Cinta bagai bayang-bayang |
Halaman sekolah itu
tidak terlalu lebar, tumbuhan melati berjejer menghiasinya menjadi pemisah
antara kelasku dan ruang kepala sekolah. Di sudut ruangan tampak seorang
administrator lagi sibuk menangani kelulusan, sementara seluruh siswa kelas VI
sedang gaduh untuk menanti datangnya sebuah kertas yang sangat tidak ternilai
harganya.
Sebuah kertas yang
lebih dikenal dengan sebutan ijazah. Lembaran yang ku nanti selama enam tahun
di tempatku menamba ilmu. Tepat pada tahun 2004 aku keluar atau lulus dari
sekolahku pada saat itu aku dinyatakan tamat dari sekolah dasar dengan nilai
amat memuaskan.
Saat itu aku belum
tahu apa-apa, aku tampak lugu dan untuk menambah pengetahuan dan mengerjakan
kewajibanku sebagai manusia, aku meneruskan sekolahku ke jenjang yang lebih
tinggi. Sebuah sekolah yang lokasinya cukup jauh dari kediamanku. Setiap hari
aku dengan teman-teman berjalan kaki menahan panasnya terik matahari,
menelusuri hutan dan persawahan sambil bersuka ria.
Namun itu semua,
tidak mematahkan semangatku untuk menuntut ilmu. Enam bulan aku sudah menempa
ilmu di sekolahku, aku selalu izin untuk bermain-main disekolahku yang lama
karena sekolahku itu tidak terlalu jauh dari rumah yang aku tempati. Hampir
setiap hari aku izin tanpa keterangan yang jelas.
Kenakalanku makin menjadi-jadi kala aku melihat
sosok wanita yang cantik sedang berdiri di sebuah tempat yang kurang lebih 5 meter
dari tempat aku berdiri sekarang. Aku lihat tampangnya wanita itu memiliki
karakter yang bagus dan sholehah. Aku tetap memandanginya hingga jauh, sehingga
bayangannya menari-nari sulit untuk hilang dari ingatanku, kala wanita itu
telah lama lenyap dari hadapanku.
Detik berganti menit, jampun silih berganti,
waktu itu tepat pukul 05.30 hingga pukul 06.00 sangat cepat berlalu. Hari itu
aku harus berangkat pagi-pagi ke sekolah untuk membersihkan halaman dan ruang
kelas karena waktu itu merupakan jadwal piketku. Ditengah-tengah kesibukan itu,
aku teringat bayangan sesosok wanita kemaren yang telah merasuki jiwaku. Dia
selalu hadir dalam segenap lamunan dan fikiranku akhir-akhir ini.
Maka dengan rasa penasaran yang mendalam aku
memberanikan diri dalam rasa sungkan yang luar biasa untuk menanyakan kepada
teman-teman. Siapakah wanita yang aku lihat kemaren itu??. Alih-alih tidak ada
jawan yang cukup mewakili dari semua jawaban mereka, mungkin mereka belum
mengenalinya.
Hampir setiap hari aku menanyakan tentang
dirinya. Namun, tidak ada jawan yang jelas dan tidak jauh berbeda dari yang
sebelumnya. Akhirnya, aku mencoba mencari tahu sendiri tentang dirinya. Tergianglah
di telingaku sebuah nama yang indah dan mempesona, namanya adalah Nabila....!
Hari-hariku nampak bagitu indah saat musim
panas berubah menjadi musim semi. Saking berbunganya hatiku semua berubah
menjadi lebih indah, penjara menjadi istina, hutan berubah menjadi taman bunga,
dan terkadang aku merasa malu pada keteranganku sendiri.
Bila ada orang yang melihatku pada saat itu,
pasti mereka mengira aku sedang tergila-gila pada sesosok wanita yang
menancapkan panah asmaranya padaku. Melihat wajah cantik dan jelita itu
membuatku jatuh hati padanya. Apakah ini yang namanya cinta??
Entahlah,,,,! Itu cinta atau bukan yang jelas
aku bahagia saat bertemu dengan dia dan senang bukan kepalang saat melihat
senyumnya. Sudah tidak ada bandingnya hanya dia seorang yang ada dalam hidupku.
Setiap waktuku hanya ada namanya yang selalu terkenang dalam fikiran dan
sanubariku.
***
Diawali dengan sungguh indah dan seakan
menjanjikan kebahagiaan dalam duniaku. Namun, kebahagiaan itu menjelma dan
menggoreskan luka yang cukup dalam. Nabila gadis yang aku suka dan bikin aku
terpana oleh parasnya, ternyata dia sudah ada yang punya. Nabila adalah pacar
dari temanku Hadi namanya.
Awalnya aku tidak memperdulikan hal itu.
Tetapi, aku mulai sadar bahwa ada sisi yang lebih utama dan lebih penting dari
cintaku itu. Aku tidak ingin menyakiti dan mengecewakan salah satu temanku
sendiri. Menurutku teman adalah jauh lebih penting dibandingkan yang lainnya.
Begitulah, saat aku akan memulai dan akan
merajut serta membangun cintaku dengan Nabila. Bangunan cinta yang kokoh dengan
pondasi yang kuat dengan dia. Aku bingung sambil bertanya-tanya “apa yang
terjadi dan aku harus bagaimana??”. Setiap hari aku melihatnya, wajahnya
semakin tampak cantik bak cahaya rembulan pada saat bulan purnama.
Keadaan itu membuatku tambah semangat ingin
memilikinya. Kulihat mentari masih tetap dengan keemasannya memancarkan
sinarnya pada sudut-sudut halaman, memberi warna pelangi yang cukup jelas dan
terang pada pandangan mataku. Rerumputan ikut bergoyang berlambai-lambai
mengikuti arah matangin menghembus.
Aku dapat merasakan segarnya udara itu, meskipun disampingku ada sainganku Hadi. Dengan suara agak keras ia menjerit “Aku ingin kembali.....!!”
Sumber : Jazosmed@syamsulkholil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar