Pada dasarnya tidaklah terlarang hidup mewah, karena dengan demikian
kita dapat juga menyatakan nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada
kita. Allah senang sekali apabila hambaNya menunjukkan bekas nikmatNya
atas dirinya. Tetapi haruslah digali dalam jiwa apa yang mendorong untuk
minat hidup mewah tersebut?
Kebanyakan orang hidup mewah bukanlah karena mensyukuri nikmat Allah,
tetapi hanya menunjukkan kelebihan daripada orang lain, hatinya menjadi
kasat kasar, sebab dia lupa bahwa disamping hidupnya yang berlebih
lebihan itu ada makhluk Ilahi lainnya yang masih diselubung kemiskinan,
kadang kadang makan, kadang kadang tidak.
Selanjutnya kemewahan menyebabkan seseorang tidak lagi dapat
menguasai harta bendanya yang dimilikinya, melainkan dia sendiri-lah
yang diperbudak oleh kemewahan harta benda, selalu merasa belum cukup,
selalu hendak tinggi dibanding orang lain, hingga ujung batas kehendak
kemewahan itu tidak pernah ada…
Banyak orang menyangka bahwa nilai kehidupan ditentukan oleh rumah
yang indah, mobil model terakhir, tambahan villa yang nyaman, simpanan
dana besar di Bank, dan banyaknya pelayan di rumah. Tidak dipedulikan
lagi nilai nilai kebenaran dan pegangan hidup. Bahkan untuk kemewahan
inilah orang hendak berebut kekuasaan, sebab kekuasaan adalah kesempatan
yang luas untuk berbuat mewah dan sekehendak hati.
Keruntuhan sebuah bangsa apabila ketika kemewahan sudah amat
berlebihan, sehingga tidak ada lagi orang yang berada di tengah di
antara kaum kaya dan kaum miskin. Nilai kebenaran diabaikan orang. Di
masyarakat hanya ada lambung melambungkan, puji memuji, perkataan yang
kosong nilai, amal dan usaha sedikit, tapi reklame dan propaganda
menjadi banyak. Si miskin yang berkeringat, si tani yang menanam dan
mengeluarkan hasil, menghilang, karena mereka tidak termasuk orang yang
mewah. Namun orang yang mewah mendapatkan tumpukan pujian dan hormat,
lantaran itu kian lama pintu menerima kata yang benar tertutup ke dalam
hati mereka. Akhirnya apabila musibah datang, si mewah tidak dapat
bertahan, hanya si miskin yang tetap menjadi kurban sejarah.
Kejatuhan bangsa Yunani dan Romawi kuno ialah kala kemewahan telah
merusak jiwa, dan orang Islam pun pernah mendapat giliran kuasai dunia ,
mencapai Eropa , seperti Spanyol hingga 700 tahun lamanya. Spanyol
pernah menjadi kemegahan Islam dengan nilai seni yang tinggi tak
ternilai, dan fikirannya yang sesuai dengan tauhid. Tetapi mereka
akhirnya terusir dari negerinya karena tidak dapat lagi melepas jiwanya
dari kemewahan, seketika terjadi peperangan , tentara tentara Islam
telah tampil ke medan perang dengan pakaian warna warni, sutera, pelana
kuda yang bertahtakan emas, sedangkan pasukan Kristen saat itu tampil ke
medan perang dengan pakaian dan topeng dengan bahan besi dan bukan
sutera.
Kala itu pasukan Nasrani berperang dengan gagah perkasa, sedang pihak
Islam berperang laksana pasukan perempuan yang bersolek berhias.
Peperangan ini dikenal dengan “Pertempuran Thibirnah”. Meskipun pasukan
Islam terbilang banyak jumlahnya, mereka terkalahkan. Maka bersyairlah
seorang penyair kala itu :
“Mereka memakai pakaian besi ke medan perang, dan kamu memakai
pakaian sutera beraneka warna. Alangkah indahnya kamu, dan alangkah
buruknya mereka…”
Kemewahan meracun jiwa, mengerdilkan semangat dan memadamkan semangat
perjuangan, orang akan menjadi takut mati, karena terbelit oleh akar
akar kemewahan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar