang baik di lumpuhkan. Bahkan untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah saja bingung karena taka da pemimpin yang menentukan ini salah ini benar.
Kembali pada kisah muslimah Amaanov Zulfia, karena pihak keluarga Hamidullah tidak terima dengan perlakuan pemerintah, pihak keluarga meminta para penindas Kirgistan dan Uzbekistan melakukan investigasi untuk memastikan kondisi meninggalnya putra mereka juga menginginkan jasadnya diserahkan kepada keluarga. Amaanov Zulfia mendekati pihak-pihak ketiga untuk mengungkap kejahatan para rezim tiran dan mengekspos kebohongan-kebohongan mereka. Inilah yang menjadii penyebab kekejaman dan kemarahan rezim pemerintahannya yang membalasnya dengan menangkap Amaanov Zulfia. Hingga saat ini, taka ada yang tau dimana dan bagaimana nasib kan kondisi ‘bagian tubuh umat muslim’ ini.
Akibat dari tidak adanya ukhuwah
Sobat muslim dan muslimah, begitulah kondisi kaum muslim saat ini. Pada saat ada bagian dari tubuhnya yang terluka, bagian tubuh lain tidak ikut merasakan kelukaan tersebut karena mereka tidak bersatu dalam satu komando. Jika kita analogikan, Tangannya dimana.. kaki dimana.. mata di mana.. jantung dimana.. sehingga saat bagian jantung kesakitan, tangan masih tetap bisa mencuci, mengepel, makan dan bersenang-senang karena jantungnya bukan jantung yang bersatu dalam satu tubuh dengan sang tangan. Sehingga tak ada tindakan dari bagian tubuh lain untuk membantu si jantung yang sedang dalam kesakitan. Jantung sakit tangan malah main bekel. Ya.. Wong jantungnya jantung orang lain, wkwk . . \
Nah, jika kita bandingkan dengan kehidupan pada zaman Rasulullah, ummat muslim benar-benar dalam satu tubuh. Ada orang yang terluka, maka seluruh bagian yang lain ikut membantu karena semuanya dalam satu komando, satu pemimpin dan satu negara tanpa dibatasi oleh wilayah-wilayah lain dan tanpa pecah belah meski berbeda pendapat.
Loh kok bisa gitu mbak?
Ya karena mereka bersatu mas, namun ikatan yang membuat mereka bersatu bukan berdasarkan pada wilayah. Namun pada akidah yang sama ialah akidah Islam.
“Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” Lalu beliau shallallaahu 'alaihi wasallam lalu beliau menautkan antar jari-jemarinya. (Muttafaq ‘alaih)
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya (tidak peduli padanya), menghinanya.” (HR. Muslim)
So, what should we do?
Lalu apa yang bisa kita lakukan melihat zulfia dan ummat muslim lain yang terzalimi karena islam yang terpecah belah ?
Tentunya, Kita sebagai remaja, jangan hanya diam saja ketika saudara seiman kita dibelahan bumi lain tersakiti. Kita harus bertindak untuk membantunya.
“Tapi kan jauh . . masa saya harus kesana . . “
Kalau mau ke TKP itu bagus, namun jika tidak bisa, bantulah mereka dengan berdakwah. Dakwah untuk mempersatukan umat Islam berdasarkan akidah Islam. Jangan karena beda Negara beda wilayah lantas tidak merasa mereka bukan bagian dari saudara kita. Jika umat Islam telah bersatu dan kekuatan telah berkumpul dengan tegak kokoh berdiri, maka umat Islam akan semakin kuat dan kembali menjadi satu kesatuan tubuh yang saling membantu satu sama lain, kembali menjadi satu bangunan kokoh yang saling menopang satu sama lain, kembali jadi islam yang gemilang seperti janji Allah melalui Rasul-Nya.
Siapa yang harus memperjuangkan itu, siapa lagi kalau bukan kita?
Maka Maukah engkau menjadi pejuan Islam yang mulia?
Maukah engkau menjadi salah satu ummat yag dicintai Rasulullah karena keteguhannya dalam berislam?
Maukah engkau menjadi salah satu tombak pemersatu umat Islam demi tercapainya tujuan kita, ridha Allah?
Satu perasaan, satu pikiran, satu tujuan. Itulah yang membuat kita kokoh. Buktikan kepedulianmu dengan dakwah. Mari berdakwah!!
Pesona Kekuatan Iman Sahabat Rasul
Kaum Muslimin harus menghadapi
pasukan musyrik Quraisy yang merupakan kerabat mereka sendiri dalam
Perang Badar Kubra. Nampaklah gambaran mempesona yang menampakkan
kekuatan iman dan kekokohan pijakan dari para sahabat.
Perang Badar Kubra adalah ujian pertama bagi kaum Muslimin di Madinah. Betapa tidak, dalam perang ini kaum Muhajirin harus berhadapan dengan kerabat mereka sendiri dari Makkah yang masih musyrik. Bapak berhadapan dengan anak, keponakan berhadapan dengan pamannya dan dua orang yang bersahabat di masa jahiliyah juga harus berhadapan. Akan tetapi pijakan masing-masing berbeda dan kedua belah pihak dipisah dengan pedang, yang satu harus menundukan yang lain dan kemarahan pun menjadi lebur.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw bersabda kepada para sahabat, “Sesungguhnya aku tahu ada beberapa orang dari Bani Hasyim, dan lain-lainnya yang diajak pergi paksa. Mereka tidak merasa perlu memerangi kita. Maka barangsiapa bertemu dengan seseorang Bani Hasyim, janganlah membunuhnya. Barangsiapa bertemu Abul Bakhtari bin Hisyam janganlah membunuhnya. Barangsiapa bertemu Al Abbas bin Al Muththalib, janganlah membunuhnya. Sesungguhnya dia diajak pergi dengan paksa”.
Abu Hudzaifah bin Utbah berkata,”Apakah kami boleh membunuh bapak kami, anak, saudara, kerabat kami dan membiarkan Al Abbas? Demi Allah andaikata aku bertemu denganya, aku pasti akan membabatnya dengan pedang.”
Rasulullah Saw mendengar apa yang dikatakan Abu Hudzaifah ini. Lalu beliau bertanya kepada Umar bin Al-Khatahab, “Wahai Abu Hafsh, layakkah paman Rasul Allah dibabat dengan pedang?.”
Umar menjawab, “Wahai Rasululah berikan kesempatan kepadaku untuk membabat lehernya dengan pedang. Demi Allah, dia telah munafik.”
Abu Hudzaifah berkata,”Aku merasa tidak aman dengan kata-kata yang pernah kuucapkan pada saat itu. Aku senantiasa dihantui rasa takut kecuali jika aku bisa menebusnya dengan mati syahid.” Akhirnya Abu Hudzaifah benar-benar terbunuh seorang syahid pada perang Al-Yamamah.
Beliau melarang membunuh Abul Bakhtari, karena dulu dia adalah orang yang paling sering melindungi Rasulullah Saw selagi masih berada di Makkah. Dia juga tidak pernah mengganggu beliau atau menimpakan sesuatu yang membuat beliau tidak senang. Dia juga termasuk orang yang berinisiatif menggugurkan piagam pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib.
Sekalipun begitu Abul Bakhtiar tetap terbunuh. Hal ini terjadi karena Al-Mujadzdzar bin Ziyad al-Balwi bertemu dengannya di tengah pertempuran yang sedang bersama seorang rekanya. Mereka berdua sama-sama berperang. Al-Mujadzdzar berkata, “Wahai Abul Bakhtiar, sesungguhnya Rasulullah Saw telah melarang kami untuk membunuhmu.”
“Lalu bagaimana dengan temanku ini?” tanya Abul-Bakhtiar.
“Tidak Demi Allah. Kami tidak akan membiarkan temanmu,’ jawab Al-Mujadzdzar.
“Demi Allah, kalau begitu aku akan mati bersama-sama dengannya.” Jawab Abul Bakhtiar. Lalu mereka berdua melancarkan serangan sehingga Al-Mujadzdzar membunuh Abul Bakhtiar.
Abdurahman bin Auf dan Ummayah bin Khalaf merupakan teman karib semasa jahiliyah di Makkah. Pada perang Badar itu Abdurrahman melewati Ummayah bin Khalaf yang sedang berpegang tangan dengan anaknya, Ali bin Umayyah. Sementara itu Abdurrahman membawa beberapa sebuah baju besi dari hasil rampasan. Tatkala melihatnya, Umayyah bertanya, “Apakah engkau ada perlu denganku?” Aku lebih baik dari pada baju-baju besi yang engkau bawa itu. Aku tidak pernah mengalami kejadian seperti hari ini. Apakah kalian membutuhkan susu?” artinya Umayyah akan memberikan tebusan berupa beberapa onta yang banyak menghasilkan air susu jika dia tertawan.
Abdurahman membuang baju-baju besi yang dibawanya, lalu menuntun Umayyah dan anaknya untuk jalan. Inilah penuturanya,”Tatkala aku sedang berjalan sambil mengempit tangan mereka berdua di kanan kiriku, Umayyah bin Khalaf bertanya kepadaku, “Siapakah seseorang di antara kalian yang mengenakan tanda pengenal di dadanya berupa sehelai bulu burung onta?”
“Dia adalah Hamzah bin Abdul Muththalib,”jawabku.
“Dialah orang yang paling banyak menimpakan bencana di pasukan kami,” kata Umayyah.
Demi Allah, selagi jalan aku mengampit tangan mereka berdua, tiba-tiba Bilal melihat Umayyah, yang waktu di Makkah dulu dialah yang telah menyiksanya.
Bilal berkata,”Dedengkot kekufuran adalah Umayyah bin Khalaf. Aku tidak selamat jika dia masih selamat.”
“Wahai Bilal, dia dalah tawananku,” kataku.
“Aku tidak selamat jika dia masih selamat,” katanya sekali lagi.
“Apakah engkau mendengarku wahai Ibnu Sauda?’ tanyaku.
Namun ia tetap berkata seperti tadi. Setelah itu ia berteriak dengan suara nyaring,”Wahai para penolong Allah, dedengkot kekufuran adalah Umayyah bin Khalaf. Aku tidak selamat jika dia masih selamat.”
Lalu mereka mengepung kami bertiga,
sehingga membuat kami seperti berada di tempat pemotongan ikan. Aku
berusaha melindungi Umayyah. Namun ada seseorang menghunus pedangnya
lalu membabatnya tepat mengenai anak Umayyah. Umayyah berteriak amat
keras, dan tidak pernah kudengar dia berteriak sekeras itu.Perang Badar Kubra adalah ujian pertama bagi kaum Muslimin di Madinah. Betapa tidak, dalam perang ini kaum Muhajirin harus berhadapan dengan kerabat mereka sendiri dari Makkah yang masih musyrik. Bapak berhadapan dengan anak, keponakan berhadapan dengan pamannya dan dua orang yang bersahabat di masa jahiliyah juga harus berhadapan. Akan tetapi pijakan masing-masing berbeda dan kedua belah pihak dipisah dengan pedang, yang satu harus menundukan yang lain dan kemarahan pun menjadi lebur.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw bersabda kepada para sahabat, “Sesungguhnya aku tahu ada beberapa orang dari Bani Hasyim, dan lain-lainnya yang diajak pergi paksa. Mereka tidak merasa perlu memerangi kita. Maka barangsiapa bertemu dengan seseorang Bani Hasyim, janganlah membunuhnya. Barangsiapa bertemu Abul Bakhtari bin Hisyam janganlah membunuhnya. Barangsiapa bertemu Al Abbas bin Al Muththalib, janganlah membunuhnya. Sesungguhnya dia diajak pergi dengan paksa”.
Abu Hudzaifah bin Utbah berkata,”Apakah kami boleh membunuh bapak kami, anak, saudara, kerabat kami dan membiarkan Al Abbas? Demi Allah andaikata aku bertemu denganya, aku pasti akan membabatnya dengan pedang.”
Rasulullah Saw mendengar apa yang dikatakan Abu Hudzaifah ini. Lalu beliau bertanya kepada Umar bin Al-Khatahab, “Wahai Abu Hafsh, layakkah paman Rasul Allah dibabat dengan pedang?.”
Umar menjawab, “Wahai Rasululah berikan kesempatan kepadaku untuk membabat lehernya dengan pedang. Demi Allah, dia telah munafik.”
Abu Hudzaifah berkata,”Aku merasa tidak aman dengan kata-kata yang pernah kuucapkan pada saat itu. Aku senantiasa dihantui rasa takut kecuali jika aku bisa menebusnya dengan mati syahid.” Akhirnya Abu Hudzaifah benar-benar terbunuh seorang syahid pada perang Al-Yamamah.
Beliau melarang membunuh Abul Bakhtari, karena dulu dia adalah orang yang paling sering melindungi Rasulullah Saw selagi masih berada di Makkah. Dia juga tidak pernah mengganggu beliau atau menimpakan sesuatu yang membuat beliau tidak senang. Dia juga termasuk orang yang berinisiatif menggugurkan piagam pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib.
Sekalipun begitu Abul Bakhtiar tetap terbunuh. Hal ini terjadi karena Al-Mujadzdzar bin Ziyad al-Balwi bertemu dengannya di tengah pertempuran yang sedang bersama seorang rekanya. Mereka berdua sama-sama berperang. Al-Mujadzdzar berkata, “Wahai Abul Bakhtiar, sesungguhnya Rasulullah Saw telah melarang kami untuk membunuhmu.”
“Lalu bagaimana dengan temanku ini?” tanya Abul-Bakhtiar.
“Tidak Demi Allah. Kami tidak akan membiarkan temanmu,’ jawab Al-Mujadzdzar.
“Demi Allah, kalau begitu aku akan mati bersama-sama dengannya.” Jawab Abul Bakhtiar. Lalu mereka berdua melancarkan serangan sehingga Al-Mujadzdzar membunuh Abul Bakhtiar.
Abdurahman bin Auf dan Ummayah bin Khalaf merupakan teman karib semasa jahiliyah di Makkah. Pada perang Badar itu Abdurrahman melewati Ummayah bin Khalaf yang sedang berpegang tangan dengan anaknya, Ali bin Umayyah. Sementara itu Abdurrahman membawa beberapa sebuah baju besi dari hasil rampasan. Tatkala melihatnya, Umayyah bertanya, “Apakah engkau ada perlu denganku?” Aku lebih baik dari pada baju-baju besi yang engkau bawa itu. Aku tidak pernah mengalami kejadian seperti hari ini. Apakah kalian membutuhkan susu?” artinya Umayyah akan memberikan tebusan berupa beberapa onta yang banyak menghasilkan air susu jika dia tertawan.
Abdurahman membuang baju-baju besi yang dibawanya, lalu menuntun Umayyah dan anaknya untuk jalan. Inilah penuturanya,”Tatkala aku sedang berjalan sambil mengempit tangan mereka berdua di kanan kiriku, Umayyah bin Khalaf bertanya kepadaku, “Siapakah seseorang di antara kalian yang mengenakan tanda pengenal di dadanya berupa sehelai bulu burung onta?”
“Dia adalah Hamzah bin Abdul Muththalib,”jawabku.
“Dialah orang yang paling banyak menimpakan bencana di pasukan kami,” kata Umayyah.
Demi Allah, selagi jalan aku mengampit tangan mereka berdua, tiba-tiba Bilal melihat Umayyah, yang waktu di Makkah dulu dialah yang telah menyiksanya.
Bilal berkata,”Dedengkot kekufuran adalah Umayyah bin Khalaf. Aku tidak selamat jika dia masih selamat.”
“Wahai Bilal, dia dalah tawananku,” kataku.
“Aku tidak selamat jika dia masih selamat,” katanya sekali lagi.
“Apakah engkau mendengarku wahai Ibnu Sauda?’ tanyaku.
Namun ia tetap berkata seperti tadi. Setelah itu ia berteriak dengan suara nyaring,”Wahai para penolong Allah, dedengkot kekufuran adalah Umayyah bin Khalaf. Aku tidak selamat jika dia masih selamat.”
“Cari selamat sebisamu, karena tidak ada lagi keselamatan di sini. Demi Allah aku tidak membutuhkanmu sedikitpun,” kataku. Lalu mereka menyabetkan pedang kepada mereka berdua hingga tidak berkutik lagi.
“Semoga Allah merahmati Bilal. Baju-baju besiku sudah hilang dan hatiku menjadi galau gara-gara tawananku,” kataku.
Di dalam Zadul Ma’ad disebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf berkata kepada Umayyah, ”Telentangkan badanmu!” maka Umayyah pun melentangkan badannya, lalu Abdurrahman melentangkan badannya di atas badan Ummayyah. Lalu mereka tetap menusuk-nusukkan pedang ke badan Umayyah yang ditindih Abdurahman, akibatnya ada di antara pedang mereka yang juga mengenai badan Abdurrahman.
Dalam peperangan ini pula Umar bin Khaththab ra membunuh pamannya sendiri, Al Ash bin Hisyam bin Al Mughirah
Setiap 100 Tahun, Allah Berikan Ulama Pembaharu
Tuntutan dan tujuan yang paling penting adalah Tauhid kepada Rabb sekalian alam, sasaran kita adalah keridhaan Allah, cita cita kita adalah surga, rujukan kita adalah syariat, dan jalan hidup kita adalah hadis shahih. Jihad kepada Allah adalah sesuatu yang tetap berlaku hingga hari kiamat, dan pintu ijtihad dalam syariat selalu terbuka. Bahwa setiap seratus tahun itu akan muncul seorang pembaharu dari kalangan ahlulsunnah waljamaah, adalah benar tapi tidak dijelaskan pembaharu dibidang apa, bisa dibidang hadits, fiqih, amar maruf nahi munkar, kepemimpinan atau jihad. – Syeikh Aidh Al Qarny
Ada Lawan Pasti Ada Kawan
Memanglah orang yang hendak membawakan kebenaran itu, ibarat orang berdiri antara dua pihak. Kawan dapat, musuh pun dapat. Keduanya datang bersama sama. Hanya orang yang tidak memiliki musuh, yang tidak memiliki kawan. Jadi kalau saudara mau mempunyai banyak kawan, musuh saudara pun akan banyak. Tidaklah Tuhan memberikan kepada orang yang berjuang itu kawan saja tanpa lawan. Kalau memang lawan sudah tidak ada, tentu tidak ada lagi perjuangan.
Sukarnya, orang yang sedang memperjuangkan yang haq itu matanya hanya tertuju kepada lawan lawan saja. Yang dilihatnya hanyalah di mana-mana orang mengejek dan orang memaki lalu dia menjadi sesak nafas dan putus asa. Akan tetapi dia harus melihat juga bahwa Allah SWT mengadakan tiap tiap sesuatu dalam pasangan. Ini pun ada pasangannya, sebagaimana ada wanita dan pria, ada negative ada positif, ada bathil ada haq, begitu pula ada lawan ada kawan.
Selama kita masih hidup dalam sunnatuLLah yang berlaku di dunia fana ini, kita harus yakin bahwa apabila kita bergerak dalam masyarakat manusia biasa, bukan malaikat, maka ketahuilah bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak terlepas dari orang yang setuju dan dengan orang yang tidak setuju. - Muhammad Natsir -
Kiat Pendidikan Islami Sejak Dini pada Anak
Anak adalah amanah yang diberikan Allah Swt pada para orang tua. Karenanya, orang tua berkewajiban mengasuh, mendidik, melindungi dan menjaga amanah Allah itu agar menjadi generasi muslim yang bukan hanya sukses di dunia, tapi juga di akhirat kelak.
Dalam keseharian, para ibulah yang memegang peranan penting dalam pengasuhan dan pendidikan putra-putrinya. Pernahkah para ibu merenungkan sejauh mana peranan yang mereka mainkan akan berpengaruh dalam perjalanan hidup si anak? Kita semua tahu bahwa semua perbuatan manusia selama di dunia dicatat dalam sebuah buku yang akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. Begitu pula anak-anak kita kelak, dan isi catatan buku mereka selama di dunia sangat tergantung dengan bagaimana cara kita mendidik mereka, apakah kita menerapkan pola pengasuhan dan pendidikan yang cukup Islami.
Sebagai contoh, apakah anak-anak kita sekarang sudah memahami tentang hubungannya dengan Sang Pencipta? Nasehat apa yang akan kita berikan pada anak-anak ketika kita menjelang ajal, sehingga ketika kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt tentang anak-anak kita, kita mampu menjawab, "Ya Allah, aku membesarkan anak-anakku dengan ihsan (sempurna) semampu yang saya bisa, agar taat dan tunduk pada ajaran-Mu."
Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini. Tugas mendidik, menjaga dan melindungi anak dari pengaruh buruk arus globalisasi dan modernisasi, bukan perkara yang ringan. Bekal pendidikan dari sekolah berkualitas, menanamkan rasa tanggung jawab dan disiplin serta moral tidak cukup, jika tidak diimbangi dengan bekal pendidikan agama yang baik.
Bekal pendidikan rohani yang harus para ibu tanamkan sejak dini adalah membangun keyakinan yang kuat dalam hati mereka tentang ke-esa-an Allah Swt, mengajarkan rasa cinta yang besar pada Nabi Muhammad Saw dan mengajarkan mereka nilai-nilai serta ketrampilan yang akan bermanfaat bagi kehidupan mereka saat dewasa nanti.
Sejak dini, tanamkan pada diri anak-anak tentang konsep Tiada tuhan Selain Allah. Allah tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Selalu mengingatkan pada anak-anak bahwa Allah Mahatahu apa yang ada di bumi dan di langit, agar anak-anak selalu menjaga ucapan dan tindakannya. Beritahukan pada anak-anak, apa sesungguhnya tujuan hidup ini dan arahkan mereka agar tetap fokus dan memiliki visi yang jelas tentang konsep hidup.
Itulah tantangan bagi para ibu untuk menghasilkan generas-generasi muslim yang hebat dan bermanfaat bagi umat. Generasi yang tidak hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas dari sisi sosial, emosi dan spiritual. Tentu saja untuk melakukan itu semua, para ibu harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk mendidik dan berinteraksi dengan anak-anak. Tips-tips berikut bisa menjadi acuan bagi para ibu dalam menerapkan pola asuh dan pendidikan bagi anak-anak di rumah, agar menjadi generasi yang Islami:
1. Setiap anak itu unik
Kita harus memahami bahwa setiap anak terlahir unik. Pahami bahwa setiap anak lahir sebagai individu yang mewirisi kualitas kepribadian yang berada di luar kendali orang tua. Itulah sebabnya, orang tua harus mampu mengidentifikasi karakteristik yang unik dan perilaku anak-anak kita, tanpa harus mencetak dan mendorong anak-anak ke arah yang orang tua sukai. Jika kita memahami hal ini, kita akan memberikan pengasuhan, bimbingan dan dukungan yang anak-anak butuhkan untuk melengkapi potensi yang telah Allah berikan pada mereka.
2. Membangun dan menanamkan tentang kasih sayang Allah Swt pada anak-anak
Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (Surat At-Tahrim;6). Tanamkan pada anak-anak bahwa tentang kecintaan dan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi adalah atas kehendak Allah. Ajarkan mereka selalu mengucapkan "La illaha illah Allah; jika anak meminta sesuatu, katakan pada mereka untuk berdoa, meminta pada Allah karena Allah yang memiliki segala sesuatu. Ajarkan kecintaan pada Allah saat santai dan berbincang-bincang dengan anak, agar mereka mudah memahami mengapa manusia beribadah, harus taat dan melaksanakan ajaran-Nya.
3. Salat
Rasulullah Saw berkata, "Ajarilah anak-anakmu salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan ketika mereka berusia sepuluh tahun, hukumlah jika mereka melalaikan salat.". Orang tua harus membiasakan mengajak anak salat tepat waktu. Jadikah salat berjamaah sebagai kebiasaan dalam keluarga, bahkan jika anak masih di bawah umur, tak ada salahnya selalu mengajak mereka salat. Jika kewajiban salat sudah melekat kuat dalam diri anak, maka anak-anak akan terlatih untuk salat dengan khusyuk.
4. Kegiatan Sosial
Ajaklah anak-anak sesering mungkin untuk melakukan aktivitas sosial, berjalan-jalan ke taman, berkunjung ke kebun binatang atau museum, belajar berenang, bertaman, mengamati matahari tenggelam, dan kegiatan lainnya. Sebisa mungkin, jauhkan anak dari kebiasaan nonton tv dan isi waktu luang mereka dengan aktivitas fisik, misalnya melakukan olahraga yang mereka sukai.
5. Berkumpul dengan Keluarga
Biasakan berkumpul dengan seluruh keluarga, mendiskusikan berbagai isu yang merangsang semua anggota keluarga mengemukakan pendapatnya. Kebiasaan ini melatih rasa percaya diri anak dan kemampuannya bicara di muka umum dan akan mengakrabkan sesama anggota keluarga. Kebiasaan berkumpul ini juga bisa dilakukan dengan cara memainkan permainan yang melibatkan seluruh anggota keluarga atau memanfaatkan waktu makan, dengan membiasakan makan bersama.
6. Membangun kesadaran pada anak-anak akan pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan hidup
Kesadaran ini harus dimulai dari rumah sendiri, dengan melibatkan anak-anak dalam urusan pekerjaan rumah. Mintalah anak memilih pekerjaan rumah apa yang bisa ia lakukan, apakah menyapu, mengepel, mencuci piring, untuk membantu meringankan tugas ibu di rumah.
7 Komunikasi
Komunikasi adalah ketrampilan yang paling penting yang akan dipelajari anak-anak. Bicaralah pada anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Rasulullah Saw mencontohkan, saat bicara dengan anak-anak menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas sehingga anak-anak mau mendengarkan dan bisa memahami apa yang disampaikan.
8. Disiplin
Kita tahu bahwa disiplin dan pengendalian diri merupakan karakter utama seorang muslim. Kita belajar dan melatih diri tentang kedisiplinan dan pengendalian diri melalui ibadah puasa dan perintah Allah itu menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang dalam Islam. Orang tua harus menjelaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak-anak, dan apa konsekuensinya jika hal itu dilanggar. Tentu saja larangan itu dalam batas-batas yang wajar. Misalnya, orang tua tidak melarang anak nonton tv sama sekali, tapi memberi batasan berapa lama anak boleh nonton televisi, misalnya cuma 30 menit. Orang tua juga harus menepati janji jika menjajikan sesuatu pada anak, karena jika tidak, anak akan menganggap orang tuanya tidak bisa dipercaya.
9. Rutin
Membiasakan anak-anak melakukan tugas-tugasnya dengan rutin, misalnya salat tepat waktu, membaca dan menghapal Al-Quran, membaca hadis, membiasakan membaca doa-doa Rasulullah sebelum tidur, beramal meski cuma dengan senyum, dan kebiasaan lainnya yang akan menjadi kegiatan rutin bagi anak kelak.
10. Memberikan Teladan yang baik
Rasulullah Saw. adalah teladan terbaik bagi kaum Muslimin. Bacakanlah kisah-kisah tentang Rasulullah Saw, pada anak-anak agar anak-anak mengikuti Sunah-Sunahnya dengan rasa cinta. Bacakan pula kisah-kisah tentang para nabi, sahabat-sahabat Nabi, dan pahlawan-pahlawan dalam sejarah Islam sehingga tumbuh rasa cinta anak pada Islam.
11. Melakukan perjalanan yang menyenangkan
Perjalanan yang menyenangkan bersama keluarga tidak harus selalu mengunjungi tempat-tempat wisata, tapi bisa juga mengunjugi masjid-masjid lokal. Kunjungan ke masjid sekaligus mengajarkan anak tentang bagaimana etika berada di dalam masjid dan menumbuhkan rasa cinta pada masjid, terutama bagi anak lelaki. Selain masjid, ajaklah mereka berkunjung ke tempat-tempat bersejarah Islam agar mereka tahu warisan-warisan budaya dan sejarah Islam.
Tips-tips di atas cuma menjadi acuan bagi para orang tua, khususnya para ibu untuk menanamkan pendidikan yang Islami sejak usia dini. Tentu saja ikhtiar ini harus didukung oleh doa orang tua yang tak putus-putus untuk anak-anak mereka, agar harapan akan anak-anak yang bertakwa pada Allah Swt terkabul.
Minggu, 24 Agustus 2014
Teori Pendidikan Mana Yang Terbaik
“Sebaiknya ibu mengatakan pada anak ibu bahwa sekolah dimana-mana sama saja. Ibu juga sebaiknya harus mendisiplinkan anak ibu bahwa biaya sekolah itu cukup mahal. Anak-anak diajarkan juga untuk mengerti kondisi bahwa orangtua telah menyekolahkan anak dengan susah payah, apalagi bila sekolahnya itu adalah sekolah favorit maka sebaiknya si anak harus beradaptasi dan membiasakan diri dengan hal-hal yang tidak nyaman untuk menjadi nyaman dan berusaha sebaik-baiknya karena peluang sebagai anak yang diterima di sebuah sekolah favorit sangatlah tidak mudah. Seorang anak harus mengerti apa arti syukur. Ibu-ibu ingat, sebuah ayat yang menyatakan bahwa bila kita bersyukur maka akan ditambah nikmatnya, bila tidak bersyukur maka siksaKu sangat pedih, sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surah Ibrahim ayat 7.”
Uraian panjang lebar dari ustadz Ghufron membuat hati bu Maya sangat tidak nyaman. Siapa sih anak di dunia ini yang mau punya suasana sekolah tidak enak. Semua orangtua pastilah sedih bila melihat anaknya tidak mampu beradaptasi dan tidak memiliki kawan di sekolah yang baru, walaupun sekolah tersebut dikenal sebagai sekolah terbaik dan dikenal sebagai sekolah favorit, jadi rebutan dan hanya anak-anak pintar saja yang diterima di sekolah tersebut. Ditambah lagi teori sang ustadz terhadap kondisi anak bu Maya, sungguh hal ini tidak sesuai dan tidak nyaman bagi bu Maya sendiri yang sangat tahu anaknya seperti apa.
Ingin menyanggah sang ustadz, namun waktu bu Maya tidak memungkinkan dan rasanya tidak sopan. Budaya di Indonesia, seorang ustadz atau pembicara adalah benar dan selalu benar, sementara si pendengar adalah pihak yang diberitahu, maka membuat bu Maya menjadi malas untuk menyanggah. Tujuan bu Maya untuk ikut acara seminar pendidikan sehari ini adalah agar mendapatkan ilmu mengenai pendidikan anak. Di sela sesi tanya jawab, bu Maya menanyakan: bagaimana agar anaknya betah di sekolah dan mampu beradaptasi dengan baik karena bila dikeluarkan dari sekolah rasanya sangat sayang karena sekolahnya adalah sekolah favorit yang masuknya pun sangat susah. Namun bu Maya tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
Ya, bu Maya benar dan sang ustadz pun tidak salah.
Tidak ada kata absolut atau mutlak benar untuk sebuah kasus, apalagi kasus tersebut menimpa personal. Maka yang paling tahu apa yang harus dilakukan adalah orangtua anak itu sendiri karena sebuah kasus yang menimpa seorang anak itu dilihat daripada latar belakang keluarga dan background kehidupan sebelumnya. Selain itu masa kecil si anak, perlakuan orangtua pada anak dan banyak lagi, pola asuh orangtua yang sedikit banyak mempengaruhi keadaan dan kehidupan serta kebiasaan si anak, juga mempengaruhi kasus-kasus yang terjadi pada seorang anak.
Teori pendidikan tidak ada yang seratus persen benar atau tepat, yang sebetulnya terjadi adalah cocok atau tidaknya kita dengan teori tersebut, tepat atau tidak teori tersebut dengan kasus kita dan hal ini semua kembali pada keluarga masing-masing. Istilahnya bagaimana mereka mendidik anak, maka kasus-kasus dan penyelesaiannya akan tergantung pada pola didik dan pikiran sang orangtua bukan tergantung pada pendidikan manapun. Jadi seorang ibu atau ayah tidak perlu terlalu repot ikut seminar pendidikan setiap minggu, ikutlah hanya sebagai sarana untuk menambah ilmu dan menambah wawasan. Namun setiap keputusan maupun jalan pendidikan yang dibuat adalah tergantung pada orangtua itu sendiri, tidak tergantung pada seminar maupun teori manapun dan yang jelas solusi setiap anak dalam sebuah keluarga tentu saja berbeda walaupun anak tersebut datang dari rahim yang sama.
Jadi kembali pada kasus diatas, bila bu Maya ataupun banyak orangtua berharap bahwa masalah anaknya akan selesai dengan ceramah sang ustadz atau dengan trainer darimanapun, maka untuk menjawab semua permasalahan anak, ketahuilah bahwa kuncinya ada pada orangtua itu sendiri. Pahamilah sang anak sebagai individu sama sepertinya ketika diri kita juga ingin dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Carilah akar permasalahan yang membuat anak tidak betah, baru kemudian dicari solusi yang terbaik dengan tentunya tidak lepas memohon petunjuk dari Allah.
MANAJEMEN dan DISIPLIN
Ketika aku memasak dan mengiris bawang, aku berpikir bahwa seorang ibu harus punya thinking skill dan juga managerial skill, agar hal ini tidak membuat hari-harinya habis hanya untuk urusan rumah tangga saja mulai dari mengurus anak, cucian, jemuran, masak nasi yang kelebihan dan lain-lain. Syifa, anak gadisku dan aku ketika kami baru masuk garasi melihat ke kebun tempat kami menjemur pakaian, “Ya Allah, aku stress deh Mi lihat pakaian dimana-mana, ada yang di kamar, di jemuran, di keranjang cucian, kok kerjaan rumah ga habis-habis ya mi. Ini si Zaki sih pakai baju banyak, sebentar-sebentar ganti, disini tuh gak ada pembantu Zak, kalau gak perlu ga usah ganti baju lah” ucap Syifa merungut. “Ha.. ha.. ha..” aku hanya tertawa perlahan dan menjawab “ya udah Syifa, kerjakan semampunya saja, sisanya Umi yang mengerjakan.”
Ku Tanya lagi, “Syifa mampu menyetrika berapa lembar baju hari ini? Lima yah?” Tanyaku. Syifa mengatakan “tidak, Syifa setrika semuanaya saja Mi, baju kalau tidak disetrika kan gak enak, Umi masak saja Ok.” Aku mengerti perasaan Syifa anakku dan mungkin banyak ibu rumah tangga lainnya yang sudah stress duluan melihat kerja rumah tangga yang menumpuk.
Intinya adalah manajemen waktu, manajemen pekerjaan dan jangan menunda melakukan segala sesuatu. Bila bisa dikerjakan hari ini, yaa kerjakan segera, juga disiplinkan semua anggota keluarga agar masing-masing membereskan dan merapikan barangnya masing-masing. Intinya semua adalah manajemen, manajemen dan disiplin. Sebagai contoh, aku tidak mengiris bawang setiap hari, aku mengiris bawang seminggu sekali dan semua irisan aku simpan di kotak plastik, simpan di kulkas dan ketika mau dipakai tinggal ambil saja lalu kembalikan kembali ke kulkas, juga waktu memasak aku batasi hanya 45 menit sehari tidak lebih. Beres-beres rumah hampir tidak pernah, karena tidak ada barang di rumah, bila ada mainan anak-anak, maka dia wajib membereskan kembali semua mainan dan dikembalikan pada kotak mainannya kalau tidak, maka anak tidak boleh main lagi pada hari itu. Namun anak harus diajarkan dimana harus membuang sampah, dimana harus makan, dimana harus meletakkan mainan dan mengembalikannya.
INFAQ dan WAQAF
Assalmu’alaykum wr wb Saya seorang muslim yang awam, saya masih belum terlalu paham apa perbedaan antara infak dan wakaf, mohon dijelaskan. Terima kasih.
Jawaban : Wa’alaykumussalam wr wb Infak dan wakaf kedua-duanya merupakan perbuatan amal sholeh yang dilakukan olah muslimin, seperti yang disampaikan Allah dalam surat Al Fatir ayat 29-30 yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengempun lagi Maha Mensyukuri.” Kata infak yang artinya adalah menafkahkan sebagian harta kita untuk kebaikan;misalnya untuk membantu orang miskin, perkembangan islam dan lain-lain. Sedangkan wakaf adalah salah satu jenis dari infak/shodaqah tersebut. Baik infak maupun wakaf mempunyai peran dan pahala yang besar disisi Allah, perbendaan diantara keduanya dalah pemanfaatan infak dalam sekali pakai, misalnya dengan memberi makan orang miskin, membantu orang sakit, dll. Sedang barang wakaf pemanfaatannya untuk jangka panjang atau abadi, misalnya wakaf untuk mendirikan sekolah gratis, mendirikan rumah sakit gratis, dll. Para ulama menyamakan wakaf ini dengan shodaqag jariyah, yaitu shodaqah /infak yang pahalanya mengalir terus seperti yang disebutkan dalam hadist riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amal perbuatannya, kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakannya.” Wallahu a’lam bissawab.
Para Pengecut Tidak Pernah Bisa Tidur
Saat itu jam menunjukkan 4.30 Rabu, aku menerima berita duka kematian seorang teman yang sangat aku cintai dari lubuk hatiku yang paling dalam. Syeikh Tamim al Adnani (ajudan Syeikh Abdullah Azzam, pemimpin jihad Afghan kala itu) di kota San Francisco , Amerika Serikat, setelah mengalami serangan jantung
Betapa mengagumkan kematian pria ini. Pertemuan pertamaku dengannya, dan sekaligus pertemuan terakhir, sekitar pada bulan ketika aku diundang ke sebuah perkemahan yang diselenggarakan oleh Rabithah Asy Syabab al muslim al Arabi. Saat itu dia bersama denganku menyampaikan orasi yang berjudul : Ambisi untuk akherat. Dalam ceramah tersebut ia berbicara tentang berbagai keajaiban kuasa Allah yang dialaminya sendiri di Afghanistan. Diantaranya, dia bercerita saat terjadi serangan yang dilakukan tentara komunis terhadap camp yang dijaganya, ia melihat bagaimana amunisi amunisi menyerang loteng rumah yang ditempatinya, bak hujan. Ia segera berwudhu dan naik ke atas loteng rumah sambil membawa mushaf, dengan harapan amunisi itu mengenainya sehingga ia akan mati syahid dalam keadaan membaca al Quran. Ia mengatakan ,” Amunisi amunisi itu menyerang sekitarku bak hujan, tapi tak satupun mengenai diriku sedikitpun.”
Ia tidak bisa ikut serta ke medan perang karena obesitas (kegemukan). Karena itu ia pergi ke Amerika untuk menghimpun dana bagi mujahidin, sekaligus untuk mengurangi berat badannya sehingga ia bisa diterima untuk ikut serta dalam peperangan guna meraih cita citanya yang paling mulia.
Ketika aku bertemu dengannya, ia banyak berdoa agar memperoleh syahadah ‘mati syahid’, aku mengingatnya ketika ia bersamaku saat mengantar kepulanganku. Ia berkata kepadaku,”Aku mencintaimu fillah.” Dan aku mengatakan hal yang sama. Ia meminta kepadaku agar aku berdoa supaya dirinya memperoleh syahadah dan perkara perkara mulia lainnya. Ternyata Allah mentakdirkan meninggal di Amerika, yang jauh dari asap meriam dan peluru kendali yang telah menghiasi hidupnya selama bertahun tahun.
Demikian itu ketentuan Allah. Tidak ada seorang pun yang mati pada hari di luar hari kematiannya. Dan tidak ada seorang pun yang bisa menentukan tempat kematiannya atau cara kematiannya. Hanya Allah saja yang menentukan kematian.
Kematian Khalid bin Walid, Tamim al Adnani, dan orang orang baik lainnya merupakan ibrah ‘pelajaran’ bagi para pengecut yang tidak mau terlibat di medan dakwah yang penuh berkah, karena khawatir terhadap keselamatan diri mereka, anak anak, isteri isteri, atau bisnis mereka. Seandainya mereka berada di dalam benteng yang sangat kuat sekalipun, pastilah kematian itu akan menjemput mereka. Detik detik terakhir menjelang kematiannya, Khalid bin Walid ra berkata,” Ketahuilah, mata orang orang pengecut itu tiada pernah dapat tidur”.
DUNIA sementara AKHIRAT selama-lamanya
Perkara yang paling penting untuk kehidupan di dunia hingga akhirat adalah perkara iman, jika iman baik maka amal-amal menjadi baik, jika amal sdh baik maka suasana dan keadaan menjadi baik, jika suasana dan keadaan sdh baik maka datanglah pertolongan Alloh swt.
Sebaliknya jika iman rusak maka amal menjadi rusak, suasana dan keadaan pun ikut rusak dan datanglah adzab, musibah dan kemurkaan Alloh swt.
Baik buruknya alam ini tergantung pada amal manusia, baik buruknya amal tergantung pada iman, baik buruknya iman tergantung pada hati, dan baik buruknya hati tergantung pada lisan, maka untuk itu bicarakan kebesaran Alloh swt. "Alloh yang menciptakan, Alloh yang memelihara, dan Alloh pula yang memberi rizki, apabila pembicaraan ini di ulang-ulang maka timbullah sifat Qona'ah yakni mau menerima dengan apa yang diberikan Alloh swt.".
Alloh yang Maha mendengar, Alloh yang Maha melihat, dan Alloh pula yang Maha mengetahui, jika pembicaraan ini di ulang-ulang maka akan datang sifat Taqwa yakni ada kesiapan untuk menerima dan melaksanakan perintah Alloh swt. dan menjauhi larangan-NYA.
Allah kuasa selain Alloh (makhluk) tiada kuasa apa-apa, dunia ini sementara saja sedangkan akhirat akan berjalan selama-lamanya, untuk itu Alloh swt. telah mengirimkan nabi-nabi dan utusan untuk memberi tahu manusia akan jalan kesuksesan, kebahagiaan dan kejayaannya yakni hanya dalam amal agama yang sempurna sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh Baginda Nabi Muhammad saw. dan itu satu-satunya jalan menuju kesuksesan dunia-akhirat. insya-Alloh kita semua bersedia?
Sayangi yang Ada di Bumi, Engkau Disayangi Penduduk Langit
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ لَا يَرْحَمْ مَنْ فِي الْاَرْضِ لَا يَرْحَمْهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ –الطبراني
Artinya: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Barangsiapa tidak menyayangi siapa (yang berada) di bumi maka tidak menyayanginya siapa (yang berada) di langit”. (Riwayat Ath Thabarani, dan dishahihkan oleh Al Hafidz As Suyuthi)
Al Allamah Al Munawi menjelaskan bahwa yang
dalam riwayat yang lain disebutkan penduduk langit sebagai ganti
daripada siapa (yang berada) di langit.
Dalam syarh Al Hikam disebutkan,
bahwa seseorang bermimpi bertemu dengan dengan saudaranya yang telah
wafat, kemudian ia pun bertanya mengenai perihalnya, ”Apa yang telah
Allah lakukan terhadapmu?” Saudaranya itu pun menjawab,”Allah
mengampuniku dan menyayangiku, hal itu disebabkan saat aku melalui
jalanan di Baghdad dalam keadaan hujan deras, aku menyaksikan seekor
kucing kedinginan, aku pun merasa kasihan lalu aku ambil dia dan
kuletakkan dibalik pakaiannku.” (Lihat, Faidh Al Qadir, 6/239)
PAHALA...... CINTA.....
Seorang balita tampak memperhatikan ibunya yang masih sibuk di dapur. Tangannya begitu cekatan mempermainkan alat-alat dapur untuk disusun rapi. Sesekali, sang ibu kembali sibuk mengaduk-aduk masakan yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sang balita tak tahu persis, sejak kapan bunda tercintanya itu terbangun dari tidur. Yang ia tahu, ketika terbangun, ibunya sudah mondar-mandir di dapur. Padahal, baru tiga jam yang lalu, ia masih ingat betul bagaimana ibunya telah direpotkan dengan ompol dan buang air besar sang adik di TKP, alias tempat tidur.
“Mbok Iyem masih di kampung, ya, Ma?” ucap sang balita ke ibunya.
Sang ibu hanya menoleh dengan senyum, kemudian mengangguk pelan. “Kamu kangen, ya?” ucap sang ibu agak membungkuk.
“Aku cuma heran, Ma. Kok, kerja Mama sama Mbok Iyem beda sih?” tanya sang balita serius.
“Iya beda, sayang. Mbok Iyem kerja di sini karena ada gaji dan kewajiban mengurus rumah kita,” ucap sang ibu singkat.
“Kalau Mama, karena apa?” tanya sang balita lagi.
”Cinta!” jawab sang ibu sambil mengecup pipi balitanya.
**
Dalam tafsiran yang lebih khusus, tidak sedikit dari kita yang ’berkerja’ dalam ibadah kepada Yang Maha Pencipta, Pemberi rezeki, dan Penguasa alam raya; hanya sebatas pada kewajiban seorang hamba kepada Khaliqnya. Di situlah ada harapan mendapatkan balasan berupa gaji yang bernama pahala.
Walaupun masih tergolong wajar, tapi itu akan menggiring sang hamba pada hitung-hitungan antara kewajiban dan pahala. Seolah, kepuasan dari menunaikan kewajiban adalah berlimpahnya pahala. Persis seperti seorang pembantu yang rajin dan malasnya sangat bergantung pada gaji dari majikan.
Tidakkah sang hamba menekuri lebih dalam bahwa nilai surga yang dijanjikan tidak akan sebanding dengan seberapa pun banyaknya pahala seseorang. Yang Maha Sayang semata-mata memasukkan hambaNya ke surga karena limpahan cintaNya kepada hamba-hambaNya yang juga beramal karena cinta. Persis seperti seorang ibu yang melakoni lautan kewajiban dengan samudera cinta. (mn)
TINGGI
Dua kera emas sedang asyik duduk di atas bukit. Inilah tempat favorit mereka ketika ingin bersantai menikmati hidup. Ya, sebuah ketinggian. Dari sinilah, mereka bisa memandang hampir seluruh isi hutan. Siapa di bawah mereka, dan apa yang mereka kerjakan.
Hari itu, dua kera emas kakak beradik ini sedang menikmati gurihnya biji buah kenari yang baru mereka ambil dari bawah pohon. Satu per satu, buah kenari itu mereka kumpulkan pada cekungan dahan di puncak pohon. Dan kini, momen yang tepat untuk menikmati apa yang mereka kumpulkan.
Sang adik dengan begitu rakusnya melahap biji-biji kenari setelah mengupasnya dengan giginya yang tajam. Kulit-kulit bekas kupasan itu pun ia lempar begitu saja. Seolah, di bawah sana ada tempat sampah yang siap menampung kupasan kulit kenari yang tergolong keras ini.
“Adikku, sadarkah kalau kita sedang berada di ketinggian?” ucap sang kakak tiba-tiba. Sang adik pun menatap aneh wajah kakaknya. “Maksud kakak?” ujarnya kemudian.
“Perhatikanlah apa yang ada di bawah kita! Lihatlah, ada keluarga kelinci yang sedang menikmati rerumputan di sekitar pohon. Ada pula rusa yang sedang berteduh. Mungkin, di bawah sana, masih banyak hewan-hewan lain yang berada tepat di bawah kita,” ungkap sang kakak kepada adiknya.
Adik kera emas ini pun masih terlihat bingung. Ia belum menangkap maksud yang diinginkan sang kakak. “Apa kita harus melempar sebagian untuk mereka makan?” ucapnya kemudian.
“Bukan, adikku. Bukan itu maksudku. Bayangkan betapa tingginya pohon ini, dan bayangkan betapa kerasnya kulit kenari yang kau buang seenaknya ke bawah. Betapa sakitnya kalau sampah-sampah itu menimpa mereka yang di bawah kita!” jelas sang kakak kemudian.
Saat itu juga, adik kera emas ini pun mengangguk. Ia mengikuti tingkah kakaknya untuk mengumpulkan sampah-sampah itu, untuk kemudian dilempar dari jarak yang tidak terlalu tinggi.
**
Tak banyak dari mereka yang berada di ketinggian karena status jabatan, posisi kepemimpinan, dan sejenisnya yang menyadari kalau ketinggian mereka bisa berdampak besar bagi orang-orang yang berada di bawahnya.
Kalau saja mereka yang berada di ketinggian mau sejenak menoleh ke bawah, atau merasakan apa yang sedang terjadi di bawah sana; tentu mereka tidak akan sembarang bertingkah, dan tidak sembarang membuang ‘sampah-sampah’ yang bisa mencelakakan orang-orang di bawahnya.
Cobalah empati, dan turunlah sejenak untuk bisa memahami apa yang mesti dilakukan agar ketinggian bisa tetap menyejukkan dan sebagai tempat berlindung yang nyaman untuk mereka yang memang selalu berada di bawah.
Dan Semut Pun Berdzikir
Barangkali di antara kita menganggap remeh makhluk Allah yang mungil ini, yaitu semut. Tidak jarang kita jengkel ketika para semut mulai menggerogoti makanan atau mencicipi minuman segar yang kita simpan atau siap untuk dihidangkan dengan rapi. Dengan aktivitas semut ini, sebagian kita menganggap mereka makhluk yang selalu menyusahkan dan berbagai ekspresi lainnya.
Namun pernahkah kita menyadari bahwa semut terkadang lebih baik daripada segolongan manusia? Mungkin kita bertanya-tanya dan sebagian ada yang menentang perkataan ini, bahkan ada yang menyatakan, “Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling baik di dunia ini di antara berbagai makhluk Allah SWT lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan sekelompok semut.”
Marilah kita perhatikan kisah-kisah berikut.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ada salah seorang Nabi yang singgah di bawah pohon, lalu ia digigit oleh seekor semut. Lalu ia membinasakannya dan mencari tempat persembunyian semut tersebut. Setelah itu, ia menyuruh untuk membakar tempat tinggal semut tersebut. Kemudian Allah menanyakan kepadanya : Apakah hanya karena gigitan seekor semut engkau membakar satu umat yang senantiasa bertasbih, mengapa tidak satu semut saja yang engkau bunuh?” (Shahih, HR. Bukhari dan yang lainnya).
Dalam kisah yang lain, Ahmad menceritakan, bahwa Waki’ memberitahukan kami, Mus’ir memberitahu kami, dari Zaid Al-Ami, dari Abu Shadiq Al-Naji. Dia bercerita, Sulaiman bin Dawud pernah hendak pergi mencari air (maksudnya : shalat istisqa’, meminta hujan kepada Allah SWT), lalu ia melihat seekor semut dengan bersandar ke punggungnya dan mengangkat kedua kaki depannya ke langit mengucapkan, “Sesungguhnya kami adalah salah satu makhluk dari makhluk-makhlukMu, kami sangat butuh siraman dan rezekiMu. Baik Engkau akan mengucurkan air dan rezeki kepada kami atau membinasakan kami.” Kemudian Sulaiman bertutur (kepada kaumnya), “Kembalilah pulang, kalian akan diberi air (hujan) melalui do’a dari makhluk selain kalian.” (HR. Imam Ahmad).
Dari kisah tadi, Mahasuci Allah, Allah telah memberi petunjuk kepada semut untuk senantiasa bertasbih kepadaNya. Ketika semut membutuhkan bantuan dan pertolongan, ia meminta kepada Allah semata. Lalu bagaimana dengan kita yang merupakan makhluk yang paling baik yang telah diciptakan Allah SWT? Kita senantiasa melupakan Allah SWT karena terlena dengan kenikmatan-kenikmatan dunia, jarang bersyukur atas karuniaNya, serta jarang berdo’a kepadaNya. Sebagian besar di antara kita masih saja menyekutukan Allah SWT dengan meminta bantuan kepada Jin, Tukang Sihir, Paranormal, Kyai, Orang-Orang yang Telah Meninggal, Tempat-Tempat atau Benda yang dianggap Keramat. Bahkan ketika tertimpa musibah bencana alam seperti Gempa Bumi dan Gunung Meletus, sebagian kita tetap saja melakukan ritual-ritual yang tidak ada dalam ajaran Islam serta menyekutukan Allah SWT.
Hendaknya kita sebagai manusia merasa malu kepada semut yang selama ini kita anggap sepele, apalagi kepada Allah SWT.
Minggu, 17 Agustus 2014
Media Kafir Bakal Juluki Al Mahdi : TERORIS
Sebagian orang masih bertanya-tanya apa perlunya seorang Muslim memahami tanda-tanda Akhir Zaman? Ia tidak menyadari bahwa kejahilan atau ketidak-pedulian seseorang akan tanda-tanda tersebut bisa berakibat fatal bagi kehidupannya.
Misalnya, masalah datangnya Imam Mahdi. Sebagaimana disebutkan di dalam banyak hadits, Nabi Muhammad shollallahu ‘alaih wa sallam telah memprediksi akan diutusnya seorang lelaki yang bakal menjadi pemimpin ummat Islam di Akhir Zaman. Lelaki ini akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah tadinya dipenuhi dengan kezaliman dan kesewenang-wenangan. Artinya, ia akan menjadi panglima kaum muslimin dalam mengalihkan kehidupan dewasa ini di babak keempat –yakni babak kepemimpinan Mulkan Jabriyyan (para penguasa diktator)- menuju ke babak kelima –yakni babak tegaknya kembali khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (ke-Khalifahan yang mengikuti metode Kenabian). Ia akan mengajak kita meninggalkan sistem jahiliyyah modern penuh kezaliman menuju sistem Islam penuh keadilan di penghujung umur dunia fana menjelang hari Kiamat.
Dari hadits di atas sebagian Ulama menyimpulkan bahwa Imam Mahdi akan memiliki nama Muhammad bin Abdullah. Sebab kata Nabi namanya mirip nama Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam sedangkan nama ayahnya mirip nama ayah Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam . Itulah sebabnya para pejuang Palestina, khususnya kelompok Hamas mempunyai slogan perjuangan yang berbunyi:
Khaibar merupakan nama sebuah benteng kokoh bangsa Yahudi yang berhasil dijebol dan dihancurkan oleh pasukan Islam di masa lampau sekian belas abad yang lalu. Pasukan Hamas seringkali melaungkan semboyan di atas untuk menggentarkan fihak pasukan Zionis Yahudi. Agar kaum Yahudi ingat selalu bahwa sekuat apapun benteng mereka sesungguhnya semua kekuatan itu akan bisa dihancurkan oleh pasukan Islam bila dikehendaki Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Selanjutnya pasukan Islam mengingatkan bahwa “pasukan Muhammad” pasti akan datang kembali untuk membuat perhitungan. Dan istilah “Pasukan Muhammad” mengisyaratkan ke masa lampau, yaitu pasukan pengikut Nabi Muhammad shollallahu ‘alaih wa sallam , dan sekaligus ke masa yang akan datang, yaitu pasukan pengikut Muhammad bin Abdullah lelaki yang kelak datang berpredikat Imam Mahdi…!
Jika seorang Muslim tidak memiliki kecukupan pengetahuan mengenai Imam Mahdi, bisa saja fihak musuh-musuh Islam mempromosikan seorang Imam Mahdi gadungan ke pentas dunia. Lelaki tersebut mengaku bernama Muhammad bin Abdullah. Media milik kaum kuffar kemudian mengorbitkannya sedemikian rupa sebagai lelaki yang pantas memimpin ummat Islam, padahal ia adalah Imam Mahdi palsu yang akan menyesatkan ummat Islam, terutama generasi mudanya. Lalu berbondong-bondonglah ummat Islam mem-bai’atnya padahal ia akan menyesatkan setiap muslim dari jalan lurus yang diridhai Allah.
Sebaliknyapun demikian. Pada saat Imam Mahdi yang sejati telah datang, media kaum kuffar segera memberikan label seperti teroris, ekstrimis dan sejenisnya. Lalu setiap Muslim yang bodoh dan tidak pernah mempelajari hadits-hadits mengenai kemunculan dan kriteria Imam Mahdi segera mencapnya sebagaimana diinginkan oleh media kuffar tersebut. Akhirnya jangankan si Muslim tadi berbai’at dengan Imam Mahdi, malah sebaliknya ia akan mendaftarkan dirinya ke dalam pasukan yang siap memerangi Al-Mahdi. Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam jelas-jelas memerintahkan setiap orang beriman di Akhir Zaman untuk mempersiapkan diri menghadapi kedatangan Imam Mahdi. Dan bilamana kedatangannya sudah nyata Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam memerintahkan kita untuk segera mendaftarkan diri ke dalam pasukannya betapapun sulitnya keadaan ketika itu.
Bila seorang Muslim pengetahuannya cuma sebatas bahwa Imam Mahdi bernama Muhammad bin Abdullah, maka tentunya dengan mudah fihak musuh akan mempermainkan pengetahuannya yang terbatas itu untuk mengorbitkan Imam Mahdi palsu. Ia tidak cukup rajin untuk mempelajari hadits-hadits lainnya soal Imam Mahdi agar ia memiliki pemahaman yang relatif utuh.
Lalu si Muslim tadi malah akan berseberangan jalan dengan Imam Mahdi yang sebenarnya karena terbiasa mengikuti kemauan para penguasa diktator yang sedang digdaya di zaman penuh fitnah dewasa ini. Bila media penguasa diktator menjuluki Imam Mahdi yang asli sebagai teroris, maka si Muslim pandir tadipun akan membeo dengan menjuluki Imam Mahdi sebagai teroris. Bahkan ia akan penuh kesungguhan turut berfihak kepada kelompok yang memerangi Imam Mahdi dengan dalih sedang menjalankan proyek mulia “War on Terror.”
Saudaraku, sungguh merugilah barangsiapa yang menganggap remeh pemahaman akan tanda-tanda Akhir Zaman. Padahal hari demi hari berlalu sedangkan tanda demi tanda semakin tersingkap di hadapan kita bersama. Bersiap-siagalah, saudaraku. Segeralah belajar mumpung masih ada waktu. Jangan sia-siakan umur padahal Kiamat semakin dekat…!
Musuh Semakin Berulah, Karena Para Ulamanya Lemah
Sejumlah kecil ulama tersisa yang saleh, saat ini mereka hanya
membisu dari kebenaran, mereka adalah orang orang yang mencari cari
alasan seperti karena lemah, sedikit pendukung, dan berdalih dengan
rukhshah (keringanan). Mereka berdalih bahwa seseorang tidak akan
dibebani dengan sesuatu yang tidak kuat dijalaninya.
Dengan demikian, para ulama itu telah meninggalkan kewajiban beramar maruf nahi munkar , mereka terombang ambing dalam mengambil posisi kebenaran atau bahkan pelan pelan mengganti, mengubah, dan menjual dien dan janji Allah dengan harga murah.
Para ulama mundur dari memimpin gerakan Islamiyah dan Jihad, Mereka memilih berpangku tangan sehingga gerakan pun menjadi sesat, bahkan mereka mencaci gerakan yang sesat itu yang juga diakibatkan oleh ulah mereka sendiri. Akibatnya umat pun keluar dan menjauh dari mengikuti mereka. Inilah faktor mematikan yang merusak kesalehan dan keselamatan umat inilah yang menjadi sebab utama musuh masih tetap berada di atas angin.
Mayoritas ulama dan pemimpinnya menarik diri dari pertarungan, sebagai gantinya mereka masuk berbagai bidang yang dibentuk oleh musuhnya sendiri. Sehingga dai dari jamaah Islam terhebat pun malah berubah menjadi dai ber “ideologi Amerika” atas nama demokrasi dan sikap moderat. Sang dai pun mencari dasar landasan dan nash dengan mengganti manhaj agar bisa menghapus militansi. Banyak tokoh jamaah Islamiyah yang malah berubah menjadi kaki tangan intitusi penguasa khianat. Bahkan mereka menjabat sebagai menteri dan anggota legislatif di parlemen , dan ikut hadir dalam pesta pesta hidangan bersama penguasa dalam setiap kesempatan.
Dengan demikian, para ulama itu telah meninggalkan kewajiban beramar maruf nahi munkar , mereka terombang ambing dalam mengambil posisi kebenaran atau bahkan pelan pelan mengganti, mengubah, dan menjual dien dan janji Allah dengan harga murah.
Para ulama mundur dari memimpin gerakan Islamiyah dan Jihad, Mereka memilih berpangku tangan sehingga gerakan pun menjadi sesat, bahkan mereka mencaci gerakan yang sesat itu yang juga diakibatkan oleh ulah mereka sendiri. Akibatnya umat pun keluar dan menjauh dari mengikuti mereka. Inilah faktor mematikan yang merusak kesalehan dan keselamatan umat inilah yang menjadi sebab utama musuh masih tetap berada di atas angin.
Mayoritas ulama dan pemimpinnya menarik diri dari pertarungan, sebagai gantinya mereka masuk berbagai bidang yang dibentuk oleh musuhnya sendiri. Sehingga dai dari jamaah Islam terhebat pun malah berubah menjadi dai ber “ideologi Amerika” atas nama demokrasi dan sikap moderat. Sang dai pun mencari dasar landasan dan nash dengan mengganti manhaj agar bisa menghapus militansi. Banyak tokoh jamaah Islamiyah yang malah berubah menjadi kaki tangan intitusi penguasa khianat. Bahkan mereka menjabat sebagai menteri dan anggota legislatif di parlemen , dan ikut hadir dalam pesta pesta hidangan bersama penguasa dalam setiap kesempatan.
Malcolm X : Kemerdekaan itu Tidak Gratis, Harus Kalian Perjuangkan
Nobody can give you freedom. Nobody can give you equality or justice or anything. If you’re a man, you take it.
Tidak ada pihak manapun yang akan memberikan kalian kemerdekaan, Tidak ada seseorangpun yang memberikan kalian persamaan hak atau keadilan atau apapun. Jika engkau adalah manusia , maka kamu raihlah (Kemerdekaan) itu .
Yusril : Beranikah MK Batalkan Pemilu Karena Masalah Penghitungan Suara?
Jakarta (SI Online) - Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra, menantang Mahkamah Konstitusi (MK) RI berani bersikap seperti MK Thailand yang membatalkan Pemilu karena masalah penghitungan suara.
Pernyataan tersebut disampaikan Yusril, selaku saksi ahli kubu Prabowo-Hatta mengenai penggunaan pemilih yang menggunakan KTP yang terdaftar dalam daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb).
Menurut Yusril, DPKTb tersebut tidak pernah disebutkan dalam undang-undang dan hanya mengacu kepada putusan MK. Peraturan tersebut sah karena tidak pernah dicabut KPU dan tidak pernah dibatalkan MK.
"Persoalannya kemudian apakah secara substansi peraturan itu benar atau tidak, kita kembalikan kepada MK untuk menilai. Karena itu, saya menyatakan bahwa meskinya MK tidak mengadili Pemilu presiden hanya masalah hitung-hitungan angka tapi jauh lebih dalam kepada legalitas pelaksanaan pemilu itu sendiri," ujar Yusril seusai memberikan pendapatnya dalam lanjutan sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden.
"Maka saya katakan itu, MK belum berani batalkan itu seperti yang dilakukan MK Thailand membatalkan pemilu karena masalah penghitungan suara, apakah berani MK melakukan sejauh itu, saya serahkan ke MK," kata Yusril seperti dikutip Tribunnews.com, Jumat 16 Agustus 2014.
Menurut Yusril walau dia hadir di MK sebagai ahli dari Prabowo-Hatta, namun pendapat tersebut berdasarkan keahliannya menjelaskan dari segi konstitusi.
Seandainya pun tidak diundang Prabowo-Hatta, lanjut Yusril, dia mengaku akan tetap maju sendiri. Atau jika pihak Joko Widodo-Jusuf Kalla yang mengundangnya memberikan pendapatnya di MK, Yusri mengatakan pendapatnya akan tetap sama.
Sebagai ahli, kata Yusril, dia tidak bisa mengatakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden cacat hukum. Menurut Yusril, ahli hanya menerangkan sesuai dengan keahliannya dan hakim lah yang memutuskan Pemilu itu cacat hukum atau tidak.
Langganan:
Postingan (Atom)