Pasuruan (SI Online) - Untuk, pemberantasan korupsi
hingga benar-benar menimbulkan efek jera, presiden terpilih nanti harus
menerapkan pidana mati bagi pelaku korupsi hingga di atas Rp20 Miliar.
Ditegaskan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Selasa (25
Maret) ketika mengunjungi Baitul Maal wat Tawwil (BMT), Usaha Gabungan
Terpadu (UGT) milik Pondok Pesantren Sidogiri, Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur.
Dikatakan Mahfud, tidak sedikit warga masyarakat, termasuk sdejumlah
para pakar hukum, yang mengeluhkan bahkan memrotes pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor), karena hakim tidak memberi vonis hukuman
maksimal (pidana mati) kepada koruptor. Padahal pelaku korupsi jelas
dan terbukti telah merugikan negara cukup besar. “Hakimnya anggap enteng
saja dengan mengatakan, syaratnya belum memenuhi untuk hukuman
maksimal, karena Negara belum dalam kedaan krisis.”
Oleh sebab itu, lanjut Mahfud, Presiden terpilih nanti harus berani
berinisiatif menyatakan Undang-Undang Anti Korupsi harus memberikan
ancaman hukuman maksimal (pidana mati) bagi koruptor lebih dari Rp20
Miliar. Pidana mati, harus dapat dilaksanakan dengan tanpa syarat,
negara dalam keadaan kritis.
Sementara itu, dari keterangan yang berhasil dihimpun mengungkap,
semakin dekat dengan pelaksanaan Pemilu, sejumlah tokoh nasional
akhir-akhir ini tidak sedikit yang bertamu ke KH.Nawawi Abdul
Djalil---Pimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri. Diantara tamu
tersebut tampak sebelum ini, datang dengan inisiatif sendiri, pengusaha
Choirul Tandjung. Kemudian Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo
Subianto, serta masih banyak lagi.
Mahfud MD berbeda, datang di Pesantren Sidogiri bukan karena inisiatif
sendiri; melainkan memang untuk memenuhi panggilan KH. Nawawi Abdul
Djalil---yang dikenal sebagai salah satu Kiai khos di lingkungan NU.
“Saya tadi dipanggil Kiai Nawawi, untuk berbincang mengenai situasi dan
perkembangan politik terkini di negeri ini serta prospeknya ke depan,”
ungkapnya menjawab kecurigaan wartawan.
Mahfud diterima dalam pertemuan tertutup, berlangsung lebih dari 30
menit, dalam ruang tamu kamar pribadi KH. Nawawi. Setelah itu, Mahfud
mengungkapkan; dalam pertemuan itu membicarakan situasi dan perkembangan
politik menjelang Pemilu, termasuk berbagai kemungkinan setelah tanggal
9 Apri,l yang meliputi hasil pemilu legislatif, berbagai akibat hukum
dan prospek calon presiden ke depan.
Pada bagian lain Mahfud tidak mengelak, panggilan KH. Nawawi ini erat
kaitannya dengan kedatangan tamu-tamu tokoh nasional sebelum ini. “Ya,
termasuk itu. Karena itu termasuk prospek ke depan. Tetapi, ada
bagian-bagian yang tidak harus saya kemukakan kepada wartawan. Kepada
Kiai Nawawi, saya ceritakan semua-nya; kemudian saya letakkan perspektif
politiknya seperti apa, dan kira-kira aspirasi kaum Nahdliyin itu
kemana seharusnya,“ bebernya.
Ditambahkan, ketika itu menjadi pembicaraan pula, tentang opsi
pencapresan dirinya. Ini merupakan opsi yang pertama dan paling utama;
sebagai capres, dan harus melalui satu partai yaitu PKB. “Kalau saat
ini, opsinya memang masih banyak---masih ada tiga atau empat opsi. Dan
Kiai Nawawi mengatakan jalani saja dulu dengan opsi-opsi tersebut,” kata
Mahfud.
Rep : Muhammad Halwan / dbs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar